Pov Laurahiks hiks hiksSudah sejam aku menangis meskipun aku ingin berhenti menangis entah kenapa air mata ini tak mau berhenti, aku tak mengerti kenapa Ezra melakukan semua ini padaku apa salah ku padanya?Tubuh ku terasa sakit apalagi di bagian bawah Ezra melakukannya sangat kasar, ketika teringat kejadian tadi aku kembali menangis lagi, aku merasa kotor sekarang.Aku tak tahu apa yang terjadi pada tubuh ku tadi, hati ku memang menolak di sentuh oleh Ezra tapi tubuh ku menginginkan itu malah lebih.Apa dia mencampurkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman yang tadi ia beri, keterlaluan dia!''Ayah Bunda! Laura pengen pulang,'' ucap ku lirih.Pasti mereka berdua kini sangat mencemaskan ku karena menghilang tiba-tiba, aku hanya berharap agar mereka segera menemukan ku dan membebaskan ku dari genggaman Ezra.Benar kata bunda, Ezra bukan cowok baik-baik aku malah sempat cekcok hebat dengan bunda hanya karena membela Ezra yang aku sendiri baru mengenal cowok tersebut.Padahal bunda ha
Sesampainya di alamat yang di kirim oleh Dimas, Alex terpaku sejenak melihat kediaman tersebut yang memang familiar bagi Alec.Bianca! Nama itu terlintas di otak Alex, yah ini kediaman Bianca, ia tak mungkin salah, dulu ia pernah ke sini sekali dua kali tak mungkin ia lupa meskipun sudah cukup lama.Lalu ada hubungan apa Ezra dan Bianca? bukannya dulu Bianca berteman baik dengan Laura malah seperti saudara sendiri, tapi kenapa dia melakukan ini, ah gak! Mungkin aja ini memang persembunyian Ezra dan tempat ini sudah lama kosong lagi pula jaraknya yang jauh dari siapapun.Tak ingin membuang-buang waktu lagi Alex dan Rafa segera berjalan ke pagar rumah tersebut, pagar itu tak terkunci memudahkan bagi mereka berdua untuk masuk ke dalam, keadaan cukup lenggang dan sepi tak ada siapapun bahkan rumah ini seperti rumah kosong meskipun tak ada sampah atau daun-daun yang berserakan seperti rajin di bersihkan apalagi rumah tersebut di kelilingi pohon pohon besar yang membuat halaman rumah terseb
Sepanjang jalan, sebelah Alex terus memengangi kedua tangan Laura yang ia lingkari di pinggangnya, dan sebelah lagi ia gunakan itu menyetir motornya.Sesekali menengok ke belakang memastikan bahwa tubuh Laura masih bersandar di belakangnya, kepala Laura yang tertutup kuopluk hodie yang hanya menyisahkan rambut panjang yang tak ikut masuk, tertiup angin membuat wajah cantik Laura terlihat."Tetap bertahan Ra, aku tau kamu wanita yang kuat," ucap Alex lirih.Alex takut kondisi Laura akan semakin memburuk, apalagi tubuh Laura yang malah menggigil karena terkena angin, belum lagi cuaca yang malah tidak mendukung, sinar matahari malah sembunyi di balik awan-awan yang mulai menghilang, seolah tak sudi memberi kehangatan pada tubuh Laura."Kita akan segera sampai," seru Alex lagi, ia tak tahu daerah sini, Alex hanya melajukan motornya, mau di bawa ke rumah sakit yang di dekat rumahnya itu terlalu jauh, tapi Alex ingat di sekitar sini ada sebuah klinik.Dan benar saja setelah lima menit Alex
Perawat sudah mengganti pakian Laura dengan baju yang sudah ia beli tadi, kini Alex sedang duduk di kursi sebelah Laura.Laura masih belum sadar, tapi keadaannya sudah mulai membaik, bibir yang semula pucat kini sudah mulai memerah, suhu tubuh Laura tak panas seperti tadi, semoga saja dia cepat membuka mata dan kembali sehat.Alex terus memandangi wajah cantikLaura yang masih terlelap, wajahnya muram, Alex bukan tak senang karena kondisi Laura yang sudah mulai membaik.Tapi ia tau ketika Laura kembali sadar dan membuka matanya kembali, Laura akan di tampar kenyataan yang tak pernah ia bayangkan, Alex tak berani membayangkan hal tersebut, membayangkan Laura menangis karena masalah yang menerpa dirinya."Aku berjanji Ra, akan selalu bersama kamu, meskipun kamu selalu menjauh dari ku tapi i am ready to be afortress or place to lean on for you,""I love you Laura varista Safa," ucap Alex lirih sambil memegang tangan Laura dan menatap lembut wajah Laura.Drttt drttt drtttSuara ponsel memb
Alex yang masih berdiri di luar ruangan sambil menatap ke arah jendela yang memperlihatkan Laura, menanamkan penglihatannya ketika samar-samar ia melihat pergerakan kecil di jari Laura.Alex bergegas masuk ke dalam ruang rawat Laura, dan benar jari jemari Laura bergerak meskipun gerakan lambat."Dokter.. dokter," teriak Alex panik.Pintu terbuka, "Dok jari dia bergerak" ucap Alex sambil melihat ke arah pintu masuk."Kok malah lo yang masuk, maana dokternya?" Tanya Alex kesal campur panik."Oh lo manggil dokter," ucap Rafa dengan wajah tanpa dosanya."Rafa bego, panggil dokter," Suruh Alex sambil menahan emosinya.Rafa bergegas keluar ruangan Laura, berniat memanggil dokter seperti yang di suruh oleh Alex.Setelah Rafa menghilang dari balik pintu, Alex kembali melihat ke arah Laura.'Lex," panggil Laura lirih, bahkan suaranya sangat pelan."Laura kamu sudah siuman," ucap Alex lega sambil menghampiri Laura dan tersenyum ke arahnya."Aku di mana Lex?" Tanya Laura sambil bola matanya berk
Sementara itu di kantor polisi Ezra yang langsung masuk ke sel tahanan, terus berteriak minta di keluarkan."Diam kamu," bentak Dimas kesal."Gue gak salah, keluarin gue dari sini," teriak Ezra nyolot."Saya sudah punya bukti-bukti tentang kejahatan kamu semua, kamu gak akan bisa ngelak lagi," ucap Dimas dingin.Ezra tak menjawab, ia menatap Dimas dengan penuh amarah sambil mengepalkan tangannya."Selamat mendekam di penjara, saya pastikan kamu akan menerima hukuman berat, apalagi kamu telah melecehkan dan melukai calon menantu saya," ucap Dimas menatap Ezra sengit."Bacot," teriak Ezra tak terima.Dimas hanya melihat sekilas pada Ezra lalu meninggalkan Ezra yang lanjut berteriak agar minta di bebaskan."Saya mau ke klinik tempat korban di rawat," "Tolong kamu awasi dia," tunjuk Dimas ke arah Ezra."Baik pak," jawab bawahan Dimas.Setelah itu ia pergi dari kantor polisi menggunakan mobilnya, menyusul istri dan Doni yang sudah terlebih dahulu pergi ke sana......Pov SintaAku turun d
Beberapa jam telah berlalu, langit pun sudah mulai gelap karena kini sudah pukul 20.00 malam, Laura sudah terbangun sejak setengah jam yang lalu.Meskipun ia teriak-teriak kembali setelah bangun dari tidurnya, tapi untungnya ada Sinta yang menenangkan Laura yang membuat Laura tenang."Laura tenang sayang," ucap Sinta lembut sambil memeluk dan mengelus rambut anak semata wayangnya.Sinta memeluk Laura dengan erat, "Ada bunda di sini kamu gak sendirian," "Tapi bun," isak Laura."Tapi apa sayang,""Sakit, Laura udah gak suci lagi Laura kotor Bun," lirih Laura yang terdengar pilu di telinga yang mendengarnya, Rio mendekat ke arah Laura."Anak ayah, jangan bicara kaya gitu yah,""Gak baik, apapun yang terjadi sama kamu kamu tetap anak ayah dan bunda," ucap Rio sambil melihat ke arah mata Laura yang berbincang air mata."Aku udah membuat kalian malu yah," "Gak! ayah sama bunda gak malu, kamu gak salah kamu gak ngelakuin hal yang salah," jelas Rio sambil ikut memeluk Laura serta Sinta."Ud
Pov BiancaSebentar lagi jam 8 malam, aku harap-harap cemas, menunggu seseorang untuk membantu ku pergi dari sini, yah aku harus pergi dari sini sekarang juga sebelum papa masuk ke dalam kamar ku dan mengantarkan ke Singapura malam ini juga.Tak akan ku biarkan papa menghancurkan semua usaha ku, aku tak ingin pergi kemanapun sebelum dendam ini terbalaskan pada mereka semua yang telah menghancurkan hidup ku selama ini."Cek di mana dia?" Ucap ku kesal sambil melihat ke arah jendela yang tidak tertutup gordeng di kamar ku.Kalau aku bisa kabur sendiri, sudah sejak tadi aku pergi tapi sialnya kaki ini menyusahkan aku saja, benar-benar sialan!TingPonsel ku berbunyi gegas aku mengambil ponsel tersebut yang berada di pangkuan ku."Aku sudah di depan," bisik ku membaca isi chat tersebut.Aku mengetikan sesuatu, lalu mengirimkan padanya.Setelah itu aku mengambil sebuah tas sling bag yang bisa aku pakai, memasukan semua yang aku perlukan seperti uang, kartu atm dan yang lain yang tentu saja