“Deuh, yang mau ketemu Ayank,” bisik Nani yang baru saja datang. Kutepuk saja lengannya pelan. “Yaudah, mba dandan aja, aku deh yang gantiin masak. Anggep pahala bantu pengantin,” lanjutnya sambil cekikikan. Lalu dia pergi ke dapur. Ya ampun segitu kentarakah perasanku di sisinya. ‘Kan jadi malu tak bisa menyembunyikan kegeeran. Pukul sepuluh suara mobil memasuki halaman, lalu terdengar pekikan Azka dan Azkia. Tentu saja mereka girang sebab yang ditunggu sudah datang. “Oooom!” “Oooo!” Sepertinya mereka sedang berebut minta dipeluk. Soalnya ada kegaduhan adu mulut antara Azka dan Azkia. Aku? Mendadak lutut ini lemas, mungkin saking gugup akan bertemu dengannya. Ya ampun, Rida apa-apan, sih kamu? Inget umurlah! Sudah bukan abege, loh! “Loh, Mba, kok masih di sini. Udah sana sambut pangerannya! Katanya kangen!” goda Nani. Ampun, eh anak ini. Bikin hati main jedar jeder. Dia malah mendorongku untuk keluar dari dapur. Untung saja sudah memakai gamis dan kerudung. Dengan kondisi d
Read more