Beranda / CEO / Lelaki Penyembuh Luka / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Lelaki Penyembuh Luka: Bab 151 - Bab 160

277 Bab

Bab. 151

Kata-kata Rayn sangat tidak sopan dan tidak memberi Jane wajah. Cara dia berurusan dengan orang-orang dan hal-hal yang susah ditangani adalah dengan mengambil tindakan tegas untuk menyelesaikan masalah dengan cepat. Jesica pergi dengan malu, Jane menikah dengan Rainer selama dua puluh tahun, ini adalah pertama kalinya dia ribut dengan Rainer. Jayden sangat marah, sehingga dia memukul Rayn dengan keras dengan keras. Punggung Rayn terluka, dan dia hanya bisa berbaring telungkup di tempat tidur. Daisy sangat menyayangi putranya, dia mengoles obat untuk Rayn dengan mata merah. "Sakit, pelan sedikit, apakah aku adalah anak kandungmu?" Rayn mengerutkan kening dan berkata. "Diam, aku mau lihat apakah kamu masih berani membuat masalah lagi." Daisy berkata dengan galak, tetapi tindakan mengoles obatnya menjadi lebih pelan. "Kamu benar-benar keterlaluan, meskipun kamu tidak suka Jesica, tetapi bagaimanapun juga dia adalah sepupu kakak iparmu, kamu seharusnya kamu sedikit memberi wajah unt
Baca selengkapnya

Bab. 152

Satu bulan kemudian. Di bandara. Areum dan Hans sedang berdiri di depan pemeriksaan keamanan. “Ekspresi wajahmu sangat tidak baik, apa kamu sakit?” Hans bertanya. “Mungkin semalam aku tidak tidur dengan baik.” Areum berkata dengan asal. Wanita setiap bulannya akan merasa tidak nyaman beberapa hari. Mungkin karena hubungan kekebalan tubuh, gejala sakit Areum lebih parah, terutama setelah kecelakaan mobil dan mengalami keguguran, terkadang akan sakit hingga tidak bisa bangun. Saat ini, ekspresi wajah Areum terlihat sedikit pucat. “Maaf, jika tahu tubuhmu tidak nyaman, aku tidak akan memintamu untuk mengantarku.” Hans berkata dengan nada prihatin. “Aku baik-baik saja.” Areum tersenyum lembut, “Aku menemanimu untuk memasukkan barang bawaanmu ke bagasi.” Kali ini, Hans pergi ke luar negeri untuk bersiap menetap di luar negeri, jadi, barang yang dibawa olehnya pasti banyak. Areum menemani Hans untuk memasukkan barang bawannya ke bagasi, mengganti boarding pass lagi, kemudian langsu
Baca selengkapnya

Bab. 153

Tubuh Rayn sedikit terhuyung dan telapak tangannya mengepal dengan erat dan dipukulkan ke tubuhnya sendiri. Dia tidak tahu, tidak hanya tidak tahu kalau Areum keguguran tapi dia bahkan tidak tahu kalau Areum hamil. “Areum pernah hamil, kapan itu terjadi? Sebenarnya apa yang terjadi?” Rayn berteriak tak terkendali sambil menatap Aaron dan Hans. “Aku bantu Areum mengurusi administrasi rawat inap dulu.” Hans menundukkan kepala, berbalik dan mau pergi tapi malah dihentikan oleh Aaron. “Pergi kemana, hari ini mumpung semuanya ada di sini. Ini waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya sejelas-jelasnya.” Nada bicara Aaron bercampur dengan cibiran. “Aaron!” Hans mengerutkan kening menatapnya, “Kakakmu pernah berkata kalau masalah waktu itu sudah berlalu. Siapapun tidak boleh membahasnya lagi.” “Kakakku hatinya terlalu lembut. Kakakku takut nantinya dia sedih dan malah menderita. Tapi, atas dasar apa rasa sakit ini hanya ditanggung oleh kakakku? Dia juga seharusnya tahu semuanya.” Aaron
Baca selengkapnya

Bab. 154

Ibu Areum seorang wanita dan seorang ibu. Dia tahu betapa pentingnya rahim bagi seorang wanita, terutama wanita yang belum menikah dan belum punya anak. Namun, kehilangan kemampuan untuk hamil itu harus lebih kuat daripada kehilangan nyawa. Ibu Areum menangis dan menandatangani formulir persetujuan bedah. Nyawa Areum baru bisa diselamatkan dengan memotong sebagian rahimnya dan satu tuba falopinya. Setelah operasi, Areum tidak sadarkan diri selama tiga hari. Setelah dia bangun, kalimat pertama yang dia tanyakan adalah. "Anakku. Bagaimana keadaan anakku? " “Saat itu, aku hanya berdiri di depannya dan tidak mengatakan apapun sambil menatap matanya.” Aaron melanjutkan ceritanya. “Kakakku hamil. Aku tahu hal ini. Saat itu kamu keluar kota melakukan perjalanan bisnis. Aku yang menemani kakakku ke rumah sakit.” Aaron sampai hari ini masih ingat, pagi hari itu ketika Areum bilang mau keluar ke rumah sakit. Aaron tidak tenang jadi dia pun mengikuti kakaknya. Hanya saja yang tidak disangk
Baca selengkapnya

Bab. 155

Rayn tidak bisa mengatakan apapun dan seolah ada gejolak yang besar di dadanya. Warna darah di wajahnya memudar dan terlihat sangat tidak enak dipandang. Dia terhuyung ke belakang. Seluruh dirinya sekarang tampak begitu bodoh. Hans mengenal Rayn selama bertahun-tahun. Rayn selalu saja berada di atas, begitu arogan dan sombong. Ini adalah pertama kalinya Hans melihat Rayn yang begitu menyedihkan dan kehilangan kendali diri. Satu-satunya orang yang bisa membuat Rayn lepas kendali hanyalah Areum seorang. Rayn bahkan tidak tahu kapan dan bagaimana dirinya bisa meninggalkan bangsal itu. Satu tangannya memegang dinding untuk menompang dirinya. Napas di dadanya terasa sangat sesak. Di suatu sudut di dadanya seolah telah kehilangan sesuatu sehingga membuatnya dirinya merasa sakit tak ada hentinya. Sakit semacam itu membuatnya merasakan sakit sampai bahkan tidak bisa bernapas. Rayn mengepalkan tangannya dengan erat dan berusaha tetap tenang. Kemudian, dia berjalan dengan langkah berat mas
Baca selengkapnya

Bab. 156

“Apa kamu tidak tahu, bagaimana temperamen Rayn? Jika keinginannya tidak tercapai dia tidak akan berhenti. Terlebih lagi, Keluarga Briar juga bukan keluarga yang gampang diganggu.Walaupun Areum tidak dibesarkan di keluarga Briar tapi namanya selalu tercantum di kartu keluarga Keluarga Briar. Leonhard tidak akan membiarkan ini semua berlalu begitu saja.Terlebih lagi, Aaron dan Areum adalah saudara kembar. Begitu Aaron mengambil alih atas Keluarga Briar maka kalian yang begitu kejamnya mengganggu dan menginjak-injak kakaknya seperti ini, mana mungkin dia akan diam saja?”Jayden mengulurkan tangan dan menunjuk ke Rainer. Kemudian, melihat Daisy, dia menghela napas tak berdaya. “Kamu, lebih baik bersiap menyiapkan acara perayaan besar bahagia untuknya dan Areum. Untuk menghindari kedua keluarga tidak jadi menikah dan malah jadi musuh.”Setelah Jayden naik ke atas, Daisy dan Rainer saling menatap. Mata Daisy memerah dan berkata kepada Rainer dengan suara gemetar, “Rain, ibu takut hal bu
Baca selengkapnya

Bab. 157

Emilio menciumnya lagi. Elijah merasa perlawanannya tidak ada gunanya. Dia dicium sampai napasnya terengah-engah. Otaknya perlahan menjadi kosong, kemampuan ciuman pria di depannya ini sungguh terampil dan membuat otak Elijah perlahan jadi kacau. Lalu, sedikit demi sedikit dilahap habis oleh Emilio.Dia sama sekali melupakan pikiran yang sedari tadi mengganggu di dalam kepalanya. Perkataan buruk itu menghilang begitu saja.Setelah berakhir, Elijah berbaring lemas di ranjang, Dia hanya merasakan setiap inci tubuhnya terasa sangat sakit, dia tidak bertenaga sama sekali. Emilio mengulurkan tangan dan memegang wajah Elijah kemudian mencium bibir basah dan lembut Elijah.“Aku masak dulu ya.”Elijah berbalik membelakanginya dan mengabaikannya. Emilio merangkulnya dari belakang lalu memeluknya dengan lembut,“Apa sesuatu telah terjadi, kenapa sikapmu seperti ini?”Ellijah melawan sebentar di pelukan Emilio, lalu berkata dengan marah. “Tuan, kamu jangan mengira meniduriku lalu semua masalahn
Baca selengkapnya

Bab. 158

Setelah Sebastian mengetahui Elijah masuk rumah sakit, menjinjing buah-buahan, dan datang bersam dengan Ezra untuk menjenguknya ke rumah sakit. Akan tetapi, ketika mereka datang, Elijah tetap masih tertidur.“Nyenyak sekali tidurnya. Elijah memang sudah persis seperti sleeping beauty.”Sebastian meletakkan buah-buahan ke meja dengan sembarangan, lalu berkata dengan gaya santai. “Kecilkan suaramu, jangan membangunkan Elijah. Kita bicara di luar. Biarkan istrimu yang menemaninya.”Emilio sedikit memejamkan matanya, berjalan keluar kamar pasien dengan terlebih dahulu. Sebastian mengikutinya. Keduanya berdiri di koridor depan pintu kamar pasien. Emilio berdiri di depan jendela, punggung yang tegap menyandar pada dinding yang putih, dengan biasanya mengeluarkan sebatang rokok dari saku celana dan menyalakannya, asap rokok bertebaran ke arah luar jendela.“Sudah ketemu?”Emilio mengisap rokok, sambil bertanya. Sebastian mengangguk, kedua tangannya memeluk dada, dan berkata dengan senyuman
Baca selengkapnya

Bab. 159

Elijah batuk ringan, matanya yang cantik sedikit kabur. “Aku sekarang merajuk padanya, hanya sekedar melampiaskan emosi saja. Kalalu aku tidak merajuk, dia malahan akan merasa bersalah. Sebenarnya, tidak perlu bertengkar juga...” Elijah terdiam sejenak lalu melanjutkan kemballi perkataannya. “Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, jadi aku akan mencoba kembali seakan tidak ada yang terjadi padaku.” Elijah mengulas senyum. Membuat Dira semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Elijah sendiri. Elijah mungkin bodoh tidak mempercayai perkataan pria yang bertemu dengannya di restoran, Elijah tidak ingin memercayainya. Dia tidak sanggup menerima kenyataan jika hal itu adalah kebenaran yang selama ini Emilio tutupi. Akan hancur seperti apa dirinya jika itu memang kebenaran yang pahit baginya. “Elijah, aku tidak tahu apa yang kamu katakan sekarang. Cobalah untuk bertanya pada tuan muda Emilio. kamu tidak mungkin menyimpannya sendirian." Elijah menundukkan kepalan
Baca selengkapnya

Bab. 160

Hening, Elijah tidak bersuara, ia tampak sangat terkejut dengan apa yang terjadi hari ini. anak yang sangat diinginkan oleh Emilio kini telah hadir dan tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh kejutan yang tidak terduga. Emilio mengeluarkan secarik kertas pada Elijah.“Lihatlah ini adalah anak kita,” Emilio menujuk ke arah titik di dalam lembar USG milik Elijah.Air mata menetes tidak terkendali, saat tatapan matanya tertuju pada objek yang hanya sebesar biji kacang itu. Ada perasaan bahagia. Matanya berbinar saat melihat janin yang terpampang di lembar USG nya.“Apa ini anak yang ada di dalam perutku?” Elijah bertanya tidak percaya.“Ya, ini anak kita.” Emilio memeluk Elijah dan menciumi keningnya sangat lembut.“Di masa depan kamu harus menjaga kehamilanmu. Dokter bilang kandunganmu ini cukup lemah jadi harus lebih berhati-hati lagi.”“Uhm,” Elijah mengangguk. Satu tangannya mengelus lembut perutnya yang masih rata. Mencoba merasakan kehadiran anak yang akan lahir dari rahimnya.“Bagaimana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
28
DMCA.com Protection Status