Setelah Sebastian mengetahui Elijah masuk rumah sakit, menjinjing buah-buahan, dan datang bersam dengan Ezra untuk menjenguknya ke rumah sakit. Akan tetapi, ketika mereka datang, Elijah tetap masih tertidur.“Nyenyak sekali tidurnya. Elijah memang sudah persis seperti sleeping beauty.”Sebastian meletakkan buah-buahan ke meja dengan sembarangan, lalu berkata dengan gaya santai. “Kecilkan suaramu, jangan membangunkan Elijah. Kita bicara di luar. Biarkan istrimu yang menemaninya.”Emilio sedikit memejamkan matanya, berjalan keluar kamar pasien dengan terlebih dahulu. Sebastian mengikutinya. Keduanya berdiri di koridor depan pintu kamar pasien. Emilio berdiri di depan jendela, punggung yang tegap menyandar pada dinding yang putih, dengan biasanya mengeluarkan sebatang rokok dari saku celana dan menyalakannya, asap rokok bertebaran ke arah luar jendela.“Sudah ketemu?”Emilio mengisap rokok, sambil bertanya. Sebastian mengangguk, kedua tangannya memeluk dada, dan berkata dengan senyuman
Elijah batuk ringan, matanya yang cantik sedikit kabur. “Aku sekarang merajuk padanya, hanya sekedar melampiaskan emosi saja. Kalalu aku tidak merajuk, dia malahan akan merasa bersalah. Sebenarnya, tidak perlu bertengkar juga...” Elijah terdiam sejenak lalu melanjutkan kemballi perkataannya. “Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, jadi aku akan mencoba kembali seakan tidak ada yang terjadi padaku.” Elijah mengulas senyum. Membuat Dira semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Elijah sendiri. Elijah mungkin bodoh tidak mempercayai perkataan pria yang bertemu dengannya di restoran, Elijah tidak ingin memercayainya. Dia tidak sanggup menerima kenyataan jika hal itu adalah kebenaran yang selama ini Emilio tutupi. Akan hancur seperti apa dirinya jika itu memang kebenaran yang pahit baginya. “Elijah, aku tidak tahu apa yang kamu katakan sekarang. Cobalah untuk bertanya pada tuan muda Emilio. kamu tidak mungkin menyimpannya sendirian." Elijah menundukkan kepalan
Hening, Elijah tidak bersuara, ia tampak sangat terkejut dengan apa yang terjadi hari ini. anak yang sangat diinginkan oleh Emilio kini telah hadir dan tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh kejutan yang tidak terduga. Emilio mengeluarkan secarik kertas pada Elijah.“Lihatlah ini adalah anak kita,” Emilio menujuk ke arah titik di dalam lembar USG milik Elijah.Air mata menetes tidak terkendali, saat tatapan matanya tertuju pada objek yang hanya sebesar biji kacang itu. Ada perasaan bahagia. Matanya berbinar saat melihat janin yang terpampang di lembar USG nya.“Apa ini anak yang ada di dalam perutku?” Elijah bertanya tidak percaya.“Ya, ini anak kita.” Emilio memeluk Elijah dan menciumi keningnya sangat lembut.“Di masa depan kamu harus menjaga kehamilanmu. Dokter bilang kandunganmu ini cukup lemah jadi harus lebih berhati-hati lagi.”“Uhm,” Elijah mengangguk. Satu tangannya mengelus lembut perutnya yang masih rata. Mencoba merasakan kehadiran anak yang akan lahir dari rahimnya.“Bagaimana
“Minum bir sampai pendarahan lambung, Rayn kejam juga sama diri sendiri, dia menimbulkan ulah yang begitu besar, menurutku paling juga hanya dua hari saja ayah dan ibunya sudah akan mengalah.” Sebastian menyalakan sebatang rokok, lalu membuang asap rokoknya dan berkata.“Sifat dia sejak kecil memang sudah seperti ini, memang licik dan pintar bermain strategi, tidak akan lepas tangan kalau tidak mencapai tujuan.” Emilio tersenyum ringan, mengenai cara kerja Rayn, dia juga merasa salut padanya, memang benar orang ahli dalam bermain strategi dan kekuasaan.“Tetapi dengan begini bahaya juga.” Raymond mengeluh.“Bahaya? Menurutku dalam hatinya sudah ada perhitungan sendiri. Pendarahan lambung tidak mematikan juga, tetapi kalau tidak ada Areum, dengan hidup yang tanpa perasaan ini, lebih tidak ada artinya untuk bertahan hidup.” Emilio selesai berbicara, lift sudah sampai ke lantai dasar. Mereka berdua keluar dari lift, langsung melihat Areum yang berdiri di pintu luar rumah sakit.Saat ini
Rainer mengetahui adiknya hilang di rumah sakit, Jane tidak bisa terhindar dari teguran Rainer, dan akhirnya mulai mencari orang di seluruh dunia lagi. pada saat yang sama, Rayn naik mobil membawa mobil Audi A8 dan sudah berhenti di bawah apartemen tempat tinggal Areum. Dia menurunkan jendela mobil, Rayn menatap pada jendela lantai atas yang sudah tertutup bahkan lampunya pun padam, diam-diam termenung di tempat. Supir berjalan keluar dari gedungnya, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, lalu berkata padanya dengan sopan ”Seharusnya nona Areum tidak ada di rumah, aku sudah pencet bel, tetapi tidak ada yang menyambut. Aku bertanya pada tetangganya, katanya setelah dia keluar di pagi ini, belum ada pulang juga.” “Kalau begitu tunggu saja.” Rayn menjawab dengan nada datar. Hari ini adalah ulang tahunnya Areum dan Aaron, hari yang begitu spesial, seharusnya Aaron sedang merayakannya bersama dengan Aaron. Rayn menyuruh supir bertanya di dalam apartemen, hanya sekedar menyimpan harapa
Dia selesai berkata, tiba-tiba tenggorokan terasa gatal, sehingga batuk ringan. Rayn tidak berani terlalu kuat batuknya, apabila terlalu menggerakkan bagian perut, lukanya akan semakin sakit. Dia baru saja sedikit lega, sedari tadi dia kelihatannya sangat sengsara dan menyesak.“Aku tuangkan air untukmu.”Areum buru-buru bangkit, namun tangannya malah ditarik oleh Rayn. “Aku tidak mau minum air.” suara Rayn sedikit serak, dia menarik lengannya, memeluk Areum ke dalam pelukannya.“Areum, kamu masih belum minta kado ulang tahun padaku lagi.” Rayn tersenyum dan berkata.“Aku minta atau tidak, kamu tetap akan memberikannya padaku, iya kan?” Areum mengangkat mata dan menatapnya, berkata dengan nada datar.“Tidak, tebak dulu apa kadonya?” Rayn mengangkat alis dan tersenyum ringan. Areum menggeleng kepala, sifatnya memang tidak suka tebak menebak.“Tidak tahu.”Rayn tersenyum lembut, tangannya masuk ke dalam saku jas besarnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna hitam. Ketika Areu
“Kamu jangan selemah itu dihadapanku, demi seorang wanita, membuat diri sendiri di ambang kematian seperti ini, sungguh tidak berguna.”Rayn tersenyum dengan datar, dalam senyumnya ada rasa sakit yang begitu dalam, rasa sakit yang menusuk sampai ke tulang. Dibandingkan dengan rasa sakit yang dialami Areum ketika itu, lukanya ini sama sekali tidak ada apa-apanya. Ketika itu, jelas-jelas yang salah adalah dia, namun yang menerimanya malah hanya Areum sendiri.Gadis yang paling ia cintai, pernah mencoba bunuh diri dengan menelan obat obat karenanya, ini merupakan hal yang membuatnya tidak bisa memaafkan dirinya seumur hidupnya. Rayn berpikir, seumur hidupnya, dia sudah berhutang terlalu banyak pada Areum, bahkan mungkin dia tidak akan sanggup menebus semuanya. Di kehidupan yang akan datang, ia ingin bertemu dengannya lagi, mencintainya lagi.“Kak, aku merasa sedikit lelah, bisa kah kamu berhenti bicara?” Suara Rayn terdengar tidak bertenaga, berkata dengan lemah. Rainer memelototinya de
Ketika Emilio mendengarnya ia hanya terdiam, ia tersenyum lembut tanpa mengatakan apapun. Sementara Elijah membawa hadiah yang sudah dia siapkan. Emilio menyiapkan sebuah lukisan antik untuk Earnest, lukisan yang sudah berumur itu begitu indah. “Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini?” Earnest tercengang. “kamu memang berbeda, dan terbaik.” “Ayah terlalu memuji.” Emilio berkata dengan rendah hati. Earnest meletakkan lukisan antiknya, berkata dengan serius. “Kamu tidak perlu rendah hati, aku tidak akan memujimu hanya karena kamu adalah putraku.” “Ayah, Anda dan Emilio benar-benar ayah dan anak, Emilio juga tidak pernah memuji Stela dengan mudah. Ketika Stela ikut lomba melukis, yang ikut serta adalah anak-anak yang lebih tua beberapa tahun darinya, Stela mendapatkan juara dua sudah pencapaian yang lumayan, namun Emilio malah menyuruhnya berusaha lebih keras lagi dengan wajah yang begitu tegas. Haih, menjadi anak keluarga Xavier sungguh tidak mudah.” Elijah berkata sambil tersenyum. Se