Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 111 - Chapter 120

279 Chapters

BAB 111-GENTAYANGAN

“Iceu, Iceu, dimana kamu Iceu? ” Bagja yang tadinya ingin menutup pintu, tiba-tiba membuka pintunya lagi. Sesaat, ketika dia mendengar suara merdu istrinya yang memanggilnya bersamaan dengan bau harum bunga yang sering tercium olehnya ketika berada di rumah. Namun, hanya suara saja yang terdengar oleh Bagja. Suara itu seakan-akan menghilang kembali selepas Bagja membuka kembali pintunya. Bagja kembali menatap jalan setapak depan rumah kedua orang tuanya dalam keadaan yang lemas tidak berdaya. Secara tak sadar, dia tiba-tiba duduk dengan kedua tangannya yang menutupi wajahnya. Tetesan air mata terasa olehnya dan menetes ke arah lantai rumah orang tuanya pada malam itu. Pikirannya berkecamuk, hatinya gusar, susah dia melepas istrinya yang kini sudah tiada dan meninggalkannya sendirian. Bagja yang tadinya adalah preman sekolah, kini tampak murung. Tidak ada lagi keberanian baginya setelah istrinya meninggalkannya dengan cara yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Kepalanya tertun
Read more

BAB 112-DUKUN

Kabar tentang Iceu yang bergentayangan, menari sepanjang jalanan setapak, melalui rumah-rumah yang ada di Kampung Parigi pun tersebar luas. Bukan satu atau dua orang saja yang mengetahui hal itu, namun hampir sebagian warga Kampung Parigi yang mendengar suara gamelan yang muncul pada malam hari memastikan bahwa itu adalah jiwa Iceu yang masih berkeliaran karena jasadnya yang tidak diterima oleh bumi atas apa yang dia lakukan. Tok tok tok “Pak Mansur, Pak, Pak!!!” Terlihat, banyak sekali warga yang kini datang ke rumah orang tua Bagja. Bagja yang tertidur di atas kursi bersama bapaknya yang tidur beralaskan tikar di dekatnya, tiba-tiba bangun karena teriakan dari para warga yang datang kepadanya. Dengan mata yang masih mengantuk, Pak Mansur yang pada saat itu hanya memakai baju, jaket dan kain sarung pun langsung berjalan menuju pintu rumahnya untuk mengetahui kenapa warga kampung datang pagi-pagi ke rumahnya. Sambil menguap, Pak Mansur membukakan slot pengunci pintu, sambil meliha
Read more

BAB 113-PERSIAPAN

Kabar akan teror dari Iceu yang gentayangan di Kampung Parigi, rupanya telah menyebar luas ke kampung-kampung di sekitar. Termasuk Kampung Sepuh sendiri, cerita tentang Iceu menjadi obrolan yang hangat bagi para ibu-ibu dan para warga yang berada di Kampung Sepuh kala itu. Mereka membicarakan tentang paniknya para warga Kampung Parigi ketika mendengar hal-hal yang diluar nalar, yang jarang sekali mereka temukan dalam hidupnya. “Eh emang bener si Iceu gentayangan?” Kata Mang Mumu kepada Mang Yayat yang terlihat duduk bersama Mas Parto, Asep juga para warga lainnya di depan warung sepulangnya mereka bekerja dari sawah dan ladang. “Iya bener Mang, sewaktu nganterin gula aren ke warung-warung di Kampung Parigi. Mereka bicarain itu, tiap malem mereka di terror ama suara-suara aneh yang sering kali terdengar mengelilingi rumah-rumah mereka Mang,” Kata Mang Yayat yang terlihat mengambil salah satu batang rokok punya Mas Parto yang tergeletak di depannya. “Minta ya Mas, hehe,” Katanya samb
Read more

BAB 114-MENUJU MAKAM

Waktu terus berlalu, kelelawar-kelelawar yang biasanya tampak berkumpul dan keluar sarangnya ketika sore tiba, kini tidak terlihat dari arah Gunung Sepuh. Yang ada hanyalah sinar matahari yang perlahan-lahan redup dan menghilang, digantikan oleh bintang dan bulan yang menerangi kampung dengan sinarnya yang kini tertutup awan hitam yang menutupi langit. Kampung Parigi sudah beberapa malam ini seperti kampung mati, tidak ada satu manusiapun yang terlihat keluar rumah dan beraktivitas pada malam itu. Orang-orang yang biasanya mencari nafkah dengan ngadamar (mencari belut pada malam hari di sawah) lebih memilih untuk berdiam diri di rumah dan mengunci pintu rumahnya dengan sangat rapat. Suasana kampung menjadi sangat hening, warung-warung dan toko grosir yang biasanya masih buka hingga jam sepuluh malam. Kini tampak menutup toko dan warungnya lebih dini, mereka semua takut akan teror Iceu yang masih bergentayangan di kampung mereka, mereka hanya bisa berdoa agar jiwa Iceu sudah bisa dimu
Read more

BAB 115-ASAP

BrukkBeberapa kali Caca terjatuh, lampu minyak dan barang-barang yang akan dipakai ritual oleh Abah Ido dia tinggalkan begitu saja di jalan. Caca tidak peduli apabila jalanan yang dia lewati itu gelap dan sunyi. Yang pasti, dia harus segera pulang kerumah dan menenangkan dirinya disana.“Kenapa sih si Bapak nyuruh aku buat ikut?” Pikir Caca.DakAwwwwwwKaki Caca tersandung bebatuan di jalanan setapak yang sebenar lagi masuk ke perkampungan. Caca menjerit kesakitan dan melihat kaki kelingkingnya berdarah karena tak sengaja menabrak batu yang menjorok ke jalan.Namun, dia seperti tidak memperlambat larinya, dia terus-menerus lari tunggang-langgang karena apa yang dilihatnya di rumah Bagja.Caca tidak menyangka, dia bertemu lagi dengan Iceu. Sesaat ketika mereka semua melintasi dapur yang gelap dengan posisi Caca yang berjalan paling belakang. Bodohnya, Caca melihat ke arah dapur, tempat Iceu pertama kali ditemukan dalam keadaan gantung diri.Seperti ada sesuatu yang menariknya sehingg
Read more

BAB 116-BERLARIAN

Tengah malam sebentar lagi tiba, Kampung Parigi yang biasanya pada jam segini akan terdengar orang-orang yang bermain gitar di pos ronda, mendengar suara ketukan kohkol (pentungan) yang dipukul oleh anak-anak Karang Taruna ketika berkeliling untuk meronda, kini tidak terdengar lagi.Mereka lebih memilih untuk berdiam dirumah, beristirahat dan menjaga keluarga mereka atas teror yang sedang mereka hadapi beberapa hari ini. Sehingga, hanya kegelapan yang terlihat. Tidak ada satupun orang-orang yang berani keluar rumah untuk beraktivitas ketika malam tiba.Kecuali Bagja, dia kini sedang duduk diluar rumah. Kakinya beberapa kaki dihentakan ke tanah secara perlahan, kedua tangannya dia dekatkan ke arah mulut dengan tatapan kedua matanya yang terus-menerus menatap ke arah gang yang nantinya tembus ke rumahnya.Hatinya gelisah, dia merasa cemas karena dia tidak diperbolehkan ikut dengan bapaknya sendiri untuk memurnikan jiwa Iceu malam itu.Sehingga, dia hanya bisa menunggu, menunggu kabar ba
Read more

BAB 117-DIAMBIL ALIH

Malam kini sudah berada di puncaknya, rasa dingin pegunungan mulai terasa oleh seluruh warga Kampung Parigi pada malam itu, sebagian warga sudah terlelap tidur. Tidur dengan perasaan takut yang menyelimuti mereka semua, ada pula yang masih terbangun, dengan asap rokok dan kopi hitam yang menemani mereka berjaga. Menjaga keluarganya yang terlelap tidur di dekat mereka, meskipun mereka juga merasakan ketakutan yang sama, tapi mereka terpaksa harus terjaga sepanjang malam. Semua mereka lakukan hanya demi keluarga, demi orang tersayang, dan demi anak-anak mereka.Begitu pula dengan Bagja, rasanya dia tidak bisa duduk manis menunggu hasil dari apa yang dilakukan Abah Ido pada malam tersebut. Apalagi setelah melihat Caca yang tunggang-langgang lari ke rumahnya dengan raut wajah yang sangat ketakutan.Sehingga dia berinisiatif untuk menyusul mereka semua, melewati jalanan setapak di kegelapan malam ke arah rumahnya. Rumah kecil di tengah-tengah kebun yang mereka bangun dengan cinta dan kasih
Read more

BAB 118-DUA ORANG

Pada malam hari, adalah saat yang tepat aku menyendiri sekarang. Meskipun hatiku yang kosong kini terobati ketika siang tiba. Tapi ketika malam, aku kembali teringat, kejadian-kejadian yang menimpa keluargaku, sehingga pada saat-saat seperti ini, hanya aku sendirian di depan warung ini, tanpa ada satupun yang menemaniku lagi sekarang, aku semakin merasakan kehilangan.Semuanya terjadi begitu cepat, seperti sesuatu yang datang secara tiba-tiba dan mengambil kedua orang tuaku secara paksa. Baru beberapa bulan aku lulus dari sekolah, dan dari sanalah semuanya dimulai.Memulai sesuatu hal yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya, dan berakhir dengan meninggalnya kedua orang tuaku sekarang.Mungkin para warga juga pada saat ini juga merasakan kehilangan itu. Mereka masih belum siap kehilangan dua sosok yang mereka hormati di Kampung Sepuh, dua sosok yang sering membantu mereka, menjadi tempat mereka berkeluh kesah, dan menjadi seseorang yang menjadi tempat bagi mereka mengungkapkan segala
Read more

BAB 119-ICEU DAN BAGJA

Penari jaipong, awalnya profesi itu adalah profesi yang diincar oleh banyak orang, tidaklah mudah bagi seseorang untuk menguasai tari jaipong yang populer di zaman tersebut. Gerakan yang harus selaras dengan kendang dan gamelan yang di bunyikan secara bersamaan, juga beberapa ketukan yang harus mereka kuasai, serta irama dan nada yang harus mereka pelajari dalam waktu yang cukup lama. Biasanya, para penari ini muncul secara turun-temurun dari keluarga yang menjunjung tinggi akan kesenian. Sang bapak biasanya adalah pemain gamelan, kendang, rebab, bonang, goong juga alat-alat yang lainnya, sang ibu adalah penari, yang ilmunya diturunkan kepada anaknya. Begitu pun Iceu saat masih kecil. Iceu yang sudah terbiasa pentas dari panggung ke panggung, juga ketika ada acara dan lomba-lomba yang sering dia ikuti sewaktu kecil, membuat namanya sedikit melambung, si ketuk tilu atau biasa disebut si tiga ketukan oleh masyarakat di sekitar selatan pada waktu itu. Gerakan tubuh dan lekuk tubuhnya
Read more

BAB 120-DIBALIK BAYANG

Jangan menilai buku dari halaman depannya saja. Mungkin, itulah yang sebenarnya terjadi kepada Bagja akan apa yang dilakukan istrinya selama satu tahun lebih ini. Hidup di dunia pementasan, yang mengandalkan panggung ke panggung. Selalu mengalami pasang surut akan karirnya, tidak semuanya akan sukses menjadi primadona ketika kita tampil dan menampilkan keahlian kita di depan banyak orang. Dan hal itu yang dialami oleh Iceu, Iceu yang kini mulai menapaki karirnya lagi sebagai penari jaipong di pagelaran seni milik teman bapaknya, harus memulai kembali dari nol. Tidak ada sikap hormat ketika dia bergabung dengan para penari jaipong yang lain, para pemain gamelan, sinden, alok (penyanyi pria), hingga penata panggung. Mereka semua menganggap Iceu adalah anak baru yang tidak mempunyai skill apa-apa, tidak seperti dirinya dahulu. Sewaktu dia ikut ibu dan bapaknya, yang seringkali dihormati oleh seluruh anggota dari pagelaran bapaknya ketika dia dating untuk pentas. Namun, ketika dia kini
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
28
DMCA.com Protection Status