ADNANAku akan nekat pergi malam ini juga untuk menyusul Ela ke Bali. Namun, kondisi tubuh nyatanya tak memungkinkan. Kalaupun memaksakan penerbangan malam, rasanya takkan sanggup. Kutahan diri hingga esok pagi. Meski emosi ini sudah meledak-ledak, sekuat mungkin ditahan hingga nanti. Akhirnya kembali ke peraduan untuk merebahkan diri di sana. Aku sangat butuh istirahat agar tak ambruk. Baru merebahkan diri, pintu kamar diketuk. Aku tahu itu pasti bi Asih. Ingin marah sebab merasa terganggu, tapi diurungkan. Kasihanlah dia yang tak tak tahu apa-apa harus kena getahnya. “Tuan, maaf saya mau istirahat. Makan malamnya sudah saya rapikan kembali.” Aku mengangguk pada wanita yang seusia mama itu. Namun, sebelum ia membalikkan badan, aku menahannya dengan pertanyaan. “Bi, apa bibi tahu sesuatu tentang Nyonya?” Wanita itu terdiam. Ia menatapku sekilas, lalu menunduk. Aku tahu bibirnya bergerak, tapi belum juga keluar kata-kata. Seperti ketakutan untuk menyampaikan sesuatu. Kasihan juga
Read more