Bab 165. Hubungan Terlarang Fajar“Kamu berhasil?” Mawar menyambut kedatangan putri sambungnya. Sonya baru saja pulang dari kantor Alisya, meminta dicairkan kepemilikan saham di perusahaan itu. Meski jumlahnya hanya lima belas persen, namun kalau diuangkan totalnya cukup besar. Sebagai istri sah Rahman, Mawar merasa berhak mendapat bagian juga meski itu adalah harta warisan dari keluarga Rahman.“Belum cair, Ma. Alisya berjanji akan mencairkannya akhir bulan ini,” jawab Sonya berjalan masuk dan langsung menuju kamarnya. Sempat wanita itu melirik ke sudut teras, Fajar menatapnya dari sana. Sonya menggerakan telunjuk, memberi kode agar Fajar mengikutinya ke kamar. Namun, pria itu tak bisa berkutik, ada Mawar di dekatnya. Tak ingin mengambil resiko ketahuan, kalau dirinya ternyata pasang dua. Ibu dan anak dipacari sekaligus.“Lho, ini masih awal bulan, kenapa lama sekali? Masa iya, kita harus menunggu satu bulan?” protes Mawar mengekori Sonya.“Alisya baru saja membayari saham Pak
Bab 166. Fajar Dan Sonya Tertangkap Basah“Ini terlalu beresiko, Bu! Gawat kalau sampai Mbak Sonya mengetahui hubungan kita! Aku pasti akan segera dipecat, Ibu juga pasti akan dia tendang keluar dari rumah ini, lepas, ya!” Fajar melepaskan diri dari seragapan Mawar, melepas pagutan wanita itu, lalu mendorongnya dengan sedikit kasar.“Aku gak tahan lagi, Fajar! Sudah dua minggu aku nahan ini! Kepalaku sakit, Fajar! Sebentar saja! Ayolah!” Mawar kembali merengek. Memaksa dan menarik tubuh Fajar ke arah ranjang. “Sonya sedang istirahat, dia tak akan tahu apa yang kita lakukan, Pintunya juga sudha aku kunci, kok. Ayolah, Sayang!” pintanya lagi.“Kita keluar saja, kalau memang Ibu sudah tak tahan, kita ke hotel!” saran Fajar tetap berusaha menolak.“Enggak bisa. Aku udah cari berbagai alasan agar bisa keluar bareng kamu. Tapi Sonya gak ngizinin. Gak ada cara lain lagi selain ngumpet-ngumpet seperti ini.”Fajar terdiam. Pria itu sudah kehabisan akal.“Sudahlah, gak sampai lima belas meni
Bab 167. Uang Hasil Penjualan di Showroom “Sonya, Fajar! Kalian!” tiba-tiba seseorang berteriak dari arah pintu kamar. Mereka terlalu ceroboh, mengira tak akan ada yang berani masuk ke dalam kamar.**Flash BackMawar memacu mobilnya dengan kecepatan sedang. Wanita itu itu tak berani melaju dengan kencang. Menyetir mobil sendiri adalah kemampuan yang baru saja dia miliki. Saat sang suami menghadiahkan untuknya sebuah mobil baru, di aniverseri pernikahan mereka beberapa bulan yang lalu. Mawar memaksa sang suami memberinya hadiah itu, meski dia belum bisa menyetir. Itu juga sebabnya Sonya mencarikan supir pribadi untuk sang mama.Namun, hari ini dia terpaksa menyetir sendiri. Sonya menahan sang supir di rumah. Mawar terpaksa mengalah. Tekatnya untuk keluar siang ini sudah sangat bulat. Dia harus mengambil seluruh hasil penjualan kepada kasir di showroom mobil milik suaminya sebelum didahului oleh Sonya.Setengah jam berlalu, mobil itu menepi di halaman showroom. Wanita itu gegas
Bab 168. Pengakuan Hubungan Terlarang Mawar“Sonya, Fajar! Kalian!”Mawar terpaku di ambang pintu, lidahnya terasa kelu. Pemandangan di atas ranjang milik sang putri teramat mengejutkan. Kekasihnya tengah memacu bagian tubuhnya di atas tubuh Sonya. Kedua insan itu bermandikan peluh, meleguh nikmat di depan matanya.Sonya sontak mendorong tubuh Fajar, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Fajar memungut pakaian, lalu memakainya dengan tergesa-gesa.“Apa yang kalian lakukan ini?” Mawar berdesis, pelan.“Maaf, Bu, permisi!” Fajar menunduk, lalu berjalan menuju pintu.“Tunggu!” Mawar menghadang. “Jelaskan, apa yang aku saksikan barusan!” perintahnya, masih dengan suara pelan, parau karena kini wanita menahan tangis. Tangis kecewa, patahati, terluka, dan berbgai perasaan sakit lainnya.Sonya beringsut turun dari ranjang besarnya, sambil melilitkan selimut tipis di tubuhnya.“Mama, kami minta maaf, jadi begini … saya dan Mas Fajar itu, eeem, kita sebenarnya paca –““Maaf
Bab 169. Fajar Gigolo Lakn*t“Apa … Kalian? Mas Fajar …! Kalian?” sergah Sonya menoleh kepada Fajar. Wajahnya menegang, seluruh persediannya bagai berlepasan. “Katakan ini tidak benar, Mas! Tolong bilang kalau ini tidak benar! Bilang kalau perempuan itu berbohong, Mas!” pintanya lirih. Tubuhnya luruh, jatuh terduduk di lantai kamar.“Ya, Sayang. Ini tidak benar. Bangun, Sayang!” Sontak Fajar menangkap tubuh Sonya, membawanya bangkit, lalu memeluk di dadanya. “Tidak benar? Kamu bilang tidak benar? Lalu apa yang telah kita lakukan selama ini, Fajar!?” teriak Mawar mengguncang lengan Fajar. “Berapa kali sudha kita menginap dan menghabiskan waktu di hotel? Berapa kali sudha kita melakukannya di sofa kamarku, di depan mata suamiku, kau lupa smeua itu, ha?” lanjutnya semakin mengiris hati Sonya. Tetapi Fajar tak membiarkan Sonya terpengaruh. Dia menambah erat pelukannya.“Mama kamu bohong. Dia memang selalu berusaha menggoda aku. Dia menyukai aku. Tapi aku tak pernah mau menanggapiny
Bab 170. Talak Yang DiwakilkanPria lumpuh itu sama sekali tak bisa berucap meski hanya sepatah kata. Hanya air mata yang kian deras membasahi pipi tuanya.“Jangan menangis, Pa! Papa sepertinya sedih sekali. Maafkan Sonya, ya, Pa, karena tidak sadar akan penderitaan Papa selama ini. Belum terlambat, kok! Sekarang Sonya juga mulai curiga, jangan-jangan istri Papa ini juga selalu menyiksa Papa, dia tidak sayang sama Papa. Saat Sonya tidak ada, dia tidak merawat Papa, betul begitu, Pa?” tanya Sonya lagi mulai menyelidiki.Rahman segera menggerakkan jemarinya. Berharap Sonya menyanyakan segalanya, termasuk tentang perbuatan zina yang sering dilakukan oleh Mawar dengan Fajar di depan matanya.“Ammmpuuun, jadi benar, Pa? Ya, Allah!”“Apanya yang betul? Sonya, kau jangan mempercayai gerakan jari orang lumpuh! jairnya itu bia bergerak spontan, bukan karena bisikan hatinya. Kau tidak bisa mengambil kesimpulan begitu saja!” Lagi-lagi Mawar menyela.“Diam kau, perempuan berengs*k! Aku tak me
Bab 171. Istana Keluarga Wibawa Disita“Mama … ada kakek! Mama … kakek datang, Ma!”Alisya menoleh ke arah pintu kamar, Rena datang dengan setengah berlari. Nafasnya ngos-ngos an dengan wajah memerah seperti kelelahan. “Mama … kakek datang, tapi Om Arul gak bolehin kakek masuk, Ma! Ayo, Ma! Bilang sama Om Arul buat bukain gerbang! Kasihan kakek, Mama …!” paksanya seraya meraih telunjuk sang mama lalu menarik paksa agar mengikuti keinginannya.“Kakek siapa, Sayang? Masa Om Arul gak bolehin Kakek masuk? Kan Om Arul udah tahu kalau dia ayahnya mama.” Alisya yang masih kebingungan terpaksa mengikutinya.“Bukan kakek kampung, Mama! Tapi kakek kita, kakeknya Tasya. Kakek datang berang Kak Tasya. Kak Tasyanya di depan juga, gak boleh masuk oleh Om Arul.”Deg! jantung Alisya berdegup tak teratur. Untuk apa Haga Wibawa datang ke rumahnya? Bersama Tasya lagi. Bukankah tasya sangat membenci Alisya juga Rena? Pak Arul belum kenal siapa mereka. Pantas dia tak mau membukakan pintu gerbang untu
Bab 172. Tasya Titisan Sonya“Bu Ainy?” Haga Wibawa spontan menatap lekat wajah mantan besan perempuannya. Tak percaya dengan kalimat yang baru saja dia dengar. “Apakah itu artinya kami boleh nginap di sini beberapa hari?” tanyanya memastikan.“Selamanya, Bapak tinggal saja di sini untuk selamanya. Harta Ica tak akna berkurang hanya karena menanggung makan Bapak, juga anak si Deva ini. Anggap saja rumah sendiri!” ucap Ainy membuat mata Haga Wibawa makin berkaca-kaca.“Ibu baik sekali. Astaga! Kenapa Alina tidak bisa bersikap sebaik Bu Ainy? Istri saya selalu menyakiti hati Alisya, putri Ibu. Dia bahkan berupaya menyingkirkan Alisya dair kehidupan Deva. Alina yang mengahncurkan rumah tangga anak-anak kita, Bu. Saya sudah berupaya melarang, tapi suara saya tak perah didengar. Saya tak berarti apa-apa di mata Alina,” lirih Haga Wibawa, pria itu tersedu.“Sabar, Pak!” hibur Pak Wahyu yang duduk persis di samping kirinya.“Terima kasih, Pak Wahyu! Saya malu kepada kalian berdua. Saya mal