Semua Bab Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali : Bab 141 - Bab 150

194 Bab

Bab 141. Alina Mengamuk

Bab 141. Alina Mengamuk“Ya, Bu. Tolong panggilkan Alisyanya ya, secepatnya, jangan sampai pasien drop lagi! Permisi!” sang perawat menutup pintu kembali.Alina dan Raja terpaku, saling tatap tanpa bicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Alina yang tak habis pikir denagn sikap dan permintaan Haga Wibawa. Rasa bencinya kepada Alisya semakin bertambah saja. Bagaimana mungkin perempuan itu bisa mempengaruhi semua keluarganya. Semua seolah-olah begitu mengagungkan Alisya, dan semua berubah sangat membenci dirinya.Sedangkan Raja sibuk dengan pikirannya tentang kemungkinan yang akan terjadi. Dilema melanda hatinya. Sang papa ingin bertemu Alisya, sementara Alina pasti tidak suka. Bagaimana cara membujuk sang mama agar bisa menerima kehadiran Alisya? Padahal, andaipun Alina bisa menerima kehadiran Alisya, belum tentu Alisya mau datang setelah kejadian tadi pagi.Alina menghela nafas panjang, Raja berbuat yang sama. Keduanya dilanda kebingungan yang sama parahnya.“Ada-ada sa
Baca selengkapnya

Bab 142. Deva Pulang ke Rumah Alisya

Bab 142. Deva Pulang ke Rumah Alisya“Tidak, itu tidak benar!” Raja berusaha menghalangi ibunya. Pria itu menghadang di depan pintu.“Jangan halangi mama!” teriak Alina mendorong bahu kanan putranya. Wanita itu lalu menerobos dan melenggang pergi dengan emosi membara.“Mama! Ini tidak akan menyelesaikan masalah! Siapa yang akan mengurus Papa, Ma! Sedang aku harus mengurus Aisyah! Aisyah juga sakit, Ma!” Raja menjejeri langkah ibunya.“Bukan urusan mama! Terserah! Mama sudah tak peduli!”“Ma!”“Mulai sekarang urus urusan masing-masing saja! Mama udah bosan! Terserah!” Alina mengibaskan tanagn kanannya ke udara, berjalan makin cepat menuju lif. Raja terus saja mengikutinya.Raja menghentikan langkah saat Alina sudah sampai di depan lif. Wanita itu menekan tombol turun. Tak lama pintu lif terbuka. Alina masuk ke dalamnya. Raja menghentak nafas dengan kasar, begitu sang Mama lenyap dari pandangan. Dengan langkah lesu, dia kembali ke dalam kamar.Pria itu kembali menghela nafas, pikiran
Baca selengkapnya

Bab 143. Deva Di Kamar Mona

Bab 143. Deva Di Kamar MonaFlash back“Wo, kamu di mana? Tunggu aku di depan!” perintah Alina kepada supir pribadinya melalui sambungan telepon.“Baik, Nyonya!” jawab sang supir patuh. Segera dia bergerak ke areal parkir khusus roda empat rumah sakit besar itu. Mengeluarkan mobil dari deretan parkir, langsung menuju pintu utama. Dua menit kemudian, Alina sudah berada di dalam mobil mewahnya. “Ke rumah ya, saya mau tidur. Sudah seminggu tidak menyentuh kasur,” perintahnya seraya menyenderkan kepala di sandaran jok bangku tengah.“Baik, Nyonya!” sahut sang supir fokus ke jalan raya.“Saya capek sekali, Wo! Gara-gara menemani suami tak tau diri itu. Sekalinya sadar bukanya bersyukur, malah mikirin menantu yang tak berguna itu. Dasar sama-sama orang kampung, miskin, ya, begitu. Merasa senasip, mungkin. Jadi dibelain terus. Bukannya bersyukur, sudah kuangkat derajatnya dari pemuda miskin, kampungan, menjadi direktur utama sebuah perusahaan ternama. Dasar orang miskin, ya, gitu!” ome
Baca selengkapnya

Bab 144. Deva Pulang ke Rumah Alisya

Bab 144. Deva Pulang ke Rumah AlisyaMona adalah seorang pelayan di café langganan Deva, tetapi tugasnya hanya sebatas menemani minum, bukan menemani tidur. Namun, kalau yang mengajak tidur adalah si tampan Deva, dia tak akan menolak. Mona sudah tertarik pada pria itu sejak awal mengenal beberapa minggu yang lalu. Waktu itu Deva minta ditemani minum hingga mabuk. Mona yakin, kalau pelanggan baru itu sedang dilanda masalah besar. Wajah tampan itu terlihat sangat kusut. Tak segan Mona menawarkan diri, mengurai sedih yang sedang melanda pria yang sudah menambat hatinya itu.Namun, Deva menolak. Penolakan yang tak membuat Mona sakit hati, melainkan semakin menumbuhkan rasa di hati. Mona semakin jatuh hati. Dia ingin sekali masuk ke dalam kehidupannya. ingin menjadi pelipur lara. Tak apa meski Deva telah berisitri, baginya menjalin hubungan secara diam-diam saja pun tak apa. Tak akan dia tuntut pernikahan, begitu keinginannya. Namun, Deva tak menginginkannya. Penolaka
Baca selengkapnya

Bab 145. Deva Hendak Mengusir Malah Diusir

Bab 145. Deva Hendak Mengusir Malah Diusir“Hey, Bik! Bik Iyah mau ke mana?!” teriak Deva seraya turun dari mobil lalu mengguncang-guncang besi pagar.“Bentar, saya izin dulu ke dalam!” teriak Bik Iyah, menoleh ke belakang, lalu buru-buru masuk ke dalam.“Bibik mau izin sama siapa? Biiiiik! Awas, ya! Aku pecat Bibik sekarang juga!” ancam Deva lagi. Namun, Bik Iyah tak menghiraukan, perempuan itu terus saja berjalan masuk langsung menemui Alisya di kamar Adante. Deva yang merasa dipermainkan semakin terbakar emosi.“Hey, kamu! Buka gerbangnya! Kamu …. security baru, kan? Aku perintahkan, buka gerbang ini!” Deva berteriak lagi sambil memukul-mukul besi dengan batu yang dia pungut di sekitar itu. Suara riuh itu membuat suasana tambah bising.“Sabar, Pak! Tolong jangan membuat keributan! Tak perlu saya menelpon Bos saya untuk mengusir Anda, kan?” Arul yang sejak tadi merasa jengah mulai mengancam.“Bos kamu? Astaga! Siapa Bos kamu, ha? Aku Bos kamu, tau enggak! Mamaku, kan, yang men
Baca selengkapnya

Bab 146. Video Rekaman Sonya Di Ponsel Raja

Bab 146. Video Rekaman Sonya Di Ponsel RajaDeva segera berbalik dan berjalan buru-buru menuju mobilnya. Dengan kecepatan tinggi mobil itu melaju membelah jalan raya. Meraih ponsel miliknya, dia lalu memanggil nomor Alina.“Halo Dev, kamu di mana, Nak? Kebetulan sekali kamu nelpon Mama? Mama mau menanyakan tentang gugatan cerai kamu kepada Alisya. Kenapa belum kamu daftarkan juga, Dev? Kamu udah janji, kan hari ini?” Terdengar suara Alina dari ujung sana.Deva menelan ludah. Ibunya yang egois kembali menuntut. Padahal Deva sedang sangat murka. Dia ingin melampiaskan kekesalannya. Tetapi ibunya malah lebih dulu menyerangnya.“Kenapa diam, Nak? Eeem, kamu masih menundanya karena Alisya baru keguguran, ya? Ok, kalau begitu mama maklum. Tetapi, mama harap kamu jangan mundur, ya! Agar kamu bisa segera menikahi Sonya. Kamu tahu, kan, kalau perusahaan kita sedang tidak baik, Nak! Kita butuh suntikan dana yang besar. Saat ini Sonya adalah harapan kita satu-satunya. Om Rahman pasti akan m
Baca selengkapnya

Bab 147. Alina Lemas Saat Tahu Alisya Yang Membeli Rumahnya

Bab 147. Alina Lemas Saat Tahu Alisya Yang Membeli Rumahnya“Astaga! Ini ini … ini pasti bukan Sonya! Sonya tak mungkin mau melakukan hal serendah ini! Ini pasti editan!” seru Alina menggeleng tak percaya. Deva sontak merebut ponsel Raja yang masih di tangan ibunya. Kedua matanya membulat sempurna demi melihat layar.“Raja! Kau? Kau yang mengambil video ini secara langsung?” sergahnya masih tak percaya.“Iya, Mas! Sudah lama aku ingin melaporkan ini pada Mas Deva, tapi waktunya tidak tepat.” Raja meraih kembali ponsel miliknya lalu menyimpannya kembali di dalam saku.“Ini bukan editan, Mas, tapi asli. Waktu itu aku dengar kabar Alisya minggat dari rumah Dr. Ilham. Aku mencarinya ke mana-mana karena khawatir dia akan terlunta-lunta di jalanan. Salah satu alternatifnya adalah ke rumah Fajar. Karena menurutku Rena dalah putri Fajar. sangat wajar kalau Alisya membawa Rena ke sana. Sebab waktu itu Intan dan ibunya juga masih ada di rumah Fajar. Tetapi yang kutemu di sana bukan Alisy
Baca selengkapnya

Bab 148. Alina Mencek*k Leher Tasya

Bab 148. Alina Mencek*k Leher Tasya“Apa? Tidak mungkin!” pekik Alina lemas. “Alisya tak mungkin sanggup membeli rumah itu! Siapa dia rupanya, ha?” imbuhnya masih tak percaya.“Ya, Mama benar! Alisya bukan siapa-siapa! Di dunia ini hanya Mama satu-satunya manusia paling hebat! Ini kunci mobil Mama! Nikmati semua harta Mama! Aku pergi!” Deva meletakkan kunci mobil BMW yang biasa dia kendarai di atas kasur, tepat di samping ibunya. Lalu melenggang pergi.Alina tak lagi bersuara.“Puas Mama sekarang? Mama terlalu merendahkan Alisya! Lihat dia sekarang, Ma! Dia berhasil membangun perusahaan yang sama dengan milik Mama! Perusahaan yang ternacam gulung tikar milik sahabat kuliahnya dulu, berhasil dia kembangkan hingga maju pesat. Bahkan hampir semua pelanggan prusahaan Mama kini berpindah kepadanya. Dan yang paling menyedihkan, dia pula yang membeli rumah pribadi yang harusnya dia tempati bersama Mas Deva!!” sentak raja ikut melapiaskan kekecewaannya.“Mama tidak percaya! Itu tidak be
Baca selengkapnya

Bab 149. Keperihan Hati Raja

Bab 149. Keperihan Hati RajaRaja menepikan mobilnya di depan gerbang sebuah rumah mewah di kawasan Polonia. Pria itu mengedarkan pandangan ke dalam halaman luas di balik pagar besi nan kokoh yang terpasang di sekeliling rumah megah itu. Sebuah rumah bergaya Eropa berlantai tiga.Sebuah mobil mewah terparkir di sana. Raja memicingkan kedua kelopak mata, seperti pernah melihat mobil mewah itu, tapi di mana dia lupa. Apakah Alisya sudah demikian makmurnya hingga bisa memiliki mobil semewah itu juga?“Maaf, Pak? Bapak mau bertemu siapa?” Seorang pria empat puluh tahunan yang berjaga di pos depan datang menghampiri ke sisi gerbang bagian dalam. Tanpa membuka pintu gerbang Pak Arul memindai penampilan Raja. Pria itu seperti pernah melihat sang tamu, namun kapan dan di mana? “Hey, bukankah Bapak yang di rumah sakit tadi pagi? Bapak yang bersama ibu-ibu gemuk dan super angkuh itu, iyakan?” terka Pak Arul begitu yakin. “Yang menghina dan marah“Eh, iya, Bapak … supirnya Pak Damar, poli
Baca selengkapnya

Bab 150. Rahasia Keguguran Alisya Terbongkar

Bab 150. Rahasia Keguguran Alisya Terbongkar“Mama ikut!” Alisya baru saja menaikkan sebelah kakinya ke dalam mobil, Adante yang sudah terbangun langsung mengejar.“Jangan-lari, Sayang! Nanti jatuh, lho! Iya, mama tunggu! Yu, kamu ikut juga, sini!” Alisya memanggil babysiternya. Segera gadis itu menyusul, masuk dan duudk di bangku tengah. Alisya menggendong Adante duduk di bangku depan, di samping Pak Arul.“Kita ke rumah sakit, ya, Pak!” titah Alisya saat mbil sudah melaju keluar dari gerbang. “Baik, Bu!” sahut pria itu patuh. Mobil Raja mengiring di belakang.Ponsel Alisya berdering belum juga dua menit perjalanan. Nama Damar menari-nari di layar benda pipih itu. “Hallo, Pak Damar!” jawab Alisya setelah mengusap layar.“Maaf, Mbak! Sebaiknya Mbak jangan banyak bergerak dulu, Mbak baru saja sembuh, bukan? Saya khawatir, Mbak kenapa napa di jalan.”“Oh?” Sontak Alisya menoleh kepada sang Supir. pria itu mengangguk, wajahnya sedikit memucat.“I-iya, pak Damar. saya ke rumah saki
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status