Elijah batuk ringan, matanya yang cantik sedikit kabur. “Aku sekarang merajuk padanya, hanya sekedar melampiaskan emosi saja. Kalalu aku tidak merajuk, dia malahan akan merasa bersalah. Sebenarnya, tidak perlu bertengkar juga...” Elijah terdiam sejenak lalu melanjutkan kemballi perkataannya. “Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, jadi aku akan mencoba kembali seakan tidak ada yang terjadi padaku.” Elijah mengulas senyum. Membuat Dira semakin tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Elijah sendiri. Elijah mungkin bodoh tidak mempercayai perkataan pria yang bertemu dengannya di restoran, Elijah tidak ingin memercayainya. Dia tidak sanggup menerima kenyataan jika hal itu adalah kebenaran yang selama ini Emilio tutupi. Akan hancur seperti apa dirinya jika itu memang kebenaran yang pahit baginya. “Elijah, aku tidak tahu apa yang kamu katakan sekarang. Cobalah untuk bertanya pada tuan muda Emilio. kamu tidak mungkin menyimpannya sendirian." Elijah menundukkan kepalan
Hening, Elijah tidak bersuara, ia tampak sangat terkejut dengan apa yang terjadi hari ini. anak yang sangat diinginkan oleh Emilio kini telah hadir dan tumbuh di dalam rahimnya. Sungguh kejutan yang tidak terduga. Emilio mengeluarkan secarik kertas pada Elijah.“Lihatlah ini adalah anak kita,” Emilio menujuk ke arah titik di dalam lembar USG milik Elijah.Air mata menetes tidak terkendali, saat tatapan matanya tertuju pada objek yang hanya sebesar biji kacang itu. Ada perasaan bahagia. Matanya berbinar saat melihat janin yang terpampang di lembar USG nya.“Apa ini anak yang ada di dalam perutku?” Elijah bertanya tidak percaya.“Ya, ini anak kita.” Emilio memeluk Elijah dan menciumi keningnya sangat lembut.“Di masa depan kamu harus menjaga kehamilanmu. Dokter bilang kandunganmu ini cukup lemah jadi harus lebih berhati-hati lagi.”“Uhm,” Elijah mengangguk. Satu tangannya mengelus lembut perutnya yang masih rata. Mencoba merasakan kehadiran anak yang akan lahir dari rahimnya.“Bagaimana
“Minum bir sampai pendarahan lambung, Rayn kejam juga sama diri sendiri, dia menimbulkan ulah yang begitu besar, menurutku paling juga hanya dua hari saja ayah dan ibunya sudah akan mengalah.” Sebastian menyalakan sebatang rokok, lalu membuang asap rokoknya dan berkata.“Sifat dia sejak kecil memang sudah seperti ini, memang licik dan pintar bermain strategi, tidak akan lepas tangan kalau tidak mencapai tujuan.” Emilio tersenyum ringan, mengenai cara kerja Rayn, dia juga merasa salut padanya, memang benar orang ahli dalam bermain strategi dan kekuasaan.“Tetapi dengan begini bahaya juga.” Raymond mengeluh.“Bahaya? Menurutku dalam hatinya sudah ada perhitungan sendiri. Pendarahan lambung tidak mematikan juga, tetapi kalau tidak ada Areum, dengan hidup yang tanpa perasaan ini, lebih tidak ada artinya untuk bertahan hidup.” Emilio selesai berbicara, lift sudah sampai ke lantai dasar. Mereka berdua keluar dari lift, langsung melihat Areum yang berdiri di pintu luar rumah sakit.Saat ini
Rainer mengetahui adiknya hilang di rumah sakit, Jane tidak bisa terhindar dari teguran Rainer, dan akhirnya mulai mencari orang di seluruh dunia lagi. pada saat yang sama, Rayn naik mobil membawa mobil Audi A8 dan sudah berhenti di bawah apartemen tempat tinggal Areum. Dia menurunkan jendela mobil, Rayn menatap pada jendela lantai atas yang sudah tertutup bahkan lampunya pun padam, diam-diam termenung di tempat. Supir berjalan keluar dari gedungnya, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, lalu berkata padanya dengan sopan ”Seharusnya nona Areum tidak ada di rumah, aku sudah pencet bel, tetapi tidak ada yang menyambut. Aku bertanya pada tetangganya, katanya setelah dia keluar di pagi ini, belum ada pulang juga.” “Kalau begitu tunggu saja.” Rayn menjawab dengan nada datar. Hari ini adalah ulang tahunnya Areum dan Aaron, hari yang begitu spesial, seharusnya Aaron sedang merayakannya bersama dengan Aaron. Rayn menyuruh supir bertanya di dalam apartemen, hanya sekedar menyimpan harapa
Dia selesai berkata, tiba-tiba tenggorokan terasa gatal, sehingga batuk ringan. Rayn tidak berani terlalu kuat batuknya, apabila terlalu menggerakkan bagian perut, lukanya akan semakin sakit. Dia baru saja sedikit lega, sedari tadi dia kelihatannya sangat sengsara dan menyesak.“Aku tuangkan air untukmu.”Areum buru-buru bangkit, namun tangannya malah ditarik oleh Rayn. “Aku tidak mau minum air.” suara Rayn sedikit serak, dia menarik lengannya, memeluk Areum ke dalam pelukannya.“Areum, kamu masih belum minta kado ulang tahun padaku lagi.” Rayn tersenyum dan berkata.“Aku minta atau tidak, kamu tetap akan memberikannya padaku, iya kan?” Areum mengangkat mata dan menatapnya, berkata dengan nada datar.“Tidak, tebak dulu apa kadonya?” Rayn mengangkat alis dan tersenyum ringan. Areum menggeleng kepala, sifatnya memang tidak suka tebak menebak.“Tidak tahu.”Rayn tersenyum lembut, tangannya masuk ke dalam saku jas besarnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak cincin berwarna hitam. Ketika Areu
“Kamu jangan selemah itu dihadapanku, demi seorang wanita, membuat diri sendiri di ambang kematian seperti ini, sungguh tidak berguna.”Rayn tersenyum dengan datar, dalam senyumnya ada rasa sakit yang begitu dalam, rasa sakit yang menusuk sampai ke tulang. Dibandingkan dengan rasa sakit yang dialami Areum ketika itu, lukanya ini sama sekali tidak ada apa-apanya. Ketika itu, jelas-jelas yang salah adalah dia, namun yang menerimanya malah hanya Areum sendiri.Gadis yang paling ia cintai, pernah mencoba bunuh diri dengan menelan obat obat karenanya, ini merupakan hal yang membuatnya tidak bisa memaafkan dirinya seumur hidupnya. Rayn berpikir, seumur hidupnya, dia sudah berhutang terlalu banyak pada Areum, bahkan mungkin dia tidak akan sanggup menebus semuanya. Di kehidupan yang akan datang, ia ingin bertemu dengannya lagi, mencintainya lagi.“Kak, aku merasa sedikit lelah, bisa kah kamu berhenti bicara?” Suara Rayn terdengar tidak bertenaga, berkata dengan lemah. Rainer memelototinya de
Ketika Emilio mendengarnya ia hanya terdiam, ia tersenyum lembut tanpa mengatakan apapun. Sementara Elijah membawa hadiah yang sudah dia siapkan. Emilio menyiapkan sebuah lukisan antik untuk Earnest, lukisan yang sudah berumur itu begitu indah. “Bagaimana bisa kamu mendapatkan ini?” Earnest tercengang. “kamu memang berbeda, dan terbaik.” “Ayah terlalu memuji.” Emilio berkata dengan rendah hati. Earnest meletakkan lukisan antiknya, berkata dengan serius. “Kamu tidak perlu rendah hati, aku tidak akan memujimu hanya karena kamu adalah putraku.” “Ayah, Anda dan Emilio benar-benar ayah dan anak, Emilio juga tidak pernah memuji Stela dengan mudah. Ketika Stela ikut lomba melukis, yang ikut serta adalah anak-anak yang lebih tua beberapa tahun darinya, Stela mendapatkan juara dua sudah pencapaian yang lumayan, namun Emilio malah menyuruhnya berusaha lebih keras lagi dengan wajah yang begitu tegas. Haih, menjadi anak keluarga Xavier sungguh tidak mudah.” Elijah berkata sambil tersenyum. Se
Emilio menyeruput tehnya, dengan santai lalu berkata dengan datar. “Istriku tengah mengandung anakku sendiri, jadi tidak ada alasan jika kalian menentangnya. Toh aku akan memiliki penerusku sendiri, darah dagingku yang selama ini aku nantikan.” “Syukurlah, jika dia tengah mengandung anakmu. Setidaknya kamu menikahinya dan dapat memliki seorang anak yang milikmu sendiri.” Earnest mengangguk, namun segera bicara lagi. “Istrimu sudah sangat baik dalam semua hal, hanya saja masa lalu tragis itu akan selalu membayanginya. Apa dia sudah berdamai dengan masa lalunya?” Setelah Emilio mendengarnya, wajahnya yang awalnya hangat langsung muram dan berkata, “Elijah masih sangat muda, tidak perlu cemas, dia pasti bisa melewatinya. Kalau pun tidak bisa aku akan tetap menemaninya hingga dia benar-benar sembuh dan berdamai dengan keadaan.” “Terserah kalian.” Earnest berkata dengan datar. Bagaimana pun itu kehidupan putra juga menantunya. Emilio tidak mempermasalahkan kehidupan rumah tangga yang sep
Tiga hari telah berlalu sejak Emilio mengetahui kabar Elijah akan menikah. Baik Earnest dan Jesslyn juga kebingungan dengah hal ini. Emilio terlihat frustrasi dan sangat pucat. Tapi, keduanya tidak tahu apa yang telah terjadi pada Emilio. Akhirnya Earnest menginterogasi Sebastian. Sebastian pun akhirnya menceritakan semuanya. Earnest tahu ini adalah buah perbuatannya, dia yang sengaja memisahkan Elijah terlepas dari semua kebohongan yang dilakukan oleh Emilio. sepenuhnya Elijah mengerti. Tapi, desakan untuk meninggalkan Emilio lebih besar akhirnya Elijah yang meninggalkannya meninggalkan bekas yang tak mungkin tertutup kembali. Emilio tidak terlihat di beberapa perusahaan. Dia hanya berdiam diri di rumahnya. tinggal di dalam ruang kerjanya tanpa berniat keluar. Perasaannya masih tidak stabil. Dia masih tidak bisa menerima kenyataan ini. tapi dia juga sadar akan kesalahannya yang tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Di tengah kesedihannya suara ketukan pintu terdengar lem
Emilio membuka berkasnya dan melihat isi dari dokumen itu. Matanya membelalak. Sudah jelas jika Emilio juga sama kagetnya. Dia tidak pura-pura tidak mendengar perkataan Sebastian, dia tidak mempercayai kenyataan yang ada di depannya ini. Rasanya begitu sesak, ia kesulitan bernapas. Emilio mundur beberapa langkah. Di dalam pikirannya mungkin dia berkata, kenapa semua ini terjadi padanya? Selama enam tahun dia berharap jika istrinya akan kembali padanya suatu saat nanti. Tapi, harapan itu tinggal harapan. Hari yang selalu dinantikannya itu tidak akan pernah datang padanya. Emilio membalik setiap lembarnya. Dia melihat foto Elijah tertawa bahagia bersama seorang pria yang digadang-gadang adalah calon suaminya. “Apakah informasi ini valid?” Emilio bertanya. “Ya, informan kita bahkan mengirimkan undangannya.” Jawab Sebastian. Tidak ada pembicaraan lagi. Emilio meremas dokumen itu, matanya mulai memerah. Sebastian tahu bagaimana perasaannya sekarang. Sedih hancur dan
Elijah yang baru saja selesai memasak sejenak tertegun, hatinya begitu hangat kala melihat kedekatan Ezy dan Dareen. Mereka berdua bagaikan pasangan ayah dan anak. Jika orang di luaran sana melihat mereka berdua mungkin tidak akan menyangka jika Dareen hanyalah ayah sambung. Tawa renyah itu memenuhi seisi rumah, Celine yang berada di ruang tamu pun ikut tersenyum dengan tingkah laku keduanya. Mereka bagaikan anak kecil yang bahagia hanya dengan melakukan hal sederhana. “Ezy, turunlah. Ayahmu pasti sangat lelah.” Elijah berjalan ke arah meja makan seraya membawa sepiring daging dan meletakkannya di meja makan. “Cepat cuci tanganmu, kita makan malam bersama.” Ajak Elijah pada Dareen. “Ezy, kamu juga cuci tanganmu sebelum makan.” Perintahnya. “Ok!” Ezy memberi isyarat pada jari tangannya yang kecil. Elijah hanya mengulas senyum, lalu kembali menata meja makan. Dareen dan Ezy menuju wastafel, keduanya mencuci tangan bersamaan. Ezy menaiki kursi kecil lalu mele
Dareen sangat sibuk sekali, dia mulai mengurusi masalah pernikahan, lalu bulan madu semua itu membutuhkan waktu, namun Dareen memintanya untuk menyelesaikannya dalam waktu satu minggu. asistennya Maxi secara intensif sedang mengatur jadwalnya, berusaha keras agar jadwal Dareen tidak bentrok dengan yang lainnya. Setelah rapat rutin, Dareen berjalan keluar dari ruang rapat, tangan kirinya memegang sebuah dokumen, sambil berjalan, sambil berpesan sesuatu pada Daniel. Asisten Maxi datang dari depan, dengan hormat berkata. “Direktur, orang dari perusahaan penyelenggara pernikahan datang, saya sudah mengaturnya di ruang tamu untuk menunggu Anda.” “Mmm.” Dareen mengangguk pelan, berjalan memasuki ruang tamu. Daniel adalah salah satu orang kepercayaan Dareen, dan juga sahabat baginya. Maka dari itu setiap Dareen merencanakan sesuatu, dia akan selalu ikut andil di dalamnya. Dareen segera mengikutinya masuk ke dalam. Perusahaan penyelenggara pernikahan datang dua orang, satu
Untuk sesaat Elijah dibuat bingung harus berkata apa dengan kondisi yang ada di depannya. Beberapa waktu lalu, Elijah juga berharap Dareen bisa membawa cincin dan melamarnya. Dan sekarang saat momen itu tiba, Elijah malah belum sadar. Melihat Elijah tak bergerak, Geofrey tak kuasa bicara, "Nyonya, seharusnya Anda mengerti. Biasanya pria ini tak mau berurusan dengan hal seperti ini, menghindari wanita, janji yang diucapkannya juga tak sembarangan. Pria baik seperti ini, jika kamu sungguh melewatkannya, tidak akan ada kesempatan kedua." Kesadaran Elijah kembali dan tidak membalas perkataan Geofrey. Elijah lama sekali menatap Dareen. Kalau setuju, nantinya mungkin akan banyak bahaya. Jika tidak setuju, apakah dirinya sungguh melewati begitu saja perasaannya? "Ya." Akhirnya telah diputuskan. Hati Elijah seperti melepaskan sebuah batu besar. Ia merasa jika sudah saatnya dia melepaskan masa lalunya, dan memulai hidup baru. Melihat Elijah mengangguk, Dareen tak ku
Walau tubuhnya sedikit gemetar, tapi perlakuan Dareen sangatlah lembut. Elijah mengangguk, mengisyaratkan jika dirinya menyetujuinya. Dareen tersenyum puas, dia mulai menggeluti Elijah. desahan lembut terdengar memenuhi seisi ruangan. Keesokan paginya. Elijah terbangun, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit. Elijah memutar tubuhnya dan melihat di Dareen yang berbaring di sebelahnya. Apa yang terjadi? Elijah berpikir. Ah benar. Dirinya ingin pergi, lalu dihalangi, setelah itu... Dada bidang serta perut berotot terlihat jelas, suara yang serak, karena bergairah, wajahnya pun memerah, saat itu Dareen sangat tampan dan menawan.. Elijah tak berani memikirkannya. Saat ini Elijah merasa wajahnya pasti merah sekali. Dareen sangat menikmati melihat perubahan wajah Elijah, ujung hidungnya yang mancung meneteskan keringat. "Kenapa? Apa kamu masih belum puas melihatnya?" Dareen tersenyum licik. Sepasang matanya yang sedari awal sudah bersinar semakin terliha
Setelah Dareen keluar dari rumah keluarga Lee, dia langsung berkendara menuju hotel di mana Elijah menginap. Daniel yang berada di luar ketika melihat mobil Dareen masuk, dan berhenti tepat di depannya segera menyapa, "Direktur." Dareen mengangguk dan bertanya, "Apakah semua orang berada di dalam?" Daniel menjawab, "Ya, mereka baru saja selesai makan." Dareen mengangguk dan berdiri di depan pintu, sejenak ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Daniel melihatnya berdiri lama sekali, tanpa bergerak, tidak bisa menahan diri bertanya, "Apakah kamu tidak akan masuk dan melihat-lihat?" Begitu Dareen ingin menjawab, pintu terbuka. Celine ibu angkat Elijah yang membukakan pintu. Dia jelas mendengar langkah kaki seseorang, jadi dia keluar. Untuk melihatnya, Dareen sedikit terkejut, dan langsung menyapa, "Ibu." Celine menatapnya dalam-dalam lalu berkata, "Kita harus bicara." Dareen sudah lama ingin melakukan ini, mengangguk sekarang, menutup pintu den
Sejak hari di mana Elijah berbagi kisah dengannya. saat itu pula Dareen meyakinkan dirinya untuk memiliki dan menjaga Elijah beserta putranya. Dia tidak ingin kehilangan mereka, mendengar kisahnya membuat Dareen tahu bagaimana kuatnya Elijah. Dia merasa jika Elijah harus berada di sampingnya, dia memutuskan untuk benar-benar menikahinya bukan hanya sekedar kontrak belaka. Lika-liku telah dilewati. Ezy sudah keluar dari rumah sakit. Tes yang dilakukan juga tidak menunjukkan suatu penyakit di dalam tubuh kecil Ezy. Dan Elijah dia sudah kembali ke vila mengasuh Ezy dan merawat ibunya. Alicia terus memohon pada Dareen untuk melepaskan keluarganya, dia bahkan menunggunya berhari-hari untuk meminta mengampunannya. Walau Dareen bersiteguh dengan keputusannya tapi Elijah tidak bisa sejahat itu. Dia ikut memohon pada Dareen untuk melepaskan Alicia. Dareen pun menyetujuinya asalkan Alicia pergi, dan tidak menunjukkan batang hidungnya lagi di depan Dareen maupun Elijah. mau t
“Tenanglah,” Dareen menangkap tangan Elijah. Dia mengusap lembut bekas memar yang kian memudar itu. Ia menatapnya lekat dan dalam. “Semuanya akan baik-baik saja. Selagi kau tidak ada, aku akan merawatnya. Jadi jangan khawatir. Aku juga sudah mengirim seseorang untuk menjaga ibumu.” Dareen terus mengusap puncak kepala Elijah seperti anak kecil.Perkataan dan perlakuannya membuat Elijah takut. Takut semakin bergantung pada laki-laki yang baru dikenalnya ini. Semua tindakan Dareen membuat Elijah semakin nyaman. Jika saja hubungan ini bukan hanya sekedar pernikahan kontrak, alangkah bahagianya dia.Seorang pria yang begitu baik, bisa melindungi dan menjaganya. Rasanya dia mulai berharap lebih pada Dareen. Dia seakan menginginkan jika pernikahan ini seharusnya nyata tidak ada kebohongan.Elijah merasa semakin sering dia bersama Dareen, perasaannya kian berkembang. Dia mencoba mengabaikannya tapi lagi dan lagi persaan itu malah semakin kuat. Elijah menggelengkan kepalanya mencoba membuang s