Share

Part 43

Author: Arsyla Adiba
last update Last Updated: 2023-10-09 21:05:39

Mereka berdua kini sudah sampai di rumah Alex yang memang sedang kosong karena Anita dan Dimas masih berada di kediaman Laura menemani Sinta di sana.

Mereka berdua melangkah masuk menuju ruang tamu, lalu merebahkan tubuhnya yang terasa penat di atas sofa.

Alex mengambil ponselnya yang berada di saku celana, sejak tadi ia belum memainkan ponselnya itu karena sibuk mencari keberadaan Laura.

Ia mulai menekan tombol yang berada di samping ponsel, terlihat ada notifikasi pesan masuk merupakan video yang entah siapa pengirimnya karena nomornya tidak ada dalam kontak Alex.

Tangan Alex dengan lincah menari di atas layar ponsel, menekan nomor pin pada ponselnya yang memang ia kunci, ia membuka aplikasi hijau berlogo gagang telepon tersebut.

Setelah itu ia memutar video tersebut matanya membulat seketika ia yang tadi sedang berbaring langsung duduk dengan tegap, matanya tak lepas dari ponsel yang kini terdengar suara-suara desahan yang saking bersahutan, cengkramannya semakin kuat pada ponsel
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Teror Mantan   Part 44

    "Mendingan kita susul bokap lo ke kantornya?" Usul Rafa pada Alex yang masih tertunduk lesu."Jangan lembek kaya cewek, hayu ah," seru Rafa sambil menarik lengan Alex agar mengikutinya.Alex melangkah dengan pelan, mengambil kunci motor yang berada di saku jaket ya g di kapai oleh Alex, ketika mereka keluar, di sebrang jalan tepat di rumah Laura, Sinta melihat mereka berdua."Kalian berdua ke sini?' Suruh Sinta.Alex dan Rafa nenganggukan kepala, mereka menyebrangi jalan menuju rumah Laura, Sinta masih setia berdiri menunggu rua pemuda tersebut."Kalian dari tadi sudah pulang?" Tanya Sinta."Terus kenapa malah pulang ke sana gak kesini?" Tanya Sinta kembali sambil menyipitkan mata."Salah belok ma," jawab Alex enteng lalu masuk ke dalam rumah melewati Sinta yang terbengong dengan jawaban aneh anaknya."Kalau salah belok kenapa gak di belokin lagi," ucap Sinta sambil menyusul Alex, tak lupa mengajak Rafa yang hanya bisa cengengesan mendengar ucapan sahabatnya."Baru ingetnya sekarang,"

    Last Updated : 2023-10-13
  • Teror Mantan   part 45

    Pov Laurahiks hiks hiksSudah sejam aku menangis meskipun aku ingin berhenti menangis entah kenapa air mata ini tak mau berhenti, aku tak mengerti kenapa Ezra melakukan semua ini padaku apa salah ku padanya?Tubuh ku terasa sakit apalagi di bagian bawah Ezra melakukannya sangat kasar, ketika teringat kejadian tadi aku kembali menangis lagi, aku merasa kotor sekarang.Aku tak tahu apa yang terjadi pada tubuh ku tadi, hati ku memang menolak di sentuh oleh Ezra tapi tubuh ku menginginkan itu malah lebih.Apa dia mencampurkan sesuatu ke dalam makanan atau minuman yang tadi ia beri, keterlaluan dia!''Ayah Bunda! Laura pengen pulang,'' ucap ku lirih.Pasti mereka berdua kini sangat mencemaskan ku karena menghilang tiba-tiba, aku hanya berharap agar mereka segera menemukan ku dan membebaskan ku dari genggaman Ezra.Benar kata bunda, Ezra bukan cowok baik-baik aku malah sempat cekcok hebat dengan bunda hanya karena membela Ezra yang aku sendiri baru mengenal cowok tersebut.Padahal bunda ha

    Last Updated : 2023-10-17
  • Teror Mantan   Part 46

    Sesampainya di alamat yang di kirim oleh Dimas, Alex terpaku sejenak melihat kediaman tersebut yang memang familiar bagi Alec.Bianca! Nama itu terlintas di otak Alex, yah ini kediaman Bianca, ia tak mungkin salah, dulu ia pernah ke sini sekali dua kali tak mungkin ia lupa meskipun sudah cukup lama.Lalu ada hubungan apa Ezra dan Bianca? bukannya dulu Bianca berteman baik dengan Laura malah seperti saudara sendiri, tapi kenapa dia melakukan ini, ah gak! Mungkin aja ini memang persembunyian Ezra dan tempat ini sudah lama kosong lagi pula jaraknya yang jauh dari siapapun.Tak ingin membuang-buang waktu lagi Alex dan Rafa segera berjalan ke pagar rumah tersebut, pagar itu tak terkunci memudahkan bagi mereka berdua untuk masuk ke dalam, keadaan cukup lenggang dan sepi tak ada siapapun bahkan rumah ini seperti rumah kosong meskipun tak ada sampah atau daun-daun yang berserakan seperti rajin di bersihkan apalagi rumah tersebut di kelilingi pohon pohon besar yang membuat halaman rumah terseb

    Last Updated : 2023-10-25
  • Teror Mantan   part 47

    Sepanjang jalan, sebelah Alex terus memengangi kedua tangan Laura yang ia lingkari di pinggangnya, dan sebelah lagi ia gunakan itu menyetir motornya.Sesekali menengok ke belakang memastikan bahwa tubuh Laura masih bersandar di belakangnya, kepala Laura yang tertutup kuopluk hodie yang hanya menyisahkan rambut panjang yang tak ikut masuk, tertiup angin membuat wajah cantik Laura terlihat."Tetap bertahan Ra, aku tau kamu wanita yang kuat," ucap Alex lirih.Alex takut kondisi Laura akan semakin memburuk, apalagi tubuh Laura yang malah menggigil karena terkena angin, belum lagi cuaca yang malah tidak mendukung, sinar matahari malah sembunyi di balik awan-awan yang mulai menghilang, seolah tak sudi memberi kehangatan pada tubuh Laura."Kita akan segera sampai," seru Alex lagi, ia tak tahu daerah sini, Alex hanya melajukan motornya, mau di bawa ke rumah sakit yang di dekat rumahnya itu terlalu jauh, tapi Alex ingat di sekitar sini ada sebuah klinik.Dan benar saja setelah lima menit Alex

    Last Updated : 2023-10-25
  • Teror Mantan   Part 48

    Perawat sudah mengganti pakian Laura dengan baju yang sudah ia beli tadi, kini Alex sedang duduk di kursi sebelah Laura.Laura masih belum sadar, tapi keadaannya sudah mulai membaik, bibir yang semula pucat kini sudah mulai memerah, suhu tubuh Laura tak panas seperti tadi, semoga saja dia cepat membuka mata dan kembali sehat.Alex terus memandangi wajah cantikLaura yang masih terlelap, wajahnya muram, Alex bukan tak senang karena kondisi Laura yang sudah mulai membaik.Tapi ia tau ketika Laura kembali sadar dan membuka matanya kembali, Laura akan di tampar kenyataan yang tak pernah ia bayangkan, Alex tak berani membayangkan hal tersebut, membayangkan Laura menangis karena masalah yang menerpa dirinya."Aku berjanji Ra, akan selalu bersama kamu, meskipun kamu selalu menjauh dari ku tapi i am ready to be afortress or place to lean on for you,""I love you Laura varista Safa," ucap Alex lirih sambil memegang tangan Laura dan menatap lembut wajah Laura.Drttt drttt drtttSuara ponsel memb

    Last Updated : 2023-11-03
  • Teror Mantan   Part 49

    Alex yang masih berdiri di luar ruangan sambil menatap ke arah jendela yang memperlihatkan Laura, menanamkan penglihatannya ketika samar-samar ia melihat pergerakan kecil di jari Laura.Alex bergegas masuk ke dalam ruang rawat Laura, dan benar jari jemari Laura bergerak meskipun gerakan lambat."Dokter.. dokter," teriak Alex panik.Pintu terbuka, "Dok jari dia bergerak" ucap Alex sambil melihat ke arah pintu masuk."Kok malah lo yang masuk, maana dokternya?" Tanya Alex kesal campur panik."Oh lo manggil dokter," ucap Rafa dengan wajah tanpa dosanya."Rafa bego, panggil dokter," Suruh Alex sambil menahan emosinya.Rafa bergegas keluar ruangan Laura, berniat memanggil dokter seperti yang di suruh oleh Alex.Setelah Rafa menghilang dari balik pintu, Alex kembali melihat ke arah Laura.'Lex," panggil Laura lirih, bahkan suaranya sangat pelan."Laura kamu sudah siuman," ucap Alex lega sambil menghampiri Laura dan tersenyum ke arahnya."Aku di mana Lex?" Tanya Laura sambil bola matanya berk

    Last Updated : 2023-11-09
  • Teror Mantan   Part 50

    Sementara itu di kantor polisi Ezra yang langsung masuk ke sel tahanan, terus berteriak minta di keluarkan."Diam kamu," bentak Dimas kesal."Gue gak salah, keluarin gue dari sini," teriak Ezra nyolot."Saya sudah punya bukti-bukti tentang kejahatan kamu semua, kamu gak akan bisa ngelak lagi," ucap Dimas dingin.Ezra tak menjawab, ia menatap Dimas dengan penuh amarah sambil mengepalkan tangannya."Selamat mendekam di penjara, saya pastikan kamu akan menerima hukuman berat, apalagi kamu telah melecehkan dan melukai calon menantu saya," ucap Dimas menatap Ezra sengit."Bacot," teriak Ezra tak terima.Dimas hanya melihat sekilas pada Ezra lalu meninggalkan Ezra yang lanjut berteriak agar minta di bebaskan."Saya mau ke klinik tempat korban di rawat," "Tolong kamu awasi dia," tunjuk Dimas ke arah Ezra."Baik pak," jawab bawahan Dimas.Setelah itu ia pergi dari kantor polisi menggunakan mobilnya, menyusul istri dan Doni yang sudah terlebih dahulu pergi ke sana......Pov SintaAku turun d

    Last Updated : 2023-11-10
  • Teror Mantan   Part 51

    Beberapa jam telah berlalu, langit pun sudah mulai gelap karena kini sudah pukul 20.00 malam, Laura sudah terbangun sejak setengah jam yang lalu.Meskipun ia teriak-teriak kembali setelah bangun dari tidurnya, tapi untungnya ada Sinta yang menenangkan Laura yang membuat Laura tenang."Laura tenang sayang," ucap Sinta lembut sambil memeluk dan mengelus rambut anak semata wayangnya.Sinta memeluk Laura dengan erat, "Ada bunda di sini kamu gak sendirian," "Tapi bun," isak Laura."Tapi apa sayang,""Sakit, Laura udah gak suci lagi Laura kotor Bun," lirih Laura yang terdengar pilu di telinga yang mendengarnya, Rio mendekat ke arah Laura."Anak ayah, jangan bicara kaya gitu yah,""Gak baik, apapun yang terjadi sama kamu kamu tetap anak ayah dan bunda," ucap Rio sambil melihat ke arah mata Laura yang berbincang air mata."Aku udah membuat kalian malu yah," "Gak! ayah sama bunda gak malu, kamu gak salah kamu gak ngelakuin hal yang salah," jelas Rio sambil ikut memeluk Laura serta Sinta."Ud

    Last Updated : 2023-11-22

Latest chapter

  • Teror Mantan   Alasan Ezra

    Setelah perbincangan selesai, Burhan pamit. Ada pekerjaan di sekolah yang harus ia selesaikan, sementara Daniel tetap tinggal di kantor polisi. Masih ada seseorang yang harus ia temui—seseorang yang mungkin bisa memberinya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya.Daniel kini berada di ruang interogasi, duduk berhadapan dengan Ezra, seorang remaja yang tertangkap karena membantu Bianca, putri Daniel, dalam aksi kejahatan yang mencoreng nama keluarganya sekaligus membuatnya bingung.Daniel menatap Ezra dengan tatapan tajam, mencoba menembus lapisan kebingungan dan rasa bersalah yang terlihat di wajah anak itu. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya—apa alasan Ezra mau terlibat dalam kekacauan ini?“Aku nggak habis pikir, Ezra,” suara Daniel terdengar dingin dan tegas. “Kenapa kau mau membantu putriku melakukan hal seburuk itu? Kau tahu apa akibatnya, kan?”Ezra menunduk, kedua tangannya saling meremas dengan gelisah. Suaranya terdengar pelan, hampir seperti bisikan.

  • Teror Mantan   Ayah Bianca

    Di ruangan sempit berukuran 3x3 itu, Bianca duduk tertunduk, meskipun sorot matanya tetap tajam dan penuh sinis. Di depannya, Daniel, ayahnya, duduk dengan wajah lelah dan frustrasi. Ia menatap putrinya dengan campuran kecewa dan marah yang sulit ia sembunyikan. "Kenapa sih, Bi? Kamu selalu susah dibilangin," ucap Daniel dengan nada penuh penyesalan. "Andai sejak awal kamu pilih ikut Papi ke luar negeri, kamu nggak bakal ada di sini sekarang." Bianca mendongak sedikit, bibirnya tersenyum dingin. "Dan hidup jadi boneka Papi di sana? Maaf, nggak tertarik," balasnya dengan nada sarkastik, meski suaranya terdengar lemah. Daniel mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencoba menahan amarah. "Bianca, ini bukan soal kontrol atau apa yang kamu pikirkan. Ini soal masa depanmu. Kalau kamu dengar dari dulu, hidupmu nggak akan berantakan seperti ini!" Bianca menghela napas panjang, lalu membuang pandangannya ke dinding. "Berantakan? Hidupku berantakan karena aku yang pilih jalanku sendiri, b

  • Teror Mantan   Kabar Baik

    Setelah Bu Arsy pergi lebih dulu, suasana di ruang kepala sekolah terasa lebih tenang, meskipun beban suasana masih terasa menggantung. Kini hanya ada Sinta, kepala sekolah, dan beberapa guru yang tetap duduk di tempat mereka masing-masing.Kepala sekolah akhirnya membuka suara, memecah keheningan. "Bu Sinta, saya tahu ini bukan situasi yang mudah, baik untuk Anda maupun untuk sekolah. Kami benar-benar menyesalkan apa yang terjadi, dan kami akan memastikan bahwa tidak ada lagi kejadian seperti ini di masa depan."Sinta mengangguk pelan, meskipun raut wajahnya masih terlihat tegang. "Apa yang saya inginkan hanyalah keadilan untuk Laura. Anak saya sudah menderita cukup banyak. Dan saya ingin memastikan bahwa Ezra mendapatkan hukuman yang setimpal. Jika sekolah bisa membantu proses ini, saya akan sangat menghargainya."Salah satu guru, Bu Endang, yang sebelumnya ikut berbicara, menatap Sinta dengan sorot mata penuh pengertian. "Bu Sinta, kami juga akan berusaha membantu Laura. Jika dia i

  • Teror Mantan   Permintaan Sinta

    “Ya, memang seharusnya begitu, Pak Kepala Sekolah. Kasus Ezra ini sudah termasuk tindakan kriminal. Di usia dia yang seharusnya digunakan untuk belajar dan menjadi teladan, kenapa dia malah melakukan tindakan sekejam itu?” ujar Sinta dengan nada marah, meskipun berusaha mengendalikan emosinya. “Apalagi dia adalah ketua OSIS di SMA Harapan ini. Bukankah itu membuat segalanya semakin buruk? Bagaimana bisa seorang pemimpin siswa melakukan hal seperti ini?”Kepala sekolah mengangguk pelan, raut wajahnya penuh rasa bersalah. “Kami sangat menyesal atas apa yang terjadi, Bu Sinta. Mungkin Ezra khilaf hingga melakukan perbuatan tersebut. Tapi kami pastikan, sebagai pihak sekolah, kami akan mengambil langkah tegas. Ezra akan dikeluarkan dari sekolah ini,” katanya tegas.Ia melanjutkan, “Untuk Laura, kami ingin memastikan dia tahu bahwa dia adalah korban dan tidak bersalah dalam situasi ini. Kami akan memberikan dukungan penuh untuk membantunya kembali bersekolah di sini, jika itu menjadi keput

  • Teror Mantan   Ruang kepala sekolah

    Jam menunjukkan pukul 9 pagi, Sinta sudah siap untuk pergi ke sekolah Laura, memenuhi panggilan dari kepala sekolah.“Kamu yakin gak mau ikut?” tanya Sinta lagi, untuk yang kesekian kalinya.“Gak, Bun. Buat apa Laura ikut,” jawab Laura sambil memandangi ibunya yang sibuk bersiap-siap.“Ya sudah, kalau kamu gak mau, Bunda berangkat sekarang,” ujar Sinta sambil mengambil tasnya dan melangkah menuju pintu.“Iya, Bun,” sahut Laura pelan, menatap punggung ibunya yang semakin menjauh...... Sesampainya di sekolah, waktu istirahat para siswa dan siswi tengah berlangsung. Sinta melangkah masuk dengan tubuh tegap, meskipun ia menyadari tatapan-tatapan penuh rasa ingin tahu yang tertuju padanya. Bisikan-bisikan dan hinaan terdengar samar dari arah kelompok siswa yang berkumpul, namun Sinta tetap melangkah tanpa goyah. Baginya, ucapan para remaja itu tak berarti apa-apa. Mereka hanya anak-anak yang belum mengerti apa-apa.Sudah beberapa kali ia datang ke sekolah ini, jadi Sinta tahu betul di ma

  • Teror Mantan   Pelukaan Ibu

    Pagi telah berlalu, dan Alex terbangun dari tidurnya karena dering ponsel yang memecah keheningan. Suara itu begitu mengganggu, membuatnya mengerutkan dahi dengan kesal.Dengan mata yang masih berat, Alex meraih ponselnya di meja samping tempat tidur. Tanpa melihat siapa yang menelepon, ia langsung menjawab dengan suara serak, "Halo?"Suara yang tak asing terdengar di seberang, nadanya terdengar tergesa-gesa. "Alex, lo udah liat berita yang lagi viral sekarang?"Alex mengernyit, mencoba memahami maksudnya. "Berita apa?" Ia melirik layar ponsel, baru menyadari nama Rafa tertera di sana."Mendingan lo buka Instagram sekarang," suruh Rafa dengan nada cemas yang sulit disembunyikan.Alex menghela napas berat, bingung sekaligus penasaran. Ia membuka aplikasi Instagram seperti yang diminta. Matanya membelalak saat melihat unggahan yang viral di Instagram. Judulnya jelas: "Terbongkar! Pelaku Kejahatan Terhadap Laura Akhirnya Terungkap."Alex mengusap wajahnya dengan gelisah. Ia memang beren

  • Teror Mantan   Tekad Alex

    "Bunda," panggil Alex saat memasuki rumah Laura yang tampak sepi.Ia melihat ke sana kemari, tapi tak menemukan siapa pun di lantai bawah."Oh, kamu, Lex," sahut Sinta sambil keluar dari kamar."Sepi banget, Bun. Om ke mana?" tanya Alex penasaran."Ayah Laura ada pekerjaan mendadak di luar kota. Mungkin satu atau dua hari baru balik," jelas Sinta. "Kalau Laura, paling dia di kamarnya."Alex terkekeh kecil. "Aku tahu kok dia di kamar, tadi aku lihat dari jendela. Lucu banget, dia kelihatan salah tingkah pas ngintip."Kamu pasti jahilin Laura lagi, ya?" tuduh Sinta sambil melangkah mendekati Alex."Ah, Bunda, enggak kok. Cuma manggil doang," jawab Alex sambil terkekeh kecil, mencoba membela diri."Alex ke sini mau ngasih surat buat Bunda, dari sekolah. Ini panggilan untuk orang tua Laura," ucap Alex sambil menyerahkan surat tersebut kepada Sinta.Sinta menerima surat tersebut dan membacanya sekilas. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menatap Alex dengan penuh rasa khawatir. "Ini tentang

  • Teror Mantan   Sinar Harapan

    Aku masuk ke dalam kamar dengan langkah gontai. Pintu kututup perlahan, tapi rasanya seperti ada beban berat yang mengunci semua energi di tubuhku. Aku duduk di sudut ranjang, memeluk lututku sendiri.Meskipun Ayah dan Bunda tadi memberikan dukungan penuh, aku tahu mereka pasti kecewa. Bagaimana tidak? Anak perempuan mereka yang diharapkan bisa menjadi kebanggaan malah menjadi beban. Aku bahkan tidak bisa bicara dengan pengacara tadi. Aku gagal lagi.Aku menunduk, menatap lantai kosong. Hidupku sudah hancur. Semua yang kubangun, semua yang kucita-citakan, rasanya sirna dalam sekejap. Masalah ini bukan hanya menghancurkan masa depanku, tapi juga mencoreng nama baik keluargaku.Air mata mulai jatuh tanpa bisa kuhentikan. Suara isakan kecil memenuhi keheningan kamar. Aku tahu Ayah dan Bunda mencoba menguatkanku, tapi aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Bagaimana mereka bisa bangga pada anak perempuan seperti aku—yang bahkan tidak punya keberanian untuk menghadapi semuanya?Aku merem

  • Teror Mantan   Kamu Gak Sendiri

    Sementara itu, di rumah Laura, suasana terasa canggung. Seorang pria berjas rapi, pengacara yang dipanggil oleh ayah Laura, duduk di ruang tamu bersama mereka. Ia membawa sebuah tas kerja dan setumpuk dokumen yang diletakkannya di atas meja.“Silakan diminum, Pak, tehnya,” ujar Sinta dengan senyum ramah sambil menyodorkan cangkir teh."Terima kasih, Bu," jawab pengacara itu sopan sebelum menyesap teh hangat tersebut.Namun, berbeda dengan kehangatan Sinta, Laura justru duduk di sudut sofa dengan kepala tertunduk. Jemarinya sibuk memainkan ujung sweater yang ia kenakan, mencerminkan kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan.Ayah Laura, yang duduk di sebelah pengacara itu, berdehem kecil, mencoba mencairkan suasana. “Jadi, Pak Adrian, bagaimana langkah awal yang bisa kita ambil untuk membantu Laura keluar dari masalah ini?”Adrian meletakkan cangkir tehnya, lalu membuka map di hadapannya. “Saya sudah membaca berkas-berkas yang Bapak kirimkan sebelumnya. Situasinya cukup rumit, tapi tida

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status