Semua Bab Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali : Bab 131 - Bab 140
194 Bab
Bab 131. Saya Maafkan Kamu, Tapi Tolong  Ceraikan Saya
Bab 131. Saya Maafkan Kamu, Tapi Tolong Ceraikan Saya“Baik, akan saya panggil perawatnya, ya! Mbak enggak apa-apa saya tinggal sebentar, kan?” tanya Damar seraya bangkit.“Eem, kenapa tidak tekan bel saja? Itu, di atas kepala saya!” Alisya mengingatkan.“Saya jemput saja perawatnya biar cepat datang, sebentar, ya!”“Terima kasih, Pak!”Damar buru-buru keluar. Sengaja dia tidak menggunakan bel karena ingin memesan sesuatu kepada sang perawat terlebih dahulu. Alisya tak boleh tahu tentang kandungannya. Dia baru saja siuman, Damar tak ingin Alisya kaget lalu drop dan pingsan lagi.“Anda!?” sergahnya begitu mendapati Deva ada di depan pintu. Gehas dia keluar dan langsung menutup pintu itu dengan buru-buru. “Kenapa Anda ada di sini? Ada apa? Tolong jangan sakiti hati Mbak Alisya, dia baru saja melewati masa kritisnya!” imbuhnya menegaskan.“Aku paham. Kata perawat Alisya siuman setelah kedatangan seorang pria yang dia panggil-panggil saat dia tak sadar. Boleh aku tahu siapa pria itu?”
Baca selengkapnya
Bab 132.  Sonya  Berulah Lagi
Bab 132. Sonya Berulah Lagi“Maaf, kalau itu aku tak bisa. Tolong keluar dari ruangan ini! Aku mau tidur!”“Sya … Alisya ….!”“Hey, kamu?!” Tiba-tiba pintu ruang rawat itu dibuka dari luar, Bu Ainy dan Pak Wahyu masuk sambil membelalak kaget. “Keluar kamu! Keluar!” Bu Ainy membentak sambil menunjuk pintu.“Maaf, Bu! Saya ke sini hanya untuk memberitahu Alisya bahwa Andante sudah ditemukan. Itu saja!” Deva berusaha memencari simpati keluarga Alisya lagi. Berharap dengan berita ini dia akan mendapat kesempatan untuk mendekati keluarga ini lagi.“Adante ditemukan? Kau bilang Adante sudah ditemukan?” Bu Ainy langsung menurunkan volume suara. Wanita itu mendekati Deva. “Di mana? Bagaimana keadaannya, apakah ada yang menyakitinya? Cucuku baik-baik saja, bukan?” tanyanya mengguncang lengan Deva.“Adante baik-baik saja. Cucu Ibu baik-baik saja. Saya akan menelpon Bik Siti agar menyuruh supir mama mengantarnya ke sini. Sebentar ya, Bu.” Deva merogoh ponsel di saku celama panjangnya. Lalu
Baca selengkapnya
Bab 133. Desahan di Ruang Tamu
Bab 133. Desahan di Ruang Tamu[Aku tahu, Mama tak sendirian. Mama tak mungkin sendirian dalam usahanya menghancurkan Alisya! Kau pasti turut andil! Kau juga ikut memisahkan aku dengan Alisya! Kau ikut andil dalam memfitnah Alisya! Jangan-jangan atas idemu juga merekayasa perselingkuhan Alisya dengan Fajar, betul begitu? Aku akan selidiki ini.]Kalimat itu tetap terngiang di telinga Sonya. Ancaman Deva sangat menakutinya. Jika Alina sudah mengaku, maka esok atau lusa rahasianya akan terbongkar juga. Benar bahwa dialah yang mengusulkan kepada Alina menggunakan Fajar sebagai alat untuk menghancurkn pernikahan Alisya dengan Deva.Mereka hampir saja berhasil. Deva sudah menjatuhkan talak satu untuk Alisya. Rencananya juga besok pagi Deva akan mendaftarkan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. Dan yang paling penting adalah, Deva sudah menerima dia sebagai kekasihnya. Bahkan Deva sudah berjanji akan menikahinya setelah surat cerai untuk Alisya keluar nanti.Tetapi semua hancur seketika
Baca selengkapnya
Bab 134. Janji Damar Untuk Alisya
Bab 134. Janji Damar Untuk Alisya“Adante …. Di mana kamu, Sayang? Kenapa kamu tiada henti-henti menderita, Nak? Kemarin kita dipisahkan secara paksa oleh papamu sendiri, setelah kita bersama sehari, tiba-tiba kamu diculik orang. Lalu setelah papamu menemukanmu, sekarang diculik lagi. Dante … baik-baik, ya, Nak! Jangan nakal sama Tante Sonya, ya! Biar enggak dicubit, Dante …!” Alisya menangis sesegukan. Kalimat lirih dan tangis tertahannya terdengar jelas.“Sabar, ya, Nak! Deva sedang berusaha mengejar perempuan itu. Dia pasti akan berhasil menemukan mereka. Sabar, ya!” Bu Ainy dan Pak membelai halus kepala putrinya. Namun, tangis tersendat Alisya tak reda juga.“Andai aku kuat, aku akan mengejar Sonya. Aku akan cakar cakar wajahnya! Aku akan jambak rambutnya. Kenapa dia tega culik anak aku, Buk?”“Iya, Ca! Tapi kamu belum kuat, Nak! Kamu juga enggak boleh berpikir keras! Kamu engak boleh merasa tertekan dan sedih seperti ini! Adante akan baik-baik saja, Ca! Kamu berhentilah, n
Baca selengkapnya
Bab 135. Adante di Kontrakan Mesum Fajar
Bab 135. Adante di Kontrakan Mesum Fajar“Sonya … ka … mu …!” Deva bergumam tak percaya. Matanya membulat sempurna. Rasa kaget karena tiba-tiba beberapa pria tegap datang membantunya mendobrak pintu hilang seketika. Pemandangan di dalam sana jauh lebih mengejutkan baginya. Sonya dan Fajar tengah bergumul tanpa busana.“Mas De … va?” sergah sang wanita kaget luar biasa. Buru-buru Fajar mencabut bagian tubuhnya yang tadi menyatu dengan tubuh Sonya. Menyambar pakaian yang terjangkau oleh tangannya, lalu buru-buru memakainya.“Mas Fajar, tolong pakaianku!” Sonya menutupi bagian dada dan bawah perutnya. Wanita itu lalu mengesot pelan-pelan ke balik kursi, menyembunyikan tubuh bugilnya dari pandangan para tamu tak diundang.Deva masih membeku di posisinya. Rasa kaget ini membuatnya kehilangan tenaga. Perempuan yang atdi pagi masih berada di dalam pelukannya, dia kecup dnegan begitu hangatnya, perempuan yang dia janjikan cinta dan pernikahan. Malam ini, dia saksikan tengah berada di bawa
Baca selengkapnya
Bab 136. Kalimat Mengejutkan Dari Raja
Bab 136. Kalimat Mengejutkan Dari RajaDamar menggendong Adante keluar kamar. Perkelahian antara Deva dengan Fajar sudah berhenti. Para anggota Damar sudah berhasil melerai mereka. Sonya juga sudah mengenakan pakaiannya. Wajah pucat wanita itu bertambah pias saat melihat Damar menggendong bocah yang sempat diculiknya.“Papa!” Adante segera melorotkan tubuhnya dari gendongan Damar, begitu melihat sang papa. Damar melepasnya.“Nak, Sayang! dante enggak apa-apa, kan?” Deva menyambut sang putra yang berlari ke arahnya.“Papa, Dante takut! Om itu jahat!” adunya seraya memeluk leher Deva. Tangan mungil Dante menunjuk ke arah Fajar.“Iya, Sayang. Maafkan Papa, ya! Papa terlambat datang. Sekarang enggak usah takut lagi. Ada papa!”“Mau sama Mama!”Deva tercekat. Tatapannya kini mengarah kepada Damar. Dia tau pasti, kalau Alisyalah yang menyuruh pria itu mencari Adante. Kini juga baru sadar, kalau para pria yang tadi sempat menolongnya mendobrak pintu adalah anggota personil Damar. Damar
Baca selengkapnya
Bab 137. Alisya Menuntut Deva Masuk Penjara
Bab 137. Alisya Menuntut Deva Masuk Penjara“Oh, iya, aku turut prihatin atas kandungan kamu, Sya!” ucap Raja dengan tatapan pilu. Bu Ainy dan dan Pak Wahyu terkejut. Mereka lupa memberitahu Raja agar merahasiakan tentang keguguran yang di alami Aliasya.“Kandungan aku, kenapa dengan kandungan aku?” Kedua mata Alisya membola.“Maaf, Nak Raja, sebetul istri kamu sakit apa?” Bu Ainy sengaja menyela, agar pembicaraan Raja dan Alisya terhenti.“Kamu … kamu belum tahu kalau ….” Raja tidak menjawab pertanyaan Bu Ainy, dia justru bingung melihat ekspresi Alisya,“Mama …!” Serempak semua menoleh ke arah pintu ruangan. Deva yang menggendong Adante tiba-tiba masuk. Damar mengiring di belakangnya. Bu Ainy dan Pak Wahyu menarik nafas lega. Apa yag mereka khawatirkan tidak terjadi. Adante segera meloloskan diri dari gendongan sang papa.“Mama sakit?” tanyanya sembari setengah berlari ke arah banker.“Iya, Sayang, Anak mama …. sini, Nak! Peluk mama, Sayang!” Alisya mengulurkan tangan ka
Baca selengkapnya
Bab 138. Permintaan Raja Mental
Bab 138. Permintaan Raja Mental“Pak Deva, sebaiknya kita keluar! Agar Mbak Alisya bisa menenangkan diri dulu, mari!” Damar memanggil Deva. “Mbak Alisya sedang emosi, kita tunggu di luar saja!” lanjutnya sambil berbalik. Deva mengikutinya.“Kenapa cuma dibawa keluar! Bawa ke kantor Bapak, Pak Damar!” sergah Alisya tidak senang. Tapi Bu Ainy segera menghampirinya. Pak Wahyu dan Raja hanya membisu.“Nak Raja, sebaiknya Nak Raja ikut keluar juga! Biarkan Ica istirahat dulu!” Bu Ainy mengusir Raja secara halus.“Baik, Bu. Saya mau ke ruangan Papa dulu. Sya, kalau ada apa-apa, telpon aku, ya!” ucap seraya mencium kening Adante lalu beranjak pergi.“Kenapa Ibu enggak maksa Pak Damar agar Mas Deva dipenjara? Mas Deva udah ngancam Ibuk kan, Buk!” cecar Alisya begitu Raja berlalu.“Sabar, Ca!!” bujuk Bu Ainy membelai kepala putrinya. Sebaiknya dinginkan dulu hatimu! Deva memang salah. Tetapi tak perlu kau tuntut sampai ke kantor polisi segala. Kalau memang kau tidak mau lagi rujuk
Baca selengkapnya
Bab 139. Ayah Mertua Dengan Sentuhan Alisya
Bab 139. Ayah Mertua Siuman Dengan Sentuhan Alisya“Maksud Ibu, apakah Pak Damar menyukai Alisya?” tanya Raja kaget.“Wah, kalau itu ibu tidak tahu, Nak Raja! Ibu tidak bis amemahami isi hati seseoraang. Yang jelas Nak Damar meminta agar kami menjaga Ica setelah mengalami peristiwa waktu itu. Maaf, ya, Nak Raja, permisi, tolong tutup pintu lifnya!”“Baik, Bu. Saya paham. Pak Damar mungkin hanya mengkhawatirkan Alisya saja. Tapi, ini masalah nyawa, Buk! Papa saya sedang sekarat. Menjelang nafas terakhirnya dia menyebut nama Alisya. Mumpung Alisya masih sada di sini, tidak bisakah kalian luangkan beberapa detik saja waktu kalian untuknya? Tolong, Sya! Sebenci apapun kamu terhadap Mama dan Mas Deva, tolong ingat Papa! Apakah Papa seperti Mama? Pernah Papa menyakiti hatimu? Tolong kamu pikirkan baik-baik!”Alisya dan Bu Ainy saling tatap. Membenarkan apa yang yang dilontarkan oleh Raja. Alisya menghela nafas panjang, lalu berucap pelan.“Baiklah, aku temui Papa sebentar!”“Terima
Baca selengkapnya
Bab 140. Pukulan Telak Batin Alina
Bab 140. Pukulan Telak Batin Alina“Pak Damar?” ucapnya dengan bibir bergetar. Tak ada suara yang terdengar. Seorang pria berseragam te;ah berdiri tepat di sampingnya, mengangguk sopan kepada Alina, lalu tersenyum kepada Raja.“Kita pulang sekarang?” tanya pria itu lagi menoleh kepada Alisya. Tangannya sudah tak lagi memeluk bahu wanita itu.“Eem,” sahut Alisya masih sangat terkejut. Sama seperti Bu Ainy, wanita paruh baya itu merasa tak enak kepada Damar. Berharap kalimatnya tadi tak sempat didengar oleh pria ini.“Permisi ya, Bu, Pak Raja!” ucap Damar lagi lalu menoleh kepada Bu Ainy. “Kita pulang, Bu!” ajaknya yang dijawab dengan anggukan oleh wanita itu.Mereka berlalu, menapaki koridor lantai empat rumah sakit itu menuju lif. Pintu lif terbuka, satau persatu mereka masuk.“Maafkan sikap saya tadi, Mbak Alisya. Saya agak lancang. Maafkan saya, Bu, saya tak bermaksud merendah Mbak Alisya saat memeluk bahunya. Saya hanya ingin melindungi Ibu dari hinaan wanita tadi. Tidak ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
20
DMCA.com Protection Status