“Kakak dan adik baik-baik di sini, ya. Om pulang dulu, nanti ke sini lagi!” terang mas Afgan saat pamit pada dua anakku. “Ooo, enjih?” sahut Azkia, “Angaaan!” teriaknya kemudian. Ia menghambur ke arah pelukan mas Afgan. “Om marah, ya sama kami? Maafin, nanti kakak main lagi, deh sama Om, gak sama papa! Om jangan pergi, ya!” timpal Azka. “Kakak sayang, Om, beneran!” Mas Afgan memeluk dua buah hatiku. Ia mengelus rambut dan punggung keduanya. Ternyata prasangkaku salah. Azka dan Azkia tak berpaling dari omnya. Mereka tetap mencintai calon papa tirinya. “Om tidak marah, om sayang sama kakak dan adek. Jangan nangis, ya. Nanti om ke sini lagi untuk bawa mama, Azka dan Azkia ke rumah baru.” Azka melepas pelukan, lalu bertanya, “Rumah baru?” “Iya, nanti om, mama, Azka dan Azkia tinggal di rumah baru. Di sana ada kolam renangnya,” jawab mas Afgan. “Yeaaa!” seru Azka. “Aaaayyy!” timpal Azkia tak mau kalah. “Om pergi, ya. Minggu depan om janji akan datang lagi!” Nani dan suaminya pun
Baca selengkapnya