Beranda / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab KUTUKAN LELUHUR: Bab 131 - Bab 140

279 Bab

BAB 131-KE TEMPAT ITU

Sebuah ruangan besar, yang mengerikan dengan dinding putih yang kusam dan darah kering yang menempel di seluruh dinding tersebut. Membuat kesan seram dan sangat menakutkan, bagi siapa saja yang terjebak di dalamnya.Apalagi satu-satunya penerangan hanyalah lampu minyak besar yang menggantung, dengan banyaknya sumbu api yang menyala dan menerangi mereka semua yang ada di bawah sana.Ditambah, riuh dari para makhluk yang menyeramkan, bentuk-bentuk yang aneh yang jarang sekali manusia lihat, mata yang menonjol keluar, gigi taring yang muncul, rambut tipis yang terurai, juga kerutan dan benjolan-benjolan serta air liur berbau busuk yang membuat orang yang menciumnya bisa membuat mual-mual dan muntah.Pak Brata yang terjebak di dalamnya, bersamaan dengan jiwa Iceu yang dipaksa menari oleh Nyi Mayang Sari di sana. Membuat suasana semakin riuh, karena ada satu manusia utuh, dan satu jiwa manusia yang terjebak disini. Dan hal itu adalah suatu kesenangan bagi para makhluk yang ada disana.Hing
Baca selengkapnya

BAB 132-TALI PENGEKANG

“Ahh, Desiiiiii, kenapa kamu kesini lagi cantik?”“Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk tidak lagi datang ke tempat ini?”“Karena,”“Kamu sudah tergantikan oleh Iceu sekarang, meskipun Iceu yang kamu lihat di depanmu ini, hanyalah jiwa tanpa tubuh, yang sudah tidak bisa lagi dihidupkan kembali.”Nyi Mayang Sari yang melihat aku, Desi dan Bagja membuka pintu ruangan itu dengan paksa. Hanya tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya. Dia seperti sudah mengenal Desi dari dahulu kala, sehingga nada bicaranya kembali berubah, menjadi suara yang merdu di hadapan Desi pada saat itu.Namun, Desi hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak melihat sosok Nyi Mayang Sari adalah sosok yang dia kenali, sosok Nyi Mayang Sari yang dia lihat kini hanyalah sosok nenek-nenek tua yang keriput dan buruk rupa, dengan rambutnya yang putih dan kulitnya yang kurus.Juga, ketika dia berlari melewati perkampungan hingga akhirnya sampai di tempat ini, dia tidak menemukan satupun manusia yang berlalu lalang, ka
Baca selengkapnya

BAB 133-PENAWARAN

Ruangan itu kini tampak kacau, banyak sekali para makhluk yang tergeletak di lantai bergelimpangan. Mereka tidak menyangka, ada salah satu manusia yang bisa menandingi mereka di tempat mereka tinggal. Wajah-wajah seram yang tadinya mereka tampilkan kepada kita semua, kini berubah menjadi wajah-wajah yang ketakutan. Banyak dari mereka menghilang, tanpa jejak dan tidak akan pernah bisa muncul kembali di tempat tersebut. Para makhluk yang ada di Gunung Sepuh, tidak akan bisa kehilangan nyawa, separah apapun luka mereka, mereka masih bisa memulihkan dirinya dan tidak bisa mati seperti layaknya manusia pada umumnya. Namun, Satu hal yang aku tahu dari bapak ketika hidup, mereka bisa musnah. Musnah dan tidak akan pernah kembali hidup untuk selamanya. Dan mungkin saja, wajah-wajah ketakutan yang mereka perlihatkan adalah wajah-wajah dari rasa takut ketika dia merasa bahwa dirinya terancam dan bisa saja akan menghilang seperti sebagian dari mereka yang tadi mengerubungiku beberapa saat yang
Baca selengkapnya

BAB 134-MELARIKAN DIRI

Situasinya kini semakin kacau, aku bisa saja membiarkan tubuhku bergerak sendiri sekarang. Seperti hal nya bapak atau kakekku ketika menghadapi para makhluk seperti ini, mereka semua akan sengaja membiarkan tubuhnya terkontrol sesuatu, sesuatu yang tidak akan mempunyai belas kasihan untuk memusnahkan para makhluk yang ada di sekitar mereka. Tapi, ada banyak manusia yang harus aku jaga sekarang. Aku tidak bisa semena-mena melakukan hal itu seperti layaknya bapak ketika dia menggunakan seluruh keilmuannya. Aku takut, apa yang aku lakukan nanti akan berdampak juga kepada mereka, dan akan berakibat fatal pada tubuh mereka semua ketika hal itu terjadi. “ICEUUUU…!” Bagja berteriak, sesaat ketika tubuh Iceu terseret ke arah Nyi Mayang Sari yang terpental jauh ke ujung sana. Tubuhnya kembali meronta-ronta, kedua tangannya memegang leher dan mencoba melepaskan tali yang mengekangnya seperti layaknya hewan. Bagja yang mengetahui bahwa jiwa istrinya masih terikat oleh tali yang mengekangnya,
Baca selengkapnya

BAB 135-KELUAR KAMPUNG

“AMAATTTTTTTT…!!!” Desi berteriak dengan sekuat tenaga, bersamaan dengan pintu besar yang tertutup rapat di depannya. Dia tidak menyangka, bahwa aku membiarkan mereka keluar dengan mengorbankan ku di dalam sendirian. Dug, Dug, Dug, Desi beberapa kali memukul pintu itu agar terbuka kembali, bersamaan dengan menarik besi yang menjadi gagang pintu yang besar itu. Namun beberapa kali dia mencoba membuka pintu itu, tapi pintunya tidak terbuka. Yang terdengar hanyalah suara gaduh dari dalam sana yang membuat dirinya semakin khawatir akan keadaanku yang ada di dalam sana. “Des, sudah tujuan kita sudah tercapai, percaya saja sama Amat, dia menyuruh kita untuk keluar supaya kita tidak menjadi beban baginya,” Kata Bagja yang mencoba menarik Desi agar menjauh dari tempat tersebut. “Tapi Kang Amat gimana A Bagja?” “Dia mengorbankan dirinya di dalam sana,” Kata Desi yang kini tampak menangis. Desi mungkin adalah satu-satunya orang yang paling merasa bersalah sekarang, kalau saja dia tidak me
Baca selengkapnya

BAB 136-BELUM BERAKHIR

Settt Bagja perlahan-lahan terbangun bersamaan dengan cahaya putih yang muncul dari kalung pemberian Abah Ido yang secara perlahan-lahan menghilang. Dia memegang tubuhnya yang merasa kesakitan ketika di gerakan. Sepertinya, ketika dia berada di dalam sana, membuat beberapa bagian tubuh yang ada terasa sakit dan pegal-pegal diseluruh badan. Bahkan, Pak Brata yang ikut terbangun dari duduknya, langsung menghela nafas panjang. Bersamaan dengan kedua tangannya yang langsung memegang tanah agar tubuhnya tidak tumbang, energinya sudah terkuras habis apalagi ketika dia sudah mendapatkan pengalaman yang menyeramkan dalam hidupnya, yang semuanya seperti bermimpi buruk yang tidak akan pernah dia lupakan nantinya. Hoeeek Hoeeek Sedangkan Desi, dia langsung muntah-muntah ketika matanya terbuka. Dia tidak menyangka, tempat yang sering dia datangi selama ini ketika dia ingin sekali menjadi penari yang terkenal, adalah tempat yang benar-benar menyeramkan. Nyi Mayang Sari yang awalnya terlihat c
Baca selengkapnya

BAB 137-HILANG

Gunung Sepuh memang terkenal angker bagi sebagian orang, keangkeran Gunung Sepuh sebagai tempat ritual sudah sampai kemana-mana. Bahkan Pak Brata saja yang tinggal jauh di ujung Selatan Jawa pun tahu tentang mitos-mitos yang berkembang di gunung ini. Gunung Sepuh sudah dianggap menjadi tempat keramat yang tidak bisa dimasuki sembarangan oleh beberapa orang, bahkan semua warga Kampung Sepuh pun sudah dianggap menjadi orang-orang yang punya basic keilmuan supranatural. Karena mereka hidup dan berdampingan dengan para makhluk di Gunung Sepuh, yang dipercaya dan dikeramatkan oleh mereka. Bagja, dan Pak Brata. Yang sekalipun tidak pernah menginjakan kakinya di gunung ini, kini harus merasakan keangkeran Gunung Sepuh pada malam tersebut. Mereka tidak menyangka, semua mitos-mitos yang berkembang di masyarakat luas akan Gunung Sepuh dan ritual-ritual di dalamnya itu benar, dan mereka berdua kini merasakan suasana Gunung Sepuh yang menyeramkan dan dikeramatkan bagi sebagian orang. Sedangkan
Baca selengkapnya

BAB 138-TERBUKA

“Kang Amat.... Kang, Kang Amat! ” Kata Bagja yang sedang mencari ku pada saat itu. Mereka kini terlihat sangat kelelahan, wajah-wajah kusut dan kusam kini terlihat jelas ketika mereka berjalan mencariku kembali ke dalam hutan. Wajah yang merasa putus asa akan semua kejadian yang membuat mereka sangat frustasi dan ketakutan setengah mati atas kejadian yang mereka alami semalaman, membuat mereka hanya bisa berharap bahwa semua kejadian ini akan cepat berakhir, dan ketika semuanya ini selesai. Mereka berharap semuanya akan berakhir dengan baik. Meskipun, kini jiwa Iceu yang tadi dia bawa dengan paksa olehku. Kini tidak terlihat lagi oleh mereka semua ketika mereka sudah keluar dari tempat Nyi Mayang Sari dengan susah payah. Bahkan, tubuhku, yang seharusnya mereka jaga. Kini menghilang di dalam kegelapan malam Gunung Sepuh yang membuat mereka harus berbalik melewati jalanan setapak yang sudah mereka lalui sebelum sampai ke tempat ini. “Pokoknya, kita harus mencari Amat, minimal kita h
Baca selengkapnya

BAB 139-KEMBALI KE WARUNG

Malam masih menutupi langit, bintang-bintang masih berhamburan di angkasa, juga sinar bulan purnama masih menyinari malam yang tampak gaduh oleh sesuatu, sesuatu yang membuat beberapa orang kini tampak berlari dari dalam Gunung Sepuh dengan sekuat tenaga. Semuanya kini tampak lemas, dengan semua wajah-wajahnya yang sangat kusut, dan rambut yang berantakan. Keringat-keringat mereka mengucur deras bagai air hujan pada malam itu, juga dengan suara nafas yang berat yang terdengar dari paru-paru mereka ketika mereka sedang berlari keluar hutan. Tampak, ada sedikit senyum dari wajah mereka, senyuman dari apa yang sudah mereka lalui ketika berada di hutan Gunung Sepuh, yang membuat hal itu akan menjadi kenangan buruk setiap kali mereka mengingat kejadian tersebut. Karena, mereka tidak menyangka, Gunung Sepuh yang mereka kenal hanya dari mitos-mitos dan cerita-cerita masyarakat tentang semua keangkeran yang ada di dalamnya, kini mereka rasakan. Dan hal itu membuat mereka hingga seperti ini,
Baca selengkapnya

BAB 140-MENGGALI MAKAM

Setelah malam panjang yang menghiasi Kampung Sepuh dan kampung-kampung di sekitarnya, dengan kejadian yang tak mungkin bisa dilupakan oleh sebagian orang. Akhirnya, cahaya kemerah-merahan muncul di ufuk timur secara perlahan, sebuah cahaya yang menerangi langit dan menutup sinar-sinar dari bulan dan bintang yang menerangi kampung sepanjang malam. Terlihat awan hitam yang menutupi langit di Gunung Sepuh perlahan pudar, sinar matahari yang begitu kuat di pagi itu, mencoba mengusir keheningan malam dengan sinarnya yang menghangatkan. Kokok ayam di pagi hari terdengar, bersamaan dengan suara dari burung-burung pagi yang saling bersahutan satu sama lain. Membuat sebuah irama yang merdu dan menyejukan hati bagi siapa saja yang mendengarnya pada pagi itu. Hawa dingin yang menusuk kulit kini terasa hangat secara perlahan, bahkan kita bisa melihatnya dengan nafas yang terlihat seperti kepulan asap ketika dihembuskan keluar di pagi itu. Rumah-rumah di Kampung Sepuh yang awalnya hening kini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
28
DMCA.com Protection Status