Home / Horor / Tilasmat / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Tilasmat: Chapter 81 - Chapter 90

105 Chapters

81. Akhir Dari Alex Serta Sakit Dadakan

“Sri, sebaiknya kamu pulang sekarang, tidak usah ikut ke kantor polisi. Ini biar aku yang urus dan nanti minta bantuan sama Fakhri,” tutur Rendi. Aku pun menurut, lalu keluar dari ruang kerja Rendi untuk kembali ke rumah.Selama beberapa hari ini, tanggung jawab perusahaan dipegang penuh oleh Om Reksa serta Anita. Om-ku itu berubah posesif setelah penculikan tempo hari, hingga melarangku keluyuran sebelum Alex tertangkap. Dan sebaiknya gegas kembali ke rumah, sebelum Abah mengadu pada Om Reksa kalau aku keluar tanpa ditemani siapa pun.“Sri.” Seseorang menepuk bahu setelah aku keluar dari elevator.Saat menoleh, Rasya berdiri dengan senyum merekah di wajah. Kenapa kami harus bertemu lagi di tempat yang sama?Dia akhirnya melepaskan tangan setelah mendapat tatapan tajam. “Kok udah mau pulang aja? Ngomongin apa sih sama Rendi, sampai berduaan di dalam. Ingat loh, kalian ini bukan muhrim,” ucap pria itu seraya menekankan kata terakhirnya hingga beberapa karyawan yang berlalu lalang melir
Read more

82. Terkena Guna-guna

Aku terbangun dengan keringat dingin dan tubuh menggigil. Ketika diamati, ruanganku berada sekarang adalah kamar tidur. Siapa yang memindahkanku kemari? Bukannya tadi berada di ruang keluarga hendak salat berjamaah?Pintu kamar terbuka, menampakkan sosok tante Rina yang membawa segelas air di tangan. “Minum dulu, Neng.” Beliau segera membantu mengangkat tengkuk dan meminumkan air tadi. Rasanya, semua dahaga menghilang seketika begitu air itu melewati kerongkongan.“Tunggu sebentar, ya. Om Reksa sudah memanggil dokter kemari,” ujar tante Rina. Aku hanya mengangguk. Entah kenapa suara sulit keluar.Beberapa saat kemudian, seorang wanita dengan jas putih datang bersama Om Reksa. Kemudian dia meletakkan alat yang tersambung ke telinganya di atas dada. Beberapa kali aku menarik nafas pelan sesuai arahan dokter.“Sepertinya hanya kelelahan biasa. Sebaiknya banyak istirahat dan minum air putih yang banyak, saya akan resepkan vitamin,” ungkap dokter, segera membubuhkan tinta di atas kertas ke
Read more

83. Penyembuhan

“Syuut..” Siti menyuruhku agar terdiam.Lama-kelamaan rasa dingin itu berubah menjadi rasa panas yang membakar. Tak tahan rasanya hingga aku pun meringis dan hampir menangis karenanya. “Apa yang kau lakukan pada lukanya?” tanyaku.“Menyembuhkanya, tentu saja,” jawab Siti.Menyembuhkan, katanya? Menyembuhkan apa kalau rasanya malah semakin membuatku tersiksa. “Tahan sebentar, obatnya tengah bekerja sekarang. Nanti setelah ini kau tidak akan merasakan sakit lagi, dan luka itu tidak akan membekas,” tuturnya.Aku hanya bisa mencengkeram kuat seprai untuk melampiaskan rasa sakit yang semakin menjalar hingga dengan tiba-tiba perut pun ikut mual dan keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit.“Rubah yang kau lihat di dalam mimpi itu bukanlah makhluk sembarangan. Dia memiliki sihir yang sanggup membunuh seseorang dengan cakarnya. Obat yang kutuang barusan merupakan pemberian leluhurmu, dia menyuruhku menuangkannya pada luka itu,” paparnya.Rasa mual semakin menjadi, hingga aku pun tak
Read more

84. Mengantarkan Abah Ke Garut

Om Reksa mempersilahkan duduk di kursi yang ditariknya. Lalu aku pun duduk di sana bergabung dengan mereka. “Alhamdulillah. Atas kehendak Allah melalui perantara Om dan Abah, Neng sudah merasa lebih baik dari sebelumnya,” jawabku. Keduanya serempak mengucap syukur.Pembicaraan pun beralih pada topik penemuan buhul sihir semalam oleh Abah serta Om Reksa. “Sebisa mungkin, hindari Rasya mulai dari sekarang. Kalau perlu, segera pergi ketika melihatnya meski dari kejauhan,” pesan Om-ku ini.Tak ada yang disembunyikan dari keduanya. Selama satu minggu itu, Rasya terus datang ke mimpi hingga aku pun memberitahu Abah dan Om Reksa. Keduanya yakin jika Rasya lah orang yang mengirim guna-guna.“Baik, Om.” Aku memilih menurut. Toh ini semua demi kebaikan semua orang. Lagi pula aku dan Rasya tak lagi memiliki kerja sama setelah apa yang dia lakukan dulu. Tidak mungkin kami akan bertemu sesering dulu.Tapi tunggu! Bagaimana bisa Rasya mengirim guna-guna padaku. Bukankah untuk melakukan itu dia haru
Read more

85. Cobaan Yang Belum Usai

Pintu kamar Abah sudah tiga kali diketuk. Namun, beliau tak kunjung membukanya. Rasa khawatir menyelimuti diri, takut beliau kenapa-napa karena saat salat subuh berjamaah, sosoknya tak nampak di manapun. Saat ditanyakan pada Fakhri, katanya beliau mengeluh tak enak badan.“Abah baik-baik saja?” tanyaku untuk ke sekian kali ketika terdengar suara batuk dari dalam.“Mungkin Abah sedang salat, Teh.” Fakhri muncul dari arah dapur dengan gelas kopi yang masih mengepulkan asap. Segera dibawanya gelas itu menuju Pak Ahmad yang tengah duduk di teras seusai salat.Aku pun meninggalkan pintu lalu melangkah menuju dapur. Berniat menyiapkan sarapan untuk semua orang. Saat membuka kulkas, rupanya sudah ada satu ekor ayam kampung yang sepertinya belum lama dibersihkan. Sangat tidak mungkin jika Abah yang menyiapkannya, karena beliau tak enak badan, apa Fakhri yang menyiapkannya? Entahlah, siapa pun itu, aku akan memasaknya menjadi menu kesukaan Abah, opor ayam kampung.Sekitar satu jam berkutat di
Read more

86. Permintaan Terakhir

Author POVSemakin hari, kondisi Bah Ilham semakin memburuk. Untuk bernafas pun beliau harus dibantu alat-alat medis yang terpasang di tubuh. Keinginan terakhirnya telah sampai ke telinga keluarga Ranti. Semua orang menyambut baik keinginan Bah Ilham dan merestui pernikahan kedua memantu mereka dengan keponakan mereka sendiri.Om serta tante Sri yang berada di Jakarta pun telah menyusul ke Garut setelah mendengar kondisi Bah Ilham. Pernikahan hanya tinggal menunggu hari. Sengaja dimajukan karena kondisi Bah Ilham yang semakin memprihatinkan.Dengan telaten, Sri mengurusi sang kakek yang kini hanya bisa terbaring lemah di atas belangkar. Sri tidak pernah mengeluh ketika menyediakan segala kebutuhan sang kakek atau bahkan membantunya membersihkan kotoran sekalipun. Terkadang dia akan bergantian dengan Fakhri, sang calon suami.“Pulanglah, dan istirahat. Sudah dua hari ini Teteh tidak tidur dengan teratur, biar saya yang jaga Abah sekarang,” ujar Fakhri.Sri menggeleng seraya terus menat
Read more

87. Kepergian Abah Ilham

Fakhri menaburkan bunga di atas gundukan makam di hadapan. Ada rasa rindu yang terpancar dari mata pria itu ketika tatapannya lekat pada batu nisan bertuliskan nama sang istri yang menemaninya selama hampir dua bulan pernikahan mereka.Kemudian, pandanganya beralih pada gundukan kecil di samping makam Ranti. Di sana, calon buah hatinya dimakamkan. “Akang sudah penuhi keinginan terakhirmu. Tenanglah di alam sana, dan titip salam pada anak kita. Akang sangat menyayangi kalian berdua.”Fakhri mengelus pusara sang istri lalu mengecupnya beberapa detik sebelum beranjak pergi. Tak bisa dipungkiri jika perasaan Fakhri pada Ranti mulai tumbuh seiring berjalannya rumah tangga mereka. Namun ketika rasa itu hadir, Allah lebih menyayangi sang istri dan mengambilnya.Ranti merupakan sosok istri yang patuh dan tidak pernah banyak menuntut. Bahkan ketika perasaannya belum terbalaskan pun Ranti selalu melayani dengan penuh keikhlasan. Perasaan sayang itu muncul perlahan hingga sedikit demi sedikit pe
Read more

88. Keterlibatan Aldi

Fakhri dan Idrus menjadi orang terakhir yang meninggalkan makam, malam itu. Jam di tangan Idrus telah menunjuk angka sembilan. “Tunggu, Ri.” Idrus menahan tangan sang sahabat yang hendak melangkah.Pemuda itu mengangkat tangan sebagai isyarat agar Fakhri tidak buka suara lalu menunjuk ke arah lain, di mana terlihat cahaya senter menyoroti jalan setapak menuju hutan. “Orang yang mau berburu tokek mungkin, Kang,” ujar Fakhri.“Emang sejak kapan Aldi jadi pemburu tokek?” tanya Idrus. Segera menarik lengan Fakhri agar mengikutinya membuntuti orang tadi.Keduanya berjalan dengan mengendap-endap seraya mengambil jarak dari sosok pria di depan. “Bangunan tua? Untuk apa Aldi ke sana?” Idrus kembali bergumam.“’Kan udah saya bilang tadi, mungkin dia mau berburu tokek. Udah, ayo kita pulang,” ajak Fakhri. Namun, Idrus kembali mencekal tangannya.“Kang, istri saya pasti menunggu di rumah,” ucap Fakhri seraya berbisik.“Mentang-mentang pengantin baru,” cibir Idrus, mengcebikkan bibir.Keduanya b
Read more

89. Berdamai Dengan Keadaan

Sri segera mendorong dada bidang sang suami ketika bibir mereka hampir bertemu. “Kenapa?” Fakhri sedikit kecewa dengan penolakan sang istri.“Lupa bilang kalau Om Reksa tadi menyuruh Mas menemuinya di ruang depan.” Fakhri mendesah kecewa mendengar jawaban sang istri. Dengan langkah gontai, pria itu pun keluar dari kamar untuk menemui Reksa yang sudah menunggu sejak tadi di ruang tamu bersama Idrus.“Kamu itu mandi atau semedi sih, Ri. Om udah nungguin dari tiga puluh menit yang lalu. Tuh, lihat, kopi Om aja udah habis segelas,” omel Om Reksa.Fakhri meringis, segera mengambil tempat di samping Idrus. “Memangnya ada apa Om manggil Fakhri?” tanya pria muda itu.“Jadi, begini Ri…” Om Reksa mulai menceritakan apa yang ia dan Idrus ketahui ketika di kantor polisi mengenai Aldi."Pemuda itu sudah terjun ke dalam dunia hitam sejak lama. Bahkan sebelum Mang Burhan terjun. Pemuda itu pun mengaku terlibat dalam pesugihan di mana sang adik menjadi korban pemuas nafsu para pengikut Ki Amar.Aldi
Read more

90. Akhir Hidup Rasya

Sri menatap sendu, pada sosok yang saat ini tengah meronta-ronta di atas belangkar dengan sekujur badan yang tertutup perban. “Apa yang terjadi pada Rasya, Ren?” tanya wanita itu.“Semuanya berawal ketika anak buah Alex mengejar-ngejar Kak Rasya,” jawab Rendi, menghela nafas perlahan.Sri membulatkan mata. Bagaimana bisa pria itu masih saja bertindak jahat meski di dalam kurungan penjara saat ini.“Apa sebabnya mereka mengejar Rasya? Apa Alex dan Rasya saling mengenal?” Rendi mengangguk.“Aku baru mengetahuinya setelah Kak Rasya mengalami kecelakaan ketika mobilnya tertabrak kereta karena menghindari kejaran anak buah Alex. Dari tangan kanan yang biasa menemaninya kemana pun, aku menemukan fakta jika mereka menjalin kerja sama di belakangku.Aku juga mengetahui jika Alex mengejar Kak Rasya sebab dialah orang yang membocorkan informasi transaksinya kepada polisi. Dia yang telah memfitnahmu hingga Alex mengincarmu waktu itu,” papar Rendi.“Tolong maafkan semua kesalahan yang pernah dia
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status