RIDA “Loh, Pah tumben belum rapi?” tanyaku pagi di mana mas Adnan ternyata tengah menyimpan rencana mengatakan hal yang tak pernah kusangka. Ia tak menjawab pertanyaanku, hanya memandangi dengan tatapan yang sulit di artikan. Lalu, mataku terbelalak saat tiba-tiba ia berlutut. “Aku minta maaf karena telah mengkhianati kesucian cinta kita, aku, aku telah menjalin hubungan dengan wanita lain, namanya Ela!” Mataku yang terbelalak, makin melebar. Mulutku juga ikut terbuka. Antara percaya dan tidak kurespon ucapannya. “Pah, jangan bercanda, ah. Atau Papa mau bikin kejutan spesial, nih! Bentar-bentar, sekarang hari apa, ya. Oalah, Ultah pernikahan bukan, hari lahir juga enggak, awal ketemuan, is bukan, ah!” Mas Adnan menunduk, ia lalu meletakkan dua tangan di atas lantai. Dalam posisi demikian ia pun bicara, “Hubungan kami sudah terjalin satu tahun. Dan, sekarang keluarga Ela mendesakku untuk menikah dengannya, kalau tidak hubungan kami harus be
Read more