Home / Pernikahan / WAJAH ASLI ISTRI BARUKU / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of WAJAH ASLI ISTRI BARUKU : Chapter 11 - Chapter 20

135 Chapters

JANGAN BOHONG

Selepas berganti pakaian, aku segera mengambil ponsel kembali. Sekarang harus mengamankan posisi Ela dengan memberitahu keadaan sebenarnya. Sekaligus kukatakan bahwa akan menginap di sini agar tak dicurigai.Satu hal yang paling penting dia tak boleh menghubungi. Khawatir saat menerima telpon, mama mendengar. Bisa-bisa itu jadi petaka tak terelakkan.Untunglah wanitaku itu pengertian. Ia mengatakan memang harus menginap demi menghilangkan kecurigaan.“Maaf, ya, Sayang, aku gak bisa peluk kamu malam ini.”“Iya, Sayang tak apa. Aku ngerti banget situasi kamu. Lagipula berbakti pada mama itu ‘kan lebih utama,” sahut Ela. Ucapannya ini membuatku begitu tenang. Ia juga tak kalah baik pada mertua dari Rida. Andai mama mau membuka hati pastilah hubungan mereka akan harmonis.Kurasa tak semudah itu mama akan menerima Ela. Ia amat sangat menyayangi Rida, bahkan kadang perhatiannya pada mantan istriku itu lebih dari pada anaknya sendiri.
Read more

KENAPA JADI BEGINI?

ADNANAku menyerah. Sepertinya memang tak ada lagi cara untuk menutupi masalah ini.. Aku harus menceritakan semua apapun resikonya.“Ini pasti juga berkaitan dengan kepergian bi Enah dan suaminya. Mereka pasti bukan pulang kampung sementara, iya’kan? Jawab Adnan!” paksa mama dengan suara yang telah lebih meninggi dari sebelumnya. Sorot matanya pun makin menakutkan, persis seperti dulu saat aku memukul teman sekolah hingga masuk rumah sakit. “Aku harus pergi kerja, Mah. Sore aku akan ceritakan semua, janji! Sekarang aku mau ganti baju, Mah, maaf!”Mama mendengkus kasar, tapi ia tidak bisa mencegah anaknya ini untuk kerja. Akhirnya mama mengalah, ia pun melangkah menuju pintu.“Mama tidak akan pulang sebelum kamu menceritakan apa yang terjadi!”Selepas berkata begitu mama keluar kamar. Dari cara berjalannya yang menghentak, aku tahu wanita itu sangat emosi.Aku duduk di tepi ranjang untuk meredakan sedikit ket
Read more

KAMU BODOH

ADNANDi jam istirahat, sengaja aku mengajak Ela makan bersama di restoran yang dekat dengan kantor. Di sana kuutarakan semua hal yang terjadi.Tempatnya tak terlalu ramai pengunjung hingga lebih leluasa bicara hal pribadi. Jarak antaa satu meja dengan meja lain pun cukup aman dari adanya aktivitas menguping pembicaraan. Apalagi kami mengambil duduk paling pojok. “Mba Rida pergi ke mana, Mas? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Aku khawatir banget loh ada apa-apa sama mereka!” ucap Ela dengan raut dipenuhi kecemasan. Wajah yang tadi ceria saat pertama melihatku, berubah suram. Ela tampak tulus mencemaskan keadaan Rida dan anak-anak. Sungguh, wanita luar biasa. Betapa besar jiwanya. Aku makin mengagumi sosok tulus di depan mata.“Aku juga tak tahu, kata bi Enah dia tak menceritakan ke mana akan pergi.”Ela menghela napas berat. Wajahnya terlihat makin diliputi kecemasan. Hal tersebut pastilah bukan rekayasa, tapi tulus
Read more

TAK MAU TAHU

Mama terlalu mencintai Rida hingga ia amat terluka. Seakan keburukanku kepada Rida adalah keburukan pada dirinya.Lihatlah Adnan! Keputusanmu melepas Rida telah menyakiti banyak orang. Bahkan ibumu sendiri sangat terpukul, bagaimana dengan Rida sendiri, bisa jadi lebih dari ini.Mama masih menangis hingga bermenit-menit. Sementara aku hanya mampu mendengarkan tangisan tanpa punya nyali menyentuh untuk menenangkan.Itu adalah air mata kekecewaan yang teramat dalam. Mama bukan tipe wanita cengeng atau melankolis. Dia adalah perempuan tangguh yang sangat jarang menangis. Namun, kali ini hatinya terlalu dalam merasakan kesakitan.Entah setelah berapa menit, tangis mama akhirnya berhenti. Kemudian ia membisu. Hanya helaan berat dan sisa-sisa isakan yang terdengar.“Begitulah kalau kita tak bisa mengendalikan hawa napsu. Sebaik apapun istri di rumah, mata tetap akan tertuju pada wanita penggoda. Wanita yang bahkan tak pernah menyiapka
Read more

TERSINGKAPNYA TOPENG PERTAMA

ELA“Wanita baik-baik tidak akan merebut suami orang. Apalagi sampai menghancurkan sebuah rumah tangga! Sesuatu yang kau dapat dengan cara curang takkan berkah!” serang wanita yang mengaku sebagai mama mas Adnan setelah membentak suamiku. Wajahnya memiliki kemiripan dengan mas Adnan pada area mata dan hidung. Dia mendekatiku dengan gaya tangan disedekapkan di dada. Nyata sekali kebencian di dirinya pada istri anaknya ini. Mendengar cercaan itu, emosiku naik. Rasanya ingin menjambak dan menamparnya berkali-kali. Namun, aku harus bisa mengendalikan diri saat ini. Di hadapan mereka wajib jadi pemeran tokoh teraniaya. Kalau perlu meratap dam mengiba. Mas Adnan juga kulihat sangat emosi. Pegangan tangannya menguat di jari ini. Pastilah, bagaimanapun juga aku adalah istri tercintanya. Menghinaku sama dengan menghinanya. Dan juga sepertinya sedih sebab pilihannya tak didukung.“Mah, kumohon jangan bicara begitu. Bagaimanapun Ela sek
Read more

MONSTER

ELA Kudongakkan kepala dengan mata menantang padanya. Tak secuil pun aku takut, apalagi hormat pada wanita ini. Jangan salahkan jika aku berlaku kasar sekarang. Dalam kamus Ela tak ada yang namanya gentar pada manusia model apapun. Apalagi hanya seorang wanita tua yang harusnya sudah masuk liang lahat. “Aku tidak akan membiarkanmu merusak apa yang telah kuperjuangkan! Dengar wanita bodoh, kau tidak akan pernah menang melawan Ela!” serangku dengan gaya melecehkan. Mertuaku terkesiap mendengar kata-kata itu. Dipikir, mungkin aku akan terus bersikap sok baik. Tak perlu lagi bersandiwara di depannya sekarang. Toh, dia sudah mengetahui yang sebenarnya.Lebih baik membuat gertakan yang bisa menghentikan kelakuan kampungannya. Harus ada cara membuatnya tak bisa lagi menganggu rumah tanggaku. Itulah yang selalu kulakukan pada siapapun yang jadi penghalang. Tak boleh dibiarkan banyak tingkah. “Akhirnya kau memperlihatkan wujud asli. Ad
Read more

KEHIDUPAN BARU

RIDA “Loh, Pah tumben belum rapi?” tanyaku pagi di mana mas Adnan ternyata tengah menyimpan rencana mengatakan hal yang tak pernah kusangka. Ia tak menjawab pertanyaanku, hanya memandangi dengan tatapan yang sulit di artikan. Lalu, mataku terbelalak saat tiba-tiba ia berlutut. “Aku minta maaf karena telah mengkhianati kesucian cinta kita, aku, aku telah menjalin hubungan dengan wanita lain, namanya Ela!” Mataku yang terbelalak, makin melebar. Mulutku juga ikut terbuka. Antara percaya dan tidak kurespon ucapannya. “Pah, jangan bercanda, ah. Atau Papa mau bikin kejutan spesial, nih! Bentar-bentar, sekarang hari apa, ya. Oalah, Ultah pernikahan bukan, hari lahir juga enggak, awal ketemuan, is bukan, ah!” Mas Adnan menunduk, ia lalu meletakkan dua tangan di atas lantai. Dalam posisi demikian ia pun bicara, “Hubungan kami sudah terjalin satu tahun. Dan, sekarang keluarga Ela mendesakku untuk menikah dengannya, kalau tidak hubungan kami harus be
Read more

PENGALIHAN RINDU

Karena Azkia memiliki sifat tak mudah dekat dengan orang baru, ia malah memelukku erat. Aku merasa tak enak pada pria yang sudah berbaik hati mengambilkan bola.“Ayo, ambil bolanya dari om,” bisikku sambil mengelus rambut. Anak ini memang memiliki rasa malu tinggi. Meski sudah dimotivasi tetap saja ia tak mau.“Om kasih kakak saja, ya,” ucap pria berkaca mata itu setelah melihat Azkia tak kunjung menyambut bolanya.Ia lalu menyerahkan bola pada Azka. Setelah diterima pria yang mungkin seusia mas Adnan kembali bicara, “Nama Om Afgan, Siapa nama kakak?”“Azka, Om! Terima kasih bolanya,” jawab Azka. Anak tersebut sudah biasa mengucapkan kata terima kasih pada siapapun yang membantu. Aku memang menanamkan adab pergaulan sejak dini dengan harapan kelak akan menjadi anak yang berakhlak mulia. “Sama-sama, Sayang. Om pamit, ya. Nanti kita main bola mau?” Azka melirik ke arahku untuk minta persetujuan. Karena ia sangat berharap aku anggukan kepala.Senyum b
Read more

OM DATANG

Hari minggu pagi aku mempersiapkan bekal untuk acara jalan-jalan. Hanya keliling kebun teh untuk menghibur hati buah hatiku. “Kakak, kakak! Jangan lupa bawa tasnya!” Aku memanggil Azka berulang-ulang. Namun, tetap tak ada sahutan. Biasanya anak itu akan langsung datang di panggilan pertama. Karena penasaran, aku hentikan kegiatan membereskan bekal. Aku keluar dapur dengan maksud mencari Azka. Karena belum ditemukan, aku pun keluar rumah. Dan, pantas saja Azka tak menjawab panggilanku. Rupanya om yang ditunggu ada di halaman. Saat melihat kedatanganku, lelaki itu menurunkan Azka dari gendongannya. Ia kemudian mengangguk sopan serta mengembangkan senyuman. Selanjutnya pria berkacamata itu melangkah ke arahku sambil menuntun Raka. Untuk meredakan kegugupan, aku berdeham pelan. “Maaf, tadi belum sempat mengucapkan salam. Saya langsung bermain dengan kakak Azka. Assalamualaikum, mama Azka!” “Oh, eh, assalamualaikum, Om Afgan!” Aku benar-b
Read more

LELAKI YANG DIKHIANATI

LELAKI YANG DIKHIANATI AFGAN Azka dan Azkia membawaku pada kenangan masa lalu. Kenangan indah yang kini hanya ada dalam memori. Meski demikian, takkan pernah hilang ditelan waktu. Dua buah hatiku telah pergi akibat sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan seseorang yang bergelar ibu. Sosok manusia yang harusnya menjadi tempat mereka bermanja, nyatanya hanya monster perampas kebahagiaan sekaligus nyawa. Canda tawa dan keriangan di wajah-wajah polos itu serupa magnet yang membuatku sanggup menyisihkan waktu untuk dapat menemuinya. Di tengah segala kesibukan, aku mengupayakan satu hari saja untuk datang.. Pada hatiku dan hati keduanya seperti ada ikatan. Itulah mungkin yang dinamakan pengalihan rindu. Dengan begitu aku tak perlu lagi tidur mendekap dua foto wajah permata hati. * “Darimana kau?” tanyaku pada wanita yang jalannya selalu membusungkan dada. Bahu terbuka yamg menampilkan kulit seputih pualam itu menjengkit. “Bukan urusanmu!” ejeknya.
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status