Anita yang mendengar permintaan maaf Laura segera menghampiri Laura yang kini sudah tertidur."Kamu gak salah sayang, gak perlu minta maaf sama bunda," ucap Anita terisak, ia memeluk tubuh Laura, mengecup pipinya berkali-kali."Maaf bun, sepertinya pasien sangat trauma hebat, Pasien harus ke dokter spesialis untuk menghilangkan traumanya,""Iya dok saya tahu,""Setelah ini, saya akan memberikan pasien pada dokter Ardi, untuk menangani pasien," "Saya pamit," ucap Dokter lalu pergi meninggalkan ruang rawat Laura.Anita yang masih memeluk Laura tak mau melepaskan pelukannya, "Sudahlah Nit, biarkan Laura beristirahat," ucap Sinta sambil mengelus bahu Anita lembut."Aku gak kuat lihat, Laura kaya gini Sin," ucap Anita lirih."Aku tahu, aku pun sama gak bisa liat Laura kaya gini, tapi kita harus kuat demi Laura," ucap sinta memberikan nasihat."Kamu gak tahu hancurnya aku kaya gimana," bentak Anita tiba-tiba sambil melihat ke arah Sinta yang terkejut."Dari dia masih kecil , aku jaga dia a
"Sebenarnya kemarin Alex sama Rafa, udah nemuin tempat Ezra tinggal," jelas Alex sambil melihat ke arah Dimas dan Rio secara bergantian."Kenapa kamu gak bilang?" Tanya Dimas kesal."Maafin Alex pah," ucap Alex."Padahal papah belum nemuin tempat tinggal dia di mana, papa hanya nemuin tempat dia nyokap Laura," Kesal Dimas, padahal ia juga menyuruh bawahannya untuk mencari tempat tinggal Ezra di mana tapi mereka tak menemukan keberadaanya."Terus," ucap Rio penasaran dengan lanjutan cerita Alex."Di sana ada adiknya Ezra dan ibunya yang mungkin kurang waras," ucap Alex."Maksud kamu gila?" Tanya Dimas."Iya," "Ternyata Ezra udah niinggalin mereka berdua selama berhari-hari tanpa makan dan minum, jadi kami bawa mereka berdua ke panti jompo yang di urus oleh pamannya Rafa," jelas Alex."Sebenanrnya dari awal Alex gak mau ngelakuin itu tapi untuk jaga-jaga maknanya kami bawa mereka berdua sebagai jaminan supaya Ezra agar mudah di tangkap,""Lagi pula kasian Lala, anak sekecil itu harus n
Sesampainya di parkiran rumah sakit, Agatha dan Rafa turun dari motor milik Agatha, bersamaan dengan itu sebuah motor sport terhenti si sebelah mereka berdua.Agatha dan Rafa refleks menoleh ke arah pemotor tersebut apalagi ia sangat familiar dengan motor itu."Alex," panggil Agatha sambil tersenyum ke arah Alex, yang kini sedang membuka helmnya."Kalian baru sampai?" Tanya Alex, ia turun dari motornya tak lupa menaruh helm di atas jok motor."Iya, kirain gue lo udah dari tadi di sini?" Tanya Rafa heran, pasalnya seingat Rafa sore tadi Alex bilang akan langsung menuju rumah sakit karena khawatir dengan keadaan Laura."Gue abis dari kantor bokap, lo tau Ezra! Dia berhasil kabur," ucap Alex menceritakan hal tersebut pada Rafa dan Agatha."Ezra," beo Agatha.Agatha terdiam, pasalnya ia memang belum tahu siapa pelakunya dari penculikan Laura itu."Ezra siapa?" Tanya Agatha sambil melihat ke arah Rafa dan Alex secara bergantian."Kakak kelas kita," jawab Rafa yang membuat Agatha terkejut b
"Kenapa Ra?" Tanya Alex lembut melihat ke arah Laura sambil tersenyum."Gak," jawab Laura pelan, lalu mengalihkan tatapannya ke arah lain."Kenapa masih di situ?" Tanya Laura heran, sejak tadi Alex hanya diam berdiri di tempatnya sambil terus memperhatikan Laura.Meskipun Laura tak melihat ke arah Alex langsung tapi ia diam-diam melihat dengan ekor matanya."Cuman mau nemenin, kenapa?" Tanya Alex balik."Pergi aja sana, aku mau istirahat," ucap Laura tanpa mau melihat ke arah Alex, lalu merebahkan tubuhnya tak lupa menyelimuti sampai ke atas kepala."Mau tidur Ra?" Tanya Alex sambil mendekat dan kini sudah berdiri di samping kasur."Hmmm," jawab Laura yang belum menyadari keberadaan Alex yang sudah berada di belakang tubuh Laura.Alex diam, memperhatikan Laura tanpa berkedip, bayangaan Laura yang tengah bercinta dengan Ezra membuat Alex kesal, sejak tadi ia mati-matian menahan agar tak emosi tapi sekarang rasanya Alex ingin memeluk tubuh Laura untuk menghilangkan bekas Ezra pada tubuh
Rafa mendekat ke arah Agatha yang masih berdiam diri di depan pintu ruang rawat Laura,"Gue jelasin tapi gak di sini?" Ucap Rafa sambil menggenggam tangan Agatha."Terus di mana?" Tanya Agatha dengan kening berlipat."Di kantin! Gue lapar belum makan sejak tadi," jelas Rafa menarik Agatha agar mulai berjalan bersamanya."Lex Gue ke kantin dulu," pamit Rafa pada Alex.Alex menganggukan kepalanya, melihat hak itu Rafa dan Agatha bergegas pergi ke kantin.Sesampainya di kantin rumah sakit mereka berdua mengambil tempat duduk di pojok yang agak jauh dari keramaian."Jelasin sekarang," Suruh Agatha gak sabaran, padahal ia sendiri baru saja mendaratkan bokongnya di kursi panjang, sementara Rafa setengah berdiri karena ia baru akan duduk."Bokong gue aja belum duduk! Gak sabaran amat sih," Kesal Rafa."Yaudah cepetan duduk," Kesal Agatha."Jadi," tanya Agatha lagi setelah melihat Rafa sudah duduk anteng si sampingnya."Kita pesen makan aja dulu yah," ucap Rafa sambil melihat ke arah sekitar,
Pov EzraEntah sudah berapa lama aku di dalam mobil, mata ku di tutup oleh kain, yang ku rasa aku seperti masuk ke dalam mobil lalu di dompet oleh dua orang kanan dan kiri ku sehingga aku berada di tengah-tengah mereka tak ada pembicaraan dari mereka, tang aku dengar hanya suara mesin mobil.Awalnya aku kira Bianca yang membantu membebaskan ku, tapi sejak tadi aku bertanya" Siapa yang menyuruh kalian ke sini?" Tak ada jawaban yang aku dapat, itu membuat ku takut, apa ini ulah Laura yang berniat membalas dendam padaku.Aku ia berniat membunuh ku malam ini juga? Tidak aku tidak mau , aku masih punya dua orang yang aku sayang nyokap dan juga adik ku.Entah sudah berapa lama aku di dalam mobil, tubuh ku terasa pegal, apalagi tanganku yang di ikat seperti ini membuat ku sulit untuk bergerak, ku rasakan mobil berhenti aku bernafas lega setidaknya aku bisa bebas bergerak tak bertepatan seperti sekarang ini.Pintu mobil terbuka, dua orang yang duduk di kanan dan kiri ku turun, sambil menarik
Tapi kini aku menyesal, aku sangat menyesal mengikuti perintah Bianca sejak awal, hanya karena ingin lebih dekat dengan Bianca serta iming-iming uang yang akan ia bayar padaku ketika aku sudah menyelesaikan tugas darinya.Kalau bukan karena uang untuk menafkahi nyokap dan adik ku, susah lama aku pergi meninggalkan Bianca, sejak dulu memang aku sudah sadar bahwa ini salah, dan perasaan ku pada Bianca setiap hari terus pudar karena Bianca yang tak mau membuka hati untuk ku dan selalu mengungkit-ungkit tentang Alex terus menerus yang membuatu muak akan sikapnya, apa kurangnya aku padanya? Aku sudah berkorban banyak serta berjuang agar ia jatuh hati padaku tapi tetap saja Alex yang tetap jadi pemenang di hati Bianca."Gue gak mau," teriak ku muak."Sialan lo Zra, gue udah keluarin uang banyak buat lo," teriak Bianca marah."Gue gak minta, lo yang sejak awal nawarin hal itu sama gue," balas ku tak mau kalah, memang Bianca yang dulu menawarkan untuk membayar ku meskipun aku menolak berkali-
Pov Auhtor Pagi telah tiba, Laura terbangun dari tidurnya karena mendengar keributan, ia melihat ke arah kanan yang menjadi sumber keributan di sana."Ayah," ucap Laura senang, ia tersenyum lebar matanya berbinar ketika melihat pria yang sangat ia sayangi berada di sini, sejak kemarin Laura tak melihat Rio dan itu membuat Laura sangat merindukan sosok ayahnya tersebut."Kamu udah bangun sayang?" Rio berdiri dari duudknya dan melangkah mendekati Laura, sambil tersenyum senang."Ayah kapan ke sini? Laura rindu sama ayah," ucap Laura manja, lalu memeluk tubuh Rio yang sudah berdiri di sampingnya."Ayah datang malam tadi, waktu kamu udah tidur," jawab Rio, sambil mengelus kepala Laura lembut." Kenapa gak bangunin Laura?" Ucqp Laura merujuk, melepaskan pelukannya dan menatap Rio tak suka."Kamu kan udah tidur sayang, Ayah gak tega bangunin kamu," jelas Rio gemas sambil mencium pipi Laura."Bunda juga sama! gak bangunin Laura," ketus Laura sambil melihat ke arah Anita yang akan memasuki l