Home / Romansa / Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali : Chapter 161 - Chapter 170

194 Chapters

Bab 161. Direktur Utama Baru Itu Adalah Alisya

Bab 161. Direktur Utama Baru Itu Adalah Alisya“Bapak mau ke kantor?” Mona membuyarkan lamunan Deva.“Aku ragu, Mon,” sahut Deva menghela nafas panjang.“Pergilah, siapa tahu kehadiran Bapak memang betul-betul diharapkan. Bapak mandi dulu, saya siapkan air hangat!”“Terima kasih, Mona!”*Taksi yang dipesankan oleh Mona untuk Deva memasuki halaman gedung perkantoran berlantai empat. Deva keluar dari sana. Mengedarkan pandangan mencari keberadaan Raja.“Mas!” Yang dia cari menyapa.Deva menoleh. Raja dan Alina berjalan menghampiri. Hati Deva sedikit terenyuh saat melihat mata bengkak dan wajah sembab Alina. Terlihat jelas sang mama sedang begitu kecewa dan menderita. Tetapi, rasa kecewa di hati Deva akibat perbuatan sang bunda jauh lebih besar. Karena perbuatan sang Mama, Deva kehilangan istri dan anak-anaknya. Ini teramat sulit untuk dia maafkan begitu saja.“Deva, apa kabar, Nak?” sapa Alina dengan suara sengau. Jelas terdengar kalau wanita itu sedang menanan tangis yang tersen
Read more

Bab 162. Penolakan Alisya, Alina Terkapar

Bab 162. Penolakan Alisya, Alina Terkapar“Ka-kamu? Kamu di sini, Sya?” Raja yang melangkah masuk pertama kali. Deva masih membeku di posisi berdirinya. Menatap tak percaya wanita di hadapannya.Sebuah lengkungan terbentuk di bibir ranum Alisya. Senyum segar mekar di sana. Sama sekali dia tak terkejut akan kedatangan para mantan keluarga suaminya. Setelan blezer berwarna kuning gading senada dengan rok sebatas lutut dengan warna senada menambah anggun penampilannya. Aroma parfum berbau lembut khas miliknya menguar antara ada dan tiada. Itu aroma khas Alisya. Deva sudah sangat hapal.Kelembutan yang membuat hati pria itu kembali membuncah. Aroma khas yang akan dia yakini milik Alisya saat dia memeluk sang istri dari belakang, seperti biasanya. Alisya akan meronta manja, berbisik bahwa ini adalah kantor. Lalu Deva mengencangkan pelukan, bahkan menambah serangan dengan mengecup lembut tengkuk dan mengulum halus daun telinga wanitanya.“Mas, nakal … ih …!” Alisya akan menggelinjang,
Read more

Bab 163. Permintaan Luna

Bab 163. Permintaan Luna“Terima kasih, Pak Arul! Jangan lupa nanti siang jemput Non Rena, ya!” titah Alisya seraya turun dari mobil. Mobil mewah milik Damar. Mobil itu menepi di halaman gedung perkantoran di mana kantor Alisya kini berada. Kantor perusahaan yang telah dengan resmi dia kuasai. Tiga hari yang lalu dia mengudang seluruh pemegang saham perusahaan, dan dia dinobatkan sebagai Direktur Utama di perusahaan itu.“Baik, Bu.” Sang supir mengangguk patuh.Alisya melangkah masuk menuju gedung. Namun, segera terhenti. Seseorang menghentikan langkahnya.“Maaf, selamat pagi! Boleh meminta waktunya sebentar, Mbak?”Alisya menoleh. Seorang wanita cantik tersenyum begitu ramah ke arahnya. “Selamat pagi, hay … apakah kita saling kenal?” sapanya balas tersenyum tak kalah ramah.“Mbak belum kenal saya, tapi saya sangat mengenal Mbak,” jawab gadis itu seraya mengulurkan tangan.“Mbak Luna … Mbak di sini?” Belum sempat Alisya menjabat tangan terulur itu, tiba-tiba Pak Arul keluar dari
Read more

Bab 164. Deva Mengemis Kepada Alisya

Bab 164. Deva Mengemis Kepada Alisya“Alisya, Mama makin parah.” Deva tiba-tiba muncul di hadapan Alisya. Wanita itu mengernyitkan kening. Benaknya sibuk berfikir, kenapa keluarga mantan suami masih saja membayang-bayangi dirinya. Apa hubungan anatar dirinya dengan kondisi kesehatan Alina? Toh, dirinya bukan siapa-siapa lagi bagi keluarga itu.“Sya!” Deva kini berdiri tepat di sampingnya. “Mama mengalami pecah pembuluh darah, dia harus segera dioperasi. Kata Dokter besar kemungkinan Mama akan mengalami stroke seperti dulu. Meski begitu, tindakan operasi harus segera dilakukan,” ucap Deva lagi dengan wajah mendung.“Maaf, Pak Deva. Sebelumnya saya mengucapkan bahwa saya turut prihatin. Dan selanjutnya saya ingin menegaskan bahwa saya tidak ada hubunganya dengan kondisi kesehatan ibu Anda. Saya bukan dokter, dan sedang sibuk, permisi!” Alisya melempar seuntai senyum, dingin. Lalu melangkah menuju lif.“Tunggu, Sya!” Deva buru-buru mengejarnya. Dua orang security yang mengawasi sej
Read more

Bab 165. Hubungan Terlarang Fajar

Bab 165. Hubungan Terlarang Fajar“Kamu berhasil?” Mawar menyambut kedatangan putri sambungnya. Sonya baru saja pulang dari kantor Alisya, meminta dicairkan kepemilikan saham di perusahaan itu. Meski jumlahnya hanya lima belas persen, namun kalau diuangkan totalnya cukup besar. Sebagai istri sah Rahman, Mawar merasa berhak mendapat bagian juga meski itu adalah harta warisan dari keluarga Rahman.“Belum cair, Ma. Alisya berjanji akan mencairkannya akhir bulan ini,” jawab Sonya berjalan masuk dan langsung menuju kamarnya. Sempat wanita itu melirik ke sudut teras, Fajar menatapnya dari sana. Sonya menggerakan telunjuk, memberi kode agar Fajar mengikutinya ke kamar. Namun, pria itu tak bisa berkutik, ada Mawar di dekatnya. Tak ingin mengambil resiko ketahuan, kalau dirinya ternyata pasang dua. Ibu dan anak dipacari sekaligus.“Lho, ini masih awal bulan, kenapa lama sekali? Masa iya, kita harus menunggu satu bulan?” protes Mawar mengekori Sonya.“Alisya baru saja membayari saham Pak
Read more

Bab 166. Fajar Dan Sonya Tertangkap Basah

Bab 166. Fajar Dan Sonya Tertangkap Basah“Ini terlalu beresiko, Bu! Gawat kalau sampai Mbak Sonya mengetahui hubungan kita! Aku pasti akan segera dipecat, Ibu juga pasti akan dia tendang keluar dari rumah ini, lepas, ya!” Fajar melepaskan diri dari seragapan Mawar, melepas pagutan wanita itu, lalu mendorongnya dengan sedikit kasar.“Aku gak tahan lagi, Fajar! Sudah dua minggu aku nahan ini! Kepalaku sakit, Fajar! Sebentar saja! Ayolah!” Mawar kembali merengek. Memaksa dan menarik tubuh Fajar ke arah ranjang. “Sonya sedang istirahat, dia tak akan tahu apa yang kita lakukan, Pintunya juga sudha aku kunci, kok. Ayolah, Sayang!” pintanya lagi.“Kita keluar saja, kalau memang Ibu sudah tak tahan, kita ke hotel!” saran Fajar tetap berusaha menolak.“Enggak bisa. Aku udah cari berbagai alasan agar bisa keluar bareng kamu. Tapi Sonya gak ngizinin. Gak ada cara lain lagi selain ngumpet-ngumpet seperti ini.”Fajar terdiam. Pria itu sudah kehabisan akal.“Sudahlah, gak sampai lima belas meni
Read more

Bab 167. Uang Hasil Penjualan di Showroom

Bab 167. Uang Hasil Penjualan di Showroom “Sonya, Fajar! Kalian!” tiba-tiba seseorang berteriak dari arah pintu kamar. Mereka terlalu ceroboh, mengira tak akan ada yang berani masuk ke dalam kamar.**Flash BackMawar memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Wanita itu itu tak berani melaju dengan kencang. Menyetir mobil sendiri adalah kemampuan yang baru saja dia miliki. Saat sang suami menghadiahkan untuknya sebuah mobil baru, di aniverseri pernikahan mereka beberapa bulan yang lalu. Mawar memaksa sang suami memberinya hadiah itu, meski dia belum bisa menyetir. Itu juga sebabnya Sonya mencarikan supir pribadi untuk sang mama.Namun, hari ini dia terpaksa menyetir sendiri. Sonya menahan sang supir di rumah. Mawar terpaksa mengalah. Tekatnya untuk keluar siang ini sudah sangat bulat. Dia harus mengambil seluruh hasil penjualan kepada kasir di showroom mobil milik suaminya sebelum didahului oleh Sonya.Setengah jam berlalu, mobil itu menepi di halaman showroom. Wanita itu gegas
Read more

Bab 168. Pengakuan Hubungan Terlarang Mawar

Bab 168. Pengakuan Hubungan Terlarang Mawar“Sonya, Fajar! Kalian!”Mawar terpaku di ambang pintu, lidahnya terasa kelu. Pemandangan di atas ranjang milik sang putri teramat mengejutkan. Kekasihnya tengah memacu bagian tubuhnya di atas tubuh Sonya. Kedua insan itu bermandikan peluh, meleguh nikmat di depan matanya.Sonya sontak mendorong tubuh Fajar, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Fajar memungut pakaian, lalu memakainya dengan tergesa-gesa.“Apa yang kalian lakukan ini?” Mawar berdesis, pelan.“Maaf, Bu, permisi!” Fajar menunduk, lalu berjalan menuju pintu.“Tunggu!” Mawar menghadang. “Jelaskan, apa yang aku saksikan barusan!” perintahnya, masih dengan suara pelan, parau karena kini wanita menahan tangis. Tangis kecewa, patahati, terluka, dan berbgai perasaan sakit lainnya.Sonya beringsut turun dari ranjang besarnya, sambil melilitkan selimut tipis di tubuhnya.“Mama, kami minta maaf, jadi begini … saya dan Mas Fajar itu, eeem, kita sebenarnya paca –““Maaf
Read more

Bab 169. Fajar Gigolo Lakn*t

Bab 169. Fajar Gigolo Lakn*t“Apa … Kalian? Mas Fajar …! Kalian?” sergah Sonya menoleh kepada Fajar. Wajahnya menegang, seluruh persediannya bagai berlepasan. “Katakan ini tidak benar, Mas! Tolong bilang kalau ini tidak benar! Bilang kalau perempuan itu berbohong, Mas!” pintanya lirih. Tubuhnya luruh, jatuh terduduk di lantai kamar.“Ya, Sayang. Ini tidak benar. Bangun, Sayang!” Sontak Fajar menangkap tubuh Sonya, membawanya bangkit, lalu memeluk di dadanya. “Tidak benar? Kamu bilang tidak benar? Lalu apa yang telah kita lakukan selama ini, Fajar!?” teriak Mawar mengguncang lengan Fajar. “Berapa kali sudha kita menginap dan menghabiskan waktu di hotel? Berapa kali sudha kita melakukannya di sofa kamarku, di depan mata suamiku, kau lupa smeua itu, ha?” lanjutnya semakin mengiris hati Sonya. Tetapi Fajar tak membiarkan Sonya terpengaruh. Dia menambah erat pelukannya.“Mama kamu bohong. Dia memang selalu berusaha menggoda aku. Dia menyukai aku. Tapi aku tak pernah mau menanggapiny
Read more

Bab 170. Talak Yang Diwakilkan

Bab 170. Talak Yang DiwakilkanPria lumpuh itu sama sekali tak bisa berucap meski hanya sepatah kata. Hanya air mata yang kian deras membasahi pipi tuanya.“Jangan menangis, Pa! Papa sepertinya sedih sekali. Maafkan Sonya, ya, Pa, karena tidak sadar akan penderitaan Papa selama ini. Belum terlambat, kok! Sekarang Sonya juga mulai curiga, jangan-jangan istri Papa ini juga selalu menyiksa Papa, dia tidak sayang sama Papa. Saat Sonya tidak ada, dia tidak merawat Papa, betul begitu, Pa?” tanya Sonya lagi mulai menyelidiki.Rahman segera menggerakkan jemarinya. Berharap Sonya menyanyakan segalanya, termasuk tentang perbuatan zina yang sering dilakukan oleh Mawar dengan Fajar di depan matanya.“Ammmpuuun, jadi benar, Pa? Ya, Allah!”“Apanya yang betul? Sonya, kau jangan mempercayai gerakan jari orang lumpuh! jairnya itu bia bergerak spontan, bukan karena bisikan hatinya. Kau tidak bisa mengambil kesimpulan begitu saja!” Lagi-lagi Mawar menyela.“Diam kau, perempuan berengs*k! Aku tak me
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status