Home / Horor / Tilasmat / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tilasmat: Chapter 71 - Chapter 80

105 Chapters

71. Tekanan Perusahaan

Author POV“Paman.” Sri bergegas menghampiri Reksa, adik dari Bu Intan yang membantu mengelola perusahaan.“Perusahaan tidak bisa menerima tekanan lebih dari ini, Nyimas.” Paman Reksa menyugar rambut ke belakang, kebiasaannya ketika tertekan.Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Siapa pun yang berniat menjatuhkan kerja keras sang ayah akan berhadapan langsung dengannya. Sri yakin seseorang melakukan ini dengan sengaja. Tapi siapa? Dia tak merasa memiliki musuh atau seseorang yang disinggung.Tunggu. Ada satu orang yang sepertinya tersinggung oleh perusahaan, atau lebih tepatnya oleh Sri selaku pimpinan perusahaan. Alexander Corp’s, kemungkinan besar merekalah dalang dari semua ini.Tak menunggu waktu lama, gadis itu segera meninggalkan ruangan sang paman. Sri bahkan mengabaikan panggilan Anita, lalu menghilang dibalik pintu elevator setelah menekan angka menuju lantai dasar. Begitu sampai di lantai dasar, Sri segera menghampiri resepsionis yang berjenis kelamin laki-laki.“Apa aku bi
Read more

72. Sebuah Jebakan

Tatapan Alex terpaku melihat sosok Srikandi. Ternyata apa yang dikatakan Rasya benar adanya. Gadis itu terlihat begitu misterius, dan sangat anggun dengan pakaian serta benda yang menutupi kepala hingga bawah dadanya yang Alex sendiri lupa namanya.“Ekhem..” Sri yang merasa risih dengan pandangan Alex langsung menjauh kemudian mendudukkan bokong di sofa.“Bisakah Anda menyingkirkan botol minuman ini, tuan?” Sri menatap pria yang sejak tadi berdiri di samping Alex.“Kenapa Nona?” Pria itu bersuara.“Saya tidak suka dengan baunya.” Sri mengibas-ngibaskan telapak tangan di depan hidung.Pria itu menatap sang atasan sejenak. Setelah mendapat anggukan dari Alex, barulah ia menyingkirkan botol serta gelas bekas tadi mereka minum. Alex bangkit dari kursi kebesarannya lalu berjalan ke arah sofa.“Nona Srikandi, bukankah seharusnya sayalah yang bertanya kenapa Anda membatalkan proyek kerja sama kita?” Alex malayangkan tatapan tajam pada gadis di seberang.Sri tersenyum kecil, lalu berkata, “Sa
Read more

73. Korban Fitnah

“Terima kasih, Pak. Saya harap pelaku yang mencuri mobil saya bisa segera diketemukan,” ucap Srikandi pada seorang inspektur polisi.Siang itu, dia mengunjungi kantor polisi untuk melaporkan kehilangan mobil miliknya yang terjadi tadi malam. Sri takut jika mobil itu digunakan untuk kejahatan yang nanti akan menyeret namanya mengingat mobil terdaftar atas nama Sri sendiri.“Baik, Bu. Laporan Anda akan segera kami proses.”Setelahnya, Sri meninggalkan kantor polisi tanpa menyadari jika seseorang telah memotretnya secara diam-diam dari kejauhan. Sri segera menghampiri sebuah lamborgini warna hitam yang terparkir di depan kantor kepolisian.Setelah itu, seorang pemuda keluar dan membukakan pintu untuknya di bagian samping kemudi. “Bagaimana?” tanya pemuda itu, sesaat setelah masuk ke dalam kursi kemudi.“Mereka akan memeriksa rekaman CCTV di sekitaran kompleks nanti,” jawab Srikandi.“Syukurlah.” Si pemuda berucap lega."Semoga segera ketangkep," harap pemuda itu. Sri langsung mengaminkan
Read more

74. Penculikan

Sri POVEntah kenapa dua hari ini aku merasa seseorang terus membuntuti kemana pun pergi. Apa hanya perasaan saja? Karena ketika dicari, tak ada seorang pun yang mencurigakan. Ini sangat aneh.Tak ingin berlama-lama terpaku dalam pikiran negatif, tungkai kembali melangkah ke arah mobil, hendak mengambil baju ganti karena malam ini seperti biasa aku akan menghabiskan waktu memeriksa dokumen.Tak biasanya juga Pak Cecep tertidur di pos satpam. Ingin menegur, tetapi kasihan. Mungkin dia kelelahan karena harus masuk shift malam setelah bekerja sebagai sopir bis. Biarlah, toh masih ada beberapa karyawan yang juga tengah lembur.“Kami pulang duluan, Bu.” Baru saja merasa senang karena ada teman lembur, sudah dipatahkan lagi sebab mereka telah menyelesaikan pekerjaan dan bersiap untuk pulang.“Ya, hati-hati kalian,” kataku.Begitu sampai di ruangan, tiba-tiba segelas kopi telah tersaji dengan masih menguarkan asap putih yang seketika membuatku tergugah dengan wanginya. Siapa yang bikin kira-
Read more

75. Double POV (Titik Temu)

Dengan sedikit kesadaran yang masih tersisa, terlihat Alex berjalan mendekat. Ternyata mereka membawaku kembali ke kamar sebelumnya.“Jangan,” lirihku ketika tangan besar itu menarik paksa jilbab yang menutupi kepala. Bahkan, tangan itu kini telah merambat ke arah tubuh bagian atas.“Ayah, Ibu!” Kugenggam erat pecahan beling yang diambil saat terjatuh di samping guci tadi."Argh!"Alex meraung kesakitan ketika bahunya ditusuk dengan pecahan itu. “Wanita sialan!” Dia kembali mendaratkan tamparan di pipi.Dengan langkah terseok, aku kembali mencoba melarikan diri. “Lepaskan aku!” Mencoba berontak ketika Alex memeluk dari belakang.“Sudah kukatakan jika bukan aku yang melaporkan transaksi itu pada polisi.” Sekali lagi mencoba meluruskan kesalahpahaman di antara kami. Namun, Alex tak juga menggubris. Bahkan, bibirnya beberapa kali mencoba menjangkau area leher.“Aku sudah tidak peduli lagi dengan siapa orang yang melaporkan transaksi itu pada polisi. Yang terpenting sekarang, aku mengingi
Read more

76. Demam

Meraba dinding, mencari saklar lampu agar mudah melihat sekitar. Begitu lampu menyala, tatapan langsung tertuju pada gadis yang tengah meringkuk di atas tempat tidur dengan selimut yang membungkus tubuh hingga batas leher.“Sri?” Beberapa kali kupanggil nama. Namun, dia tak kunjung membuka mata. Apa Sri pingsan?Entah panggilan keberapa, gadis itu pun perlahan membuka matanya yang terlihat begitu sembab. “Sri?” panggilku, pelan.Sri menoleh dan langsung merapatkan selimut ke tubuhnya. “Rendi? Tolong aku, Ren. Tolong ambilkan sesuatu untuk menutupi tubuhku,” lirihnya, kemudian menunduk.Memilih untuk tidak menanyakan apa yang terjadi dan berjalan ke arah lemari di seberang tempat tidur. Beberapa saat mengobrak-abrik isinya, aku pun mengambil sebuah mantel panjang, celana panjang, serta kaus laki-laki yang entah siapa pemiliknya.“Tolong berbalik, aku akan pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mengganti pakaian sebelum menjelaskan semuanya.” Sri bersuara serak, seperti menahan tang
Read more

77. Kedatangan Abah

Sri yang kejang karena demam, akhirnya dimasukkan ke ruang ICU. Seorang dokter wanita lalu masuk untuk memeriksa keadaanya.“Sampai lupa mengabari Om Reksa.” Gegas meroboh saku, kemudian mengetik pesan singkat untuk Om Reksa. Memberitahu keberadaan Sri serta keadaannya sekarang.Tak butuh waktu lama bagi Om Reksa membalas pesan. Dia akan sampai di rumah sakit sekitar beberapa menit lagi.Beberapa kali pandangan mengarah ke pintu ruang ICU. Dokter yang menangani Srikandi belum juga keluar. Apa yang harus kulakukan jika kondisi Srikandi lebih parah dari dugaan? Aku pun mengacak rambut karena frustasi.Di tengah lamunan, suara derit pintu mengalihkan pandangan. Aku pun menghampiri dokter yang baru saja selesai memeriksa keadaan Srikandi. “Bagaimana keadaan teman saya, dokter?” tanyaku.Raut wajah sang dokter terlihat tegang, lalu dia pun berkata, “Mari ikut saya ke ruangan, kita akan bahas kondisi pasien di sana,” ajaknya.Aku pun patuh lalu mengikuti langkah dokter bernama Nayla. Setela
Read more

78. Menuntut Alex

Sri POVOm Reksa mengatakan niatannya untuk menuntut Alex atas tuduhan pelecehan terhadapku. Abah setuju dengan usul beliau. Namun, menurutku itu tidak akan mudah. Alex bukan orang sembarangan. Citranya di luaran sana sangat bagus, berbanding terbalik dengan aslinya.Siapa sangka jika dibalik topeng yang selalu ia gunakan di depan media, Alex merupakan ketua pengedar obat-obatan terlarang. Aku sangat yakin, setelah mengetahui kepergianku dari tempatnya, dia tidak akan tinggal diam.“Tapi bagaimana cara kita menjatuhkannya, Om. Alex bukan orang sembarangan, kita tidak memiliki bukti kuat untuk membuatnya membayar apa yang dia lakukan terhadap saya,” lirihku.“Tunggu sebentar.” Om Reksa berjalan ke arah pintu lalu memanggil seseorang. Selang beberapa menit, Rendi mengikuti dari belakang.Om Reksa menyampaikan niatannya pada Rendi dan pemuda itu manggut sebagai tanda bahwa ia paham dengan apa yang disampaikan Om-ku. “Kita hanya perlu mencari bukti untuk memenjarakan pria brengsek itu,” g
Read more

79. Kematian Ranti (Korban Balas Dendam)

“Kita tunggu sampai Nyimas membaik. Baru setelah itu katakan segalanya.”Suara percakapan Abah dengan seseorang di kamar mengurungkan niat untuk turun ke dapur. Sepertinya sesuatu telah terjadi, tapi apa? Kuharap bukan sesuatu yang besar.“Ranti terus mendesak saya agar menyampaikan permohonan maaf pada Sri.” Rupanya Abah tengah berbincang dengan Fakhri. Ada apa dengan Ranti, sampai dia mendesak suaminya untuk menyampaikan permohonan maaf padaku.Benar. Aku sampai lupa menanyakan kabar Ranti karena masalah yang tengah dihadapi. Beberapa waktu lalu, entah kenapa sering sekali memimpikan sepupuku itu. Namun anehnya, Ranti yang ada dalam mimpi terlihat begitu memprihatinkan.Dia berdiri di pintu depan rumah Abah seraya menatap ke arahku yang berada di dalam. Ketika diminta masuk, Ranti menggeleng menolak ajakan. Tubuhnya terlihat begitu kurus kering, seperti hanya tersisa tulang terbungkus kulit, sama persis dengan Mamah sebelum beliau meninggal.Hampir setiap hari mimpi itu terus hadir
Read more

80. Alex Kabur

“Alex berhasil lolos ketika polisi mendatangi kediamannya,” ujar Rendi ketika kami berkumpul di rumah.“Kemungkinan besar dia melarikan diri ketika polisi menemukan bukti baru keterlibatannya dengan obat-obatan terlarang itu.” Fakhri menimpali.“Tapi, tidak ada jejak yang polisi temukan. Kemana Alex pergi tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan, anak buahnya yang tertangkap pun tidak mengatakan di mana bos mereka berada meski pihak polisi telah membuat mereka babak belur,” ujar Rendi lagi.Jika Alex tidak ditemukan di manapun, dan tidak ada catatan meninggalkan negara ini, maka hanya ada satu jawaban. “Sepertinya dia pergi lewat jalur laut.” Aku dan Fakhri saling bertukar pandang ketika kami mengatakan hal yang sama.“Kebanyakan dari mereka yang melarikan diri secara illegal akan memilih jalur laut karena minimnya pemeriksaan di sana,” tutur Fakhri.“Lalu, bagaimana sekarang?” tanya Om Reksa.“Kita semua harus berhati-hati mulai sekarang. Tidak ada yang tahu keberadaan Alex dan tangan ka
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status