Semua Bab Ketika Mantan Istri Suamiku Kembali : Bab 121 - Bab 130

194 Bab

 Bab 121. Deva  Balas Menculik Adante

Bab 121. Deva Balas Menculik AdanteDeva menepikan mobilnya di depan café ‘Rumah Kayu’ tempat yang dijanjikan oleh Joni untuk bertemu. Baru saja kaki kanan melangkah turun, ponselnya tiba-tiba berdering. Dengan kesal dia raih benda itu dari atas dashboard mobil.“Iya, aku sudah di depan café!” teriaknya setelah mengusap layar tanpa meneliti si penelepon.“Mas Deva di depan café? Café mana?” Terdengar jawaban dari ujung sana.“Sonya, kamu?” Deva tercekat, buru-buru hendak mengakhiri panggilan.“Tunggu, Mas! Mas! Ini penting banget, Mas! Ini tentang Adante!”Telunjuk Deva yang hendak menggeser panel merah di layar sontak terhenti. “Kamu bilang apa? Tentang Adante? Kenapa dengan Adante? Tau apa kamu tentang anakku?”“Mas Deva lagi nyari Adante, kan?”“Mama yang bilang? Dasar perempuan! Bukannya nyari solusi malan ngegosip! Aku sedang stress banget, jadi kumohon jangan telpon aku dulu, ok! Kamu urus saja kantor dengan baik!!”“Tunggu, Mas! Justru aku begitu peduli dengan kekalutan
Baca selengkapnya

Bab 122. Ancaman Deva Pada Alisya

Bab 122. Ancaman Deva Pada AlisyaAyu berlarian ke sana ke mari di taman kota itu sambil memanggil nama Adante. Wajah pucatnya berkeringat. Ketakutan melanda. Adante benar-benar telah hilang. Pengunjung lain mulai membantu ikut mencari.“Makanya kalau jadi babysitter itu kerja yang benar! Tugas kamu menjaga anak orang, kan? Kenapa malah sibuk telponan!” sungut salah satu pengunjung terlihat sangat kesal.“Iya, Mbaknya saya lihat dari tadi sibuk telponan, acuh sama momongan! Kalau itu anak saya yang Mbaknya jaga, sudah saya bejek-bejek Mbaknya! Bagaimana kalau ndak ketemu lagi anaknya, Ya Allah, parahnya babysitter jaman sekarang!” rutuk yang lain.Aku hanya bisa diam, pasrah dengan semua sumpah serapah mereka.Setengah jam berlalu, Adante tak ditemukan juga. Ayu terduduk lemas di atas paving blok taman, pipinya basah air mata. Entah bagaimana cara dia melaporkan hal ini kepada Alisya. Wanita yang selama ini telah begitu baik kepadanya. Majikan yang bisa menerimanya meskipun Deva t
Baca selengkapnya

Bab 123. Permintaan Sonya Di dalam Gudang

Bab 123. Permintaan Sonya Di dalam GudangAlisya tercekat. Deva sama sekali tak peduli pada kesulitannya. Pria itu bahkan sudah menutup telponnya. Kepada siapa lagi dia akan mengadu sekarang? Tak ada.“Kita sudah sampai, Bu!” Pak Wahid menepikan mobil.“I-iya, Pak! Tolong bantu kelilingi tempat ini. Cari anak saya sampai bertemu!” pinta Alisya membuka pintu mobil lalu melangkah turun. Ayu langsung menyambutnya dengan tangisan. Kembali wanita itu memohon-mohon ampun. Alisya memintanya menceritakan sekali lagi semuanya. Ayu pun mengulang lagi. Namun, tetap tidak jujur tentang Fajar. Setelah membuat laporan di kantor polisi terdekat, Alisya kembali pulang dengan hati yang remuk redam.Tak ada lagi yang bisa dia lakukan selain pasrah, menanti keajaiban datang. Alisya ambruk, namun dia tak mau dilarikan ke rumah sakit. Tubuhnya digotong ke dalam kamar. Dokterpun dipanggilkan. Jarum dan selang infus di pasang. Suasana tegang dan mencekam.***“Terima kasih, Sonya. Aku berhutang
Baca selengkapnya

Bab 124. Kekasih Baru Deva

Bab 124. Kekasih Baru Deva“Terima kasih,” ucap Deva lirih saat Sonya melepas pelukannya.“Atas apa?” Sonya menatapnya lekat.“Bantuan kamu, Adante aku temukan, pasokan bahan baku masuk tepat waktu, dan pabrik bisa beroperasi lagi mulai besok, itu semua berkat kerja keras kamu!” tutur Deva balas menatapnya.“Hem, aku juga ngucapin terima kasih.” Sonya menunduk, membasahi bibir dengan lidahnya. Seolah Bibir Deva masih lekat di sana. Keindahan yang sempat dia rengkuh tak jua bisa sirna. “Atas apa?” Deva balik bertanya.“Karena Mas Deva tak menolakku,” sahut Sonya makin menunduk.“Hem. Kita pulang, sekarang, ya!” Deva berjalan keluar gudang, sengaja mengalihkan pembicaraan.“Mas ….” panggil Sonya seraya memeluk punggung pria itu. Deva terpaksa menghentikan langkah. Sonya mengeretakan pelukan. Dadanya menempel erat di punggung kekar Deva.Deva menghela nafas, berusaha menahan gejolak di dalam dada. Dada Sonya yang menempel erat, membuat pikirannya traveling ke mana-mana. Benda ke
Baca selengkapnya

Bab 125. Alisya Keguguran

Bab 125. Alisya KeguguranIni untuk kesekian kalinya Alisya harus terpisah dengan Adante. Untuk kesekian kalinya dia merasa begitu ketakutan. Takut kalau kali ini dia akan benar-benar kehilangan. Panik, khawatir, takut, dan merasa tak ada tempat mengadu, membuat wanita itu merasa kian menderita. Dia merasa sangat tertekan. Seolah-olah ribuan ton beban sedang menghimpit dadanya.Sesak, sedak, sakit, takut …. Alisya semakin lemas.Jika kemarin yang memisahkan dia dengan putranya adalah Deva, hatinya masih sedikit tenang. Sebab Adante tak akan ke mana-mana. Adante berada di tempat yang aman, di tangang yang peduli dan juga sangat menyayanginya.Tetapi kali ini situasinya berbeda. Adante tak tau di mana, entah berada di tangan siapa. Bagaimana kalau dia disiksa oleh penculiknya? Bagaimana kalau putranya yang tampan itu mengalami pelecehan sexual. Bagaimana kalau Adante di sod*mi?“Tidak! Aku harus menemukan Adante sekarang juga! Aku tidak mau anakku kenapa-napa! Adante …!” teriak Alisy
Baca selengkapnya

Bab 126. Alisya Memanggil Nama Deva

Bab 126. Alisya Memanggil Nama Deva“Istri kamu sedang di rawat di sini juga? Dan dia keguguran, begitu?” Bu Ainy menyela. Tampak wajahnya begitu tegang. “Kok, bisa kebetulan, ya? Ya, Allah, sabar, ya, Nak! Duh, Ica … semoga bayimu baik-baik saja, Nduk!” ucapnya menengadahkan kedua tangan, lalu mengusapkannya ke wajah.“Maaf, Bu! Nama saya Damar. Saya belum menikah. Saya turut prihatin atas apa yang menimpa Mbak yang tadi, ya, Bu! Ibu siapanya Mbak itu?” tanya pria itu mengernyitkan kening.“Lho, maksudnya? Tapi, Susternya bilang istri kamu keguguran, Nak. Apa kamu kurang jelas mendengar, tadi?” Bu Ainy mulai kebingungan.“Oh, maksudnya, mbak yang saya bopong masuk tadi yang keguguran, mungkin suster ini mengira dia istri saya. Ibu siapanya Mbak tadi, ibunya, ya? Atau ibu mertuanya? Saya turut prihatin, ya, Bu!” ucap Damar merasa iba.“A-apa? Ica …! Ica keguguran?” pekik Bu Ainy dengan mata membola.“Oh, namanya Ica? Sabar, ya, Bu!” Damar menagkap tubuh Bu Ainy yang tiba-tiba l
Baca selengkapnya

Bab 127. Deva Datang Dengan Kekasihnya

Bab 127. Deva Datang Dengan Kekasihnya“Bisa segera telepon dan suruh ke sini! Pasien belum sadar, tapi sempat ngeracau memanggil nama itu. Kalau bisa segera suruh datang, ya, Pak, Buk!” ucap sang perawat lalu kembali masuk ke dalam ruangan.Pak Wahyu dan Bu Ainy terduduk lemas kembali ke kursi panjang. Wajah tegang mereka semakin kusut. Keduanya membisu, suasana hening dan mencekam.Damar merasa terenyuh. Dia memang belum paham apa masalah yang sebenarnya menimpa keluarga ini. Tetapi dia bisa merasakan kepelikan yang tengah melanda. Rasa iba kembali mencuat di relung hatinya. Iba kepada wanita yang tadi sempat dipeluknya saat membopong untuk menolong. Alisya yang telah kehilangan calon bayi, ditambah sikap tak peduli sang suami.Pria itu kembali menghampiri Pak Wahyu dan Bu Ainy. Menghenyakkan tubuh di samping mereka.“Coba telepon lagi suami Mbak Ica, Pak! Sepertinya dia sangat membutuhkannnya di saat saat seperti ini,” usulnya memberi saran.“Percuma, Nak! Deva sudah tak
Baca selengkapnya

Bab 128. Tamparan Ainy Buat Mantan Menantu

Bab 128. Tamparan Ainy Buat Mantan Menantu Tamparan itu begitu tiba-tiba. Sedikitpun Sonya tak menduganya. “Kamu Sonya, kan? Mantan istri pertama Deva? Beraninya kamu muncul di hadapan kami sambil ngelendot seperti ini pada suami Ica?! Lepaskan tanganmu!” teriak Bu Ainy lagi menghentakkan tangan Sonya dengan kasar hingga terlepas dari lengan Deva. “Hey, Ibu ini ibunya Alisya, ya? Pantas Bar-bar, manusia hutan!” maki Sonya seraya meraba pipinya yang terasa perih bekas tamparan. “Apa kamu bilang? Manusia hutan? Lebih baik manusia hutan daripada kamu perempuan murahan!” Bu Ainy mendorong kasar bahu Sonya lagi. “Saya murahan? Atasa dasar apa Ibu bilang saya murahan, ha? Saya ngelendot di lengan mantan suami saya itu karena kami akan segera menikah! Kami sudah rujuk meski belum sah. Tapi mas Deva sudah mngajak saya rujuk. Dia juga sudha melamar saya. Kami akan mneikah begitu surat cerai Alisya keluar, Alisya, anak ibu yang gatal itu akan jadi sah jadi janda!” “Apa kamu bilang? Kali
Baca selengkapnya

Bab 129. Bukan Anak Hasil Zina

Bab 129. Bukan Anak Hasil Zina“Ma? Mama kenapa kaget begitu? Harusnya Mama senang, kan? Ma …!” Deva terkejut melihat reaksi Alina.“Jawab, Dev! Apakah selama ini Alisya hamil? Jawab!” Alina berteriak. Wanita itu bahkan mengguncang-guncang kedua bahu putranya.“Mama kenapa, Ma?” Bukannya menjawab, Deva malah terlihat makin bingung.“Tante sadar, Tan! Tante kenapa, sih, Tan?” Sonya ikut menenangkan sang Tante yang tiba-tiba terlihat seperti orang kesurupan.“Jawab pertanyaan Mama, Deva!” teriak Alina makin kencang.“Iya, Alisya hamil. Selama ini Alisya Hamil, kenapa?” Deva balas berteriak.Cengkraman Alina di bahunya mengendur, lalu lepas begitu saja. Perempuan paruh baya itu tiba-tiba amruk, lalu terduduk di lantai. Tatapannya, sayu, wajahnya tiba-tiba layu.“Mama kenapa?” Deva merengkuhnya, membawanya bangkit dan mendudukkannya kemabli di atas kursi panjang. “Mama, ada apa? kenapa memnagnya kalau Alisya selama ternyata hamil? Kenapa Mama sepertinya kaget?" tanyanya lagi setelah
Baca selengkapnya

Bab 130. Alisya Belum Tahu  Dia Keguguran

Bab 130. Alisya Belum Tahu Dia KeguguranDeva bangkit, lalu berjalan bagai orang linglung meninggalkan bangku panjang di depan ruang ICU itu. “Mas! Mas Deva mau ke mana?” Sonya langsung bangkit dari duduknya, lalu mengejar sang kekasih. “Mas, tunggu! Mas Deva mau ke mana?” tanyanya menahan langkah Deva dengan cara memegangi lengan pria itu.“Lepaskan, Sonya! Tolong menyingkir dulu dari hadapanku! Tolong jangan muncul dulu di depanku! Aku sedang sangat terpukul! Jangan kau tambahi dulu, ok! Lepaskan tanganku!” ucap Deva dengan nada pelan, nyaris tak terdengar.“Tapi, Mas Deva mau ke mana?” Sonya tak mau menyerah. Cengkramannya malah kian erat di lengan Deva.“Bukan urusan kamu, sekali lagi aku tegaskan, tolong lepaskan tanagnku, jangan halangi aku, ok!”“tidak, aku enggak akan pernah jauh dair Mas Deva lagi. Begitu janji kita tadi, kan? Aku enggak akan pernah membiarkan Mas Deva sendirian. Aku ikut, ayo kita pergi!”“Jangan sampai emosiku kulampiaskan padamu, setidaknay tidak se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status