Semua Bab Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali : Bab 151 - Bab 160

194 Bab

Bab 151. Rencana Alisya Menggugat Cerai Deva

Bab 151. Rencana Alisya Menggugat Cerai Deva“Apa? Saya keguguran? Maksudnya?” sontak Alisya meraba perutnya. Wanita itu menoleh ke arah Raja. Mencoba mencari penjelasan kepada pria itu.“Kamu, kamu … seperti bingung? Kenapa?” Raja ikut bingung melihat ekspresinya.“Papa bilang apa? Aku keguguran?” tanya Alisya lirih.“Apakah kamu belum tahu, maksudku … astaga, jadi, mereka masih merahasiakan ini darimu? Alisya, oh, maksudku, aku dan papa yang salah berarti. Kami kira kamu sakit dan terpaksa dirawat waktu itu karena keguguran, kami hanya menerka, tolong kamu jangan langsung percaya, ya!” bujuk Raja semakin panik.Alisya terdiam, kepalanya mendadak pening. Kedua tangannya memijit di kening. Pandangannya mulai berkunang-kunang.“Sya, kamu baik-baik saja, kan?” Raja mendekatinya. Mencoba meraih dan menggenggam tangannya. Berharap Alisya tidak kenapa-napa.“Permisi! Mbak Alisya, apakah urusannya sudah selesai?” Seorang pria berseragam tiba-tiba menerobos masuk. “Pak Damar?” Raja meno
Baca selengkapnya

Bab 152. Perhatian Damar Pada Alisya

Bab 152. Perhatian Damar Pada Alisya“Sudah, tak apa-apa!” Damar menggenggam tangan Alisya, lalu menurunkan dari bahunya. Dengan tetap menggenggam, dia membawa tangan Alisya ke pangkuannya. “Sudahi tangisnya!” ucapnya lembut, lalu kembali menyeka pipi wanita itu dengan ujung jemarinya.“Em, terima kasih banyak!” jawab Alisya pelan. Tangis tersendatnya terhenti sudah. Sentyhan jemari Damar mampu ciptakan damai di hatinya. Tatapan lembut penuh perhatian mata tegas Damar mampu meniup sedu di relung jiwa. Alisya merasa tak sendirian. Alisya merasa ada yang menopang.“Mbak merasa lebih baik sekarang? Bagaimana kalau kita turun, minum yang hangat –hangat sepertinya bagus buat kesehatan Mbak?” Damar menawarkan.“Emm, boleh.”“Baik, saya duluan turun, biar saya bukakan pintunya buat Mbak.”“Saya bisa turun sendiri, Pak Damar.”“Jangan, Mbka Alisya masih lemah. Saya khawatir Mbak tiba-tiba pusing lalu jatuh. Tunggu, ya!” Baru saja Dapar hendak membuka pintu mobil di sebelahnya, ponselnya ti
Baca selengkapnya

Bab 153. Keputusan Damar, Bukan Karena Alisya

Bab 153. Keputusan Damar, Bukan Karena Alisya“Bapak bilang apa barusan?” Alisya mengulang pertanyaannya.“Aku mau menyudahi pertunangan tak sehat ini. Aku bilang begitu tadi, kenapa? Ada yang aneh dengan kalimatku?” Damar menoleh, menatap Alisya dengan lekat.“Eeem, tidak! Maksud saya, saya tak berhak ikut campur! Saya bukan siapa-siapa Pak Damar. Saya juga tidak kenal Mbak Luna atau keluarga Bapak. Cuma saran saya, kalau bisa tolong pikirkan dulu baik-baik keputusan Bapak itu. Pertunangan itu adalah sesuatu yang sakral. Antara Bapak dan Mbak Luna pasti telah terjadi sesuatu yang begitu dalam sehingga kalian sampai kepada tahap pertunangan. Kedua keluarga kalian juga sudah setuju dan menyepakati. Tinggal selangkah lagi, kalian akan ke pelaminan. Jangan buru-buru memutuskan pertunangan, itu saran saya, Pak! Maaf, bila saya agak lancang,” tukas Alisya panjang lebar.“Terima kasih atas saran Mbak! tetapi, maaf, saya tak bisa mengindahkannya. Keputusan saya sudah bulat. Saya suda
Baca selengkapnya

Bab 154. Alina Menghajar Sonya

Bab 154. Alina Menghajar Sonya“Auuu …. sakit! lepasin, Tante!” jerit Sonya terdengar hingga ke halaman depan. Fajar yang tengah siapa siaga di sana langsung keluar dari mobil. Setengah berlari pria itu menerobos masuk ke dalam rumah, mencari keberaaan Sonya.“Kau telah menghancurkan semua harapanku, Sonya! Aku yang tengah berjuang untuk mengembalikanmu ke dalam kehidupan Deva. Menempatkanmu kembali di tengah keluarga Wibawa. Segalanya kupertaruhkan untuk mewujudkan impian itu. Semuanya! Hrataku, perusahaanku, seluaruh ast-asetku. Semua kulakukan demi memenuhi amanah kakekku! Kakek buyutmu! Dia tak ingin perusahaan yang dia wariskan jatuh ke tangan pihak lain! Itu sebab aku berusaha menyingkirkan Alisya dan mengembalikanmu ke sisi Deva. Tapi, lihat apa yang kau lakukan!”Alina masih menjambakl rambut Sonya, mencengkram dengan penuh amarah.Fajar terpana, bingung harus berbuat apa.“Aku hampir saja berhasil, Sonya! Alisya sudah ditalak satu oleh Deva. Bahkan Deva akan segera menggu
Baca selengkapnya

Bab 155. Sonya Tak Takut Hamil Anak Fajar

Bab 155. Sonya Tak Takut Hamil Anak Fajar“Saya bantu turun, Mbak!” Fajar membuka pintu buat Sonya begitu mereka sampai di depan kontrakan Fajar.“Bantu aku masuk ke dalam, Mas! Kaki aku juga sakit,” rengek Sonya merasa berkesempatan untuk bermanja-manja. Kecewa karena khilangan harapan untuk memiliki Deva dia lampiaskan dengan menikmati momen kebersamaan dengan pria itu. Toh, Fajar juga mantan suami Alisya, sama-sama tampan, bedanya, kalau Deva tajir, Fajar fakir. Tak apa, toh papa Sonya memiliki sebuah showroom terkenal. Sonya tak akan jatuh miskin meski gagal menjadi nyonya Deva Wibawa, begitu pikirnya.“Saya gendong saja, ya?” usul Fajar seraya memeluk tubu Sonya.“Eem,” sahut wanita itu senang. Fajar menggendongnya masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamar. Dengan hati-hati dia membaringkan sang putri majikan di atas kasur kasar.“Saya kunci dulu mobilnya, ya, Mbak bobok saja! Sekalian saya siapkan air hangat buat kompres luka lebam kaki dan tangan Mbak Sonya,” kata Fa
Baca selengkapnya

Bab 156. Alisya Menggugat Cerai Deva

Bab 156. Alisya Menggugat Cerai DevaMona belum pulang dari café. Pukul dua belas malam adalah batas waktunya bertugas. Bila lewat dari jam tersebut, maka dia terhitung lembur. Malam ini, karena ada tamu istimewa yang menginap di kamarnya, Mona berencana tak akan mengambil waktu lembur. Sekarang masih pukul sepuluh malam. “Dua jam lagi.” gadis itu berdesis lirih.Sementara di kamar kos-kos an sewaan Mona, seorang pria tampak teronggok sambil memeluk lutut. Dia adalah Deva, tamu istimwea Mona. Lelaki itu tampak begitu lemah, mengulet di atas sebuah kasur kecil berukuran tiga kaki. Suara keroncongan terdengar jelas dari perutnya. Kelaparan, membuat pria itu terjaga dari tidurnya. Perih terasa begitu mengisap. Menekan perut sebelah kiri, Deva merintih kesakitan.“Aaau … sakit …!” jeritnya menggigit bibir bawahnya. Keringat jagung merembes di tengkuk dan pelipis, kemeja yang sudah dua hari melekat di badan, sudah basah oleh peluh. Peluh kesakitan.“Alisya. Sakit, Sya … sakit … Al
Baca selengkapnya

Bab 157. Bodyguard Alisya

Bab 157. Bodyguard Alisya“Sudah beres, Bu Alisya! pengadilan akan segera mengurus semuanya. Panggilan sidang pertama akan segera dilayangkan kepada suami Ibu,” ucap Robin setelah semua urusan di pengadilan agama itu selesai. Pria itu berjalan di sisi Alisya menuju pintu utama.“Iya, Pak Robin. Terima kasih, ya!” sahut Alisya mengulas seuntai senyum. Senyum lega. Sebuah harapan terbit di sanubari. Statusnya tak akan digantung lagi. Sekarang Alisya bertekat akan fokus untuk anak-anak dan mengurus perusahaannya.“Saya akan mulai mengumpulkan bukti-bukti untuk bahan kita melawan kubu suami Ibu di sidang nanti. Bu Alisya fokus bekerja saja, saya yang urus semuanya.”“Baik, sekali lagi terima kasih, Pak Robin.”“Saya boleh bertemu Babysitter Ibu yang bernama Ayu itu? Saya ingin menjadikan dia sebagai saksi atas penculikan terhadap putra ibu. Pelaku penculikan itu adalah suami ibu sendiri, bukan?”“Ya, datang saja ke rumah saya! Bapak sudah tahu alamat saya, bukan?”“Sudah. Pak Da
Baca selengkapnya

Bab 157. Alisya Membeli Perusahaan Alina?

Bab 157. Alisya Membeli Perusahaan Alina? “Iya, kamu, kan tahu aku dan Mas Robert sama sekali enggak paham tentang perusahaan, apalagi mengelolanya. Pabrik ini juga aku jual ke kamu, kan? Ini juga begitu,” ucap Tiara menjelaskan.“Lho, maksudnya bagaimana ini, aku enggak paham!?”“Tolong, kamu yang bayari dana milik keluarga Mbak Dinda, nah saham di perusahaan yang sudah terlanjur ditanamkan oleh Mas Ardho menjadi milik kamu. Perusahaan mertua kamu itu tak sanggup mengembalikan dana Mas Ardho, ya, kepemilikan perusahan itu jatuh ke tangan kamu, dong. Kebetulan sekali, bukan? Perusahaan milik mertua kamu itu enggak akan jatuh ke tangan orang lain, tapi ke tangan kamu! Seenggaknya putra kamu si Bima, kelak masih punya peninggalan perusahaan nenek buyutnya.”“Begitu, ya? Tapi, Mas Ardhonya setuju enggak?”“Kan, kami memang udah mufakat begitu! Di depan keluarga istrinya, juga di depan papa. Tolong, ya, Sya! Aku enggak tau mesti minta tolong ke siapa lagi. Cuma kamu teman aku yang
Baca selengkapnya

Bab 159. Perintah Alina Kepada Raja

Bab 159. Perintah Alina Kepada Raja“Selamat datang, Bu Alisya! Kami siap bekerja di bawah pimpinan Ibu!” serempak semua karyawan berikrar.Alina terpana. Alisya, wanita yang sangat dia benci disambut dengan penuh suka cita oleh seluruh karyawan. Karyawan yang kemarin maish menjadi bawahannya. Orang-orang yang kemarin masih begitu menghormatinya.Tetapi hari ini tak satupun yang memperdulikan dirinya. Pantas tadi saat dia memasuki ruangan, semua menatap aneh terhadapnya. Bahkan wanita itu berniat memberi pelajaran kepada para karyawan yang dia anggap tak tahu sopan santun itu.“Selamat datang, Bu Dirut! Silahkan duduk!” Ardho menunjuk kursi empuk untuk Alisya. “Mas, ini … kenapa Bu Alina ada di sini dan, kenapa dia diperlakukan seperti ini? Lepaskan tangannya, Pak Satpam!” perintah Alisya kepada dua orang security yang masih mencekal lengan Alina.“Ibu ini hendak membuat kekacauan, Bu Dirut! Saya sudah memintanya baik-baik untuk keluar. Tetapi, dia tak mengindahkan. Terpaksa dia d
Baca selengkapnya

Bab 160. Deva di Kos-an Mona

Bab 160. Deva di Kos-an Mona“Masih sakit perutnya?” tanya Mona seraya mengehenyakkan bokongnya di sisi kasur ketika melihat Deva mulai bergerak pelan. “Satu malaman Bapak merintih, lewat subuh tadi baru terlelap. Sekarang Bapak harus sarapan, saya sudah belikan bubur di warung depan! Saya suapin, ya!” bujuknya. Deva mengucek mata, lalu menatap gadis itu dengan lesu.“Saya bantu duduk dulu!” saran Mona memegang kedua bahu Deva.“Aku malas makan, aku juga malas untuk bernafas! Kenapa aku tidak mati saja! Kenapa aku masih hidup?” lirih Deva, menepis kedua tangan Mona di bahunya.“Bapak putus asa banget, ya! Saya udh capek ngebujuk Bapak dari kemarin. Dibeliin makan malam, disentuh pun tidak. Terserah Bapak, deh! Tapi, Bapak enggak boleh mati di kamar saya! saya bisa terjerat masalah, dong!” sergah Mona mulai putus asa.“Aku enggak mau hidup lagi, Mona! Kalau kau keberatan aku mati di sini, baik, aku akan pergi!” Deva segera bangkit, namun tubuhnya kembali ambruk. Pria itu meringi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status