All Chapters of Teror Mantan: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Part 41

Sinta terbangun dari tidurnya, kepalnya terasa pusing mata sembab juga hidungnya karena menangis semalam memikirkan keadaan Laura yang entah sekarang di mana.Sinta membangungkan Rio yang masih tertidur di sampingnya, "Yah bangun," sambil mengguncangkan tangan Rio yang berada di sampingnya Rio mengerjapkan matanya, ia melihat ke arah Sinta yang sudah bangun dan bersabar di ranjang."Jam berapa bun?" tanya Rio pada Sinta sambil bangun dari baringnya."Jam 8," jawab Sinta pelan.Rio bangkit dari kasur , "Aku mau hari Laura lagi," ucap Rio pada Sinta."Yah temuin Laura dalam keadaan selamat," pinta Sinta penuh harap."Tentu," Rio berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan kemudian lanjut mencari Laura.Sinta turun dari kasurnya dan berjalan ke luar kamar, ia melihat ke sekitar ruang tamu tak ada siapapun hanya terdengar suara bising di arah dapur.Sinta langsung melangkahkan kaki ke dapur, terlihat Anita sedang menata meja makan, aroma nasi goreng yang harum langsung me
Read more

Part 42

Ezra membuka pintu dan langsung melihat Laura yang terus menerus bergerak gelisah, sambil menggesekan bagian intimnya.Ezra yang sudah minum obat perasang pun ikut terangsang ketika melihat Laura yang terlihat menggoda.Tanpa basa-basi Ezra segera menghampiri Laura, tak lupa melucuti pakaiannya terlebih dahulu sehingga ia telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.Laura yang melihat Ezra menanggalkan semua pakaiannya, menatapnya takut-takut.Tapi saat Ezra mulai menyentuh tubuh Laura pelan, Laura seolah tak bisa menolak sentuhan tersebut dan malah menginginkan lebih jauh.Ezra membuka pakaian yang di kenakan Laura, tanpa ada perlawanan dari Lauranya sendiri, melihat Laura yang seperti ini membuat Ezra tak bisa menahan lagi."Jangan Zra," mohon Laura dengan suara serak serta matanya yang sayu.Ezra tak mendengarkan ucapan Laura ia asik memainkan serta melumat dua daging kenyal yang begitu pas di tangan Ezra."Aah Zra stop," pinta Laura memohon, tapi ia tak bisa bohong bahwa tubuhnya men
Read more

Part 43

Mereka berdua kini sudah sampai di rumah Alex yang memang sedang kosong karena Anita dan Dimas masih berada di kediaman Laura menemani Sinta di sana.Mereka berdua melangkah masuk menuju ruang tamu, lalu merebahkan tubuhnya yang terasa penat di atas sofa.Alex mengambil ponselnya yang berada di saku celana, sejak tadi ia belum memainkan ponselnya itu karena sibuk mencari keberadaan Laura.Ia mulai menekan tombol yang berada di samping ponsel, terlihat ada notifikasi pesan masuk merupakan video yang entah siapa pengirimnya karena nomornya tidak ada dalam kontak Alex.Tangan Alex dengan lincah menari di atas layar ponsel, menekan nomor pin pada ponselnya yang memang ia kunci, ia membuka aplikasi hijau berlogo gagang telepon tersebut.Setelah itu ia memutar video tersebut matanya membulat seketika ia yang tadi sedang berbaring langsung duduk dengan tegap, matanya tak lepas dari ponsel yang kini terdengar suara-suara desahan yang saking bersahutan, cengkramannya semakin kuat pada ponsel
Read more

Part 44

"Mendingan kita susul bokap lo ke kantornya?" Usul Rafa pada Alex yang masih tertunduk lesu."Jangan lembek kaya cewek, hayu ah," seru Rafa sambil menarik lengan Alex agar mengikutinya.Alex melangkah dengan pelan, mengambil kunci motor yang berada di saku jaket ya g di kapai oleh Alex, ketika mereka keluar, di sebrang jalan tepat di rumah Laura, Sinta melihat mereka berdua."Kalian berdua ke sini?' Suruh Sinta.Alex dan Rafa nenganggukan kepala, mereka menyebrangi jalan menuju rumah Laura, Sinta masih setia berdiri menunggu rua pemuda tersebut."Kalian dari tadi sudah pulang?" Tanya Sinta."Terus kenapa malah pulang ke sana gak kesini?" Tanya Sinta kembali sambil menyipitkan mata."Salah belok ma," jawab Alex enteng lalu masuk ke dalam rumah melewati Sinta yang terbengong dengan jawaban aneh anaknya."Kalau salah belok kenapa gak di belokin lagi," ucap Sinta sambil menyusul Alex, tak lupa mengajak Rafa yang hanya bisa cengengesan mendengar ucapan sahabatnya."Baru ingetnya sekarang,"
Read more

part 45

Pov Laurahiks hiks hiksSudah sejam aku menangis meskipun aku ingin berhenti menangis entah kenapa air mata ini tak mau berhenti, aku tak mengerti kenapa Ezra melakukan semua ini padaku apa salah ku padanya?Tubuh ku terasa sakit apalagi di bagian bawah Ezra melakukannya sangat kasar, ketika teringat kejadian tadi aku kembali menangis lagi, aku merasa kotor sekarang.Aku tak tahu apa yang terjadi pada tubuh ku tadi, hati ku memang menolak di sentuh oleh Ezra tapi tubuh ku menginginkan itu malah lebih.Apa dia mencampurkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman yang tadi ia beri, keterlaluan dia!''Ayah Bunda! Laura pengen pulang,'' ucap ku lirih.Pasti mereka berdua kini sangat mencemaskan ku karena menghilang tiba-tiba, aku hanya berharap agar mereka segera menemukan ku dan membebaskan ku dari genggaman Ezra.Benar kata bunda, Ezra bukan cowok baik-baik aku malah sempat cekcok hebat dengan bunda hanya karena membela Ezra yang aku sendiri baru mengenal cowok tersebut.Padahal bunda ha
Read more

Part 46

Sesampainya di alamat yang di kirim oleh Dimas, Alex terpaku sejenak melihat kediaman tersebut yang memang familiar bagi Alec.Bianca! Nama itu terlintas di otak Alex, yah ini kediaman Bianca, ia tak mungkin salah, dulu ia pernah ke sini sekali dua kali tak mungkin ia lupa meskipun sudah cukup lama.Lalu ada hubungan apa Ezra dan Bianca? bukannya dulu Bianca berteman baik dengan Laura malah seperti saudara sendiri, tapi kenapa dia melakukan ini, ah gak! Mungkin aja ini memang persembunyian Ezra dan tempat ini sudah lama kosong lagi pula jaraknya yang jauh dari siapapun.Tak ingin membuang-buang waktu lagi Alex dan Rafa segera berjalan ke pagar rumah tersebut, pagar itu tak terkunci memudahkan bagi mereka berdua untuk masuk ke dalam, keadaan cukup lenggang dan sepi tak ada siapapun bahkan rumah ini seperti rumah kosong meskipun tak ada sampah atau daun-daun yang berserakan seperti rajin di bersihkan apalagi rumah tersebut di kelilingi pohon pohon besar yang membuat halaman rumah terseb
Read more

part 47

Sepanjang jalan, sebelah Alex terus memengangi kedua tangan Laura yang ia lingkari di pinggangnya, dan sebelah lagi ia gunakan itu menyetir motornya.Sesekali menengok ke belakang memastikan bahwa tubuh Laura masih bersandar di belakangnya, kepala Laura yang tertutup kuopluk hodie yang hanya menyisahkan rambut panjang yang tak ikut masuk, tertiup angin membuat wajah cantik Laura terlihat."Tetap bertahan Ra, aku tau kamu wanita yang kuat," ucap Alex lirih.Alex takut kondisi Laura akan semakin memburuk, apalagi tubuh Laura yang malah menggigil karena terkena angin, belum lagi cuaca yang malah tidak mendukung, sinar matahari malah sembunyi di balik awan-awan yang mulai menghilang, seolah tak sudi memberi kehangatan pada tubuh Laura."Kita akan segera sampai," seru Alex lagi, ia tak tahu daerah sini, Alex hanya melajukan motornya, mau di bawa ke rumah sakit yang di dekat rumahnya itu terlalu jauh, tapi Alex ingat di sekitar sini ada sebuah klinik.Dan benar saja setelah lima menit Alex
Read more

Part 48

Perawat sudah mengganti pakian Laura dengan baju yang sudah ia beli tadi, kini Alex sedang duduk di kursi sebelah Laura.Laura masih belum sadar, tapi keadaannya sudah mulai membaik, bibir yang semula pucat kini sudah mulai memerah, suhu tubuh Laura tak panas seperti tadi, semoga saja dia cepat membuka mata dan kembali sehat.Alex terus memandangi wajah cantikLaura yang masih terlelap, wajahnya muram, Alex bukan tak senang karena kondisi Laura yang sudah mulai membaik.Tapi ia tau ketika Laura kembali sadar dan membuka matanya kembali, Laura akan di tampar kenyataan yang tak pernah ia bayangkan, Alex tak berani membayangkan hal tersebut, membayangkan Laura menangis karena masalah yang menerpa dirinya."Aku berjanji Ra, akan selalu bersama kamu, meskipun kamu selalu menjauh dari ku tapi i am ready to be afortress or place to lean on for you,""I love you Laura varista Safa," ucap Alex lirih sambil memegang tangan Laura dan menatap lembut wajah Laura.Drttt drttt drtttSuara ponsel memb
Read more

Part 49

Alex yang masih berdiri di luar ruangan sambil menatap ke arah jendela yang memperlihatkan Laura, menanamkan penglihatannya ketika samar-samar ia melihat pergerakan kecil di jari Laura.Alex bergegas masuk ke dalam ruang rawat Laura, dan benar jari jemari Laura bergerak meskipun gerakan lambat."Dokter.. dokter," teriak Alex panik.Pintu terbuka, "Dok jari dia bergerak" ucap Alex sambil melihat ke arah pintu masuk."Kok malah lo yang masuk, maana dokternya?" Tanya Alex kesal campur panik."Oh lo manggil dokter," ucap Rafa dengan wajah tanpa dosanya."Rafa bego, panggil dokter," Suruh Alex sambil menahan emosinya.Rafa bergegas keluar ruangan Laura, berniat memanggil dokter seperti yang di suruh oleh Alex.Setelah Rafa menghilang dari balik pintu, Alex kembali melihat ke arah Laura.'Lex," panggil Laura lirih, bahkan suaranya sangat pelan."Laura kamu sudah siuman," ucap Alex lega sambil menghampiri Laura dan tersenyum ke arahnya."Aku di mana Lex?" Tanya Laura sambil bola matanya berk
Read more

Part 50

Sementara itu di kantor polisi Ezra yang langsung masuk ke sel tahanan, terus berteriak minta di keluarkan."Diam kamu," bentak Dimas kesal."Gue gak salah, keluarin gue dari sini," teriak Ezra nyolot."Saya sudah punya bukti-bukti tentang kejahatan kamu semua, kamu gak akan bisa ngelak lagi," ucap Dimas dingin.Ezra tak menjawab, ia menatap Dimas dengan penuh amarah sambil mengepalkan tangannya."Selamat mendekam di penjara, saya pastikan kamu akan menerima hukuman berat, apalagi kamu telah melecehkan dan melukai calon menantu saya," ucap Dimas menatap Ezra sengit."Bacot," teriak Ezra tak terima.Dimas hanya melihat sekilas pada Ezra lalu meninggalkan Ezra yang lanjut berteriak agar minta di bebaskan."Saya mau ke klinik tempat korban di rawat," "Tolong kamu awasi dia," tunjuk Dimas ke arah Ezra."Baik pak," jawab bawahan Dimas.Setelah itu ia pergi dari kantor polisi menggunakan mobilnya, menyusul istri dan Doni yang sudah terlebih dahulu pergi ke sana......Pov SintaAku turun d
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status