Semua Bab Bukannya Udah Mantan? : Bab 121 - Bab 130

152 Bab

bab 121 Acara empat bulanan kehamilan Arana 2.

Acara di tutup dengan do'a dari sang ustad dan diamini oleh semua orang yang hadir. Setelahnya di bagikan suvernir berupa mukena untuk undangan wanita dan sarung untuk undang pria tidak lupa di di berikan pula mukena di salam wadah besek yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai tas. Setelah semua sana agak sepi, Ryan dan Mamnya mendekati Arans dan Saga."Arana," sapa Ryan. "Ryan. Mama Laras, apa kabar?" Arana mengulurkan tangannya menyalami Ryan lalu sedikit membungkuk untuk memeluk Laras yang duduk di kursi roda. "Alhamdulillah Mama sehat." jawab Laras, "Selamat ya untuk kehamilan kamu. Semoga ibu dan bayinya sehat, lancar nanti dalam persalinannya" Laras mendo'akan. "Amiin. Makasih Ma" ucap Arana dengan senyum mengembang di wajahnya. "Terima kasih sudah datang" Saga mengulurkan tangannya ke Ryan. "Sama-sama. Selamat untuk kehamilan Arana. Semoga lancar saat persalinan nanti" Ryan menyambut jabat tangan tangan Saga serta mendo'akan kebaikan untuk sahabatnya. Saga ber
Baca selengkapnya

bab 122 Kemarahan Kiara Ariani

"Arana. Kiara mau bicara sama kamu" kata Aditama setelah beberapa saat hanya diam. Aran mengalihkan pandangan nya pad Kiara pada Aditama, "Silahkan. Bicara saja" jawabnya cuek. "Aku mau minta tolong sama kamu" Kiara membuka mulutnya setelah sejak datang hanya diam. Arana tak menjawab, hanya menatap datar pada Kiara yang juga menatapnya. "Cabut gugatan atas suami aku!" Tanpa basa basi Kiara mengatakan permintaannya. Mendengar nya Ratih menutup matanya sembari menghela nafas panjang. Menyesalkan sikap Kiara yang tidak meminta maaf atas semua kesalahannya terlebih dulu. Namun, Kiara langsung mengatakan permintaan nya dengan nada angkuh dan memerintah. "Soal itu bicaralah pada Kak Raka, aku sama sekali tidak tahu menahun soal perusahaan." ujar Arana tetap dengan ekspresi tenang sekalipun emosinya susah terpancing dengan gaya bicara Kiara. "Bukannya Kak Raka kamu yang memberi kuasa? Dia pasti menurut apa katamu" Kiara mulai memaksa. "Itu kamu tahu, jika aku sudah memberikan hak kua
Baca selengkapnya

bab 123 Kebaikan hati Arana

Pov Arana"Mas, bebaskan Duta. Jual saja sahamnya aku tidak menginginkan nya." pintaku dengan air mata yang sudah tidak bisa ku tahan lagi. Aku tidak bisa lagi melihat tatapan terluka Bunda. Sepertinya dia begitu sedih melihat keadaan Mbak Kiara. Bagi Bunda Mbak Kiara adalah putri kesayangannya tentu saja hatinya hancur melihat keadaan Kiara sekarang. "Iya. Jangan menangis." Mas Saga memeluk ku, "Apapun akan aku lakukan buat kamu. Tapi jangan menangis aku gak bisa lihat kamu nangis" bisik Mas Saga di telingaku. Mas Saga mengurai pelukannya lalu mengusap kedua pipiku. "Aku mau ke kamar." pintaku yang langsung di iyakan oleh Mas Saga. Kak Raka yang sejak tadi di sampingku ikut berdiri memegangi lenganku agar tidak terjatuh, Kaki ku sedikit lemas. Kulihat Bapak menatapku cemas, aku tersenyum agar dia tak perlu khawatir. Saat aku ingin berbalik baru aku menyadari keberadaan Bunda. Aku pikir Bunda sudah pergi bersama Ayah dan Mbak Kiara, ternyata Bunda masih disini sambil menatapku i
Baca selengkapnya

124 berdamai dengan masa lalu.

Pov Saga. Sudah tiga hari ini Arana menempati kamar VIP di rumah sakit. Dia sudah merengek minta pulang. Namun belum aku kabulkan, selama dokter belum menyatakan dia benar-benar sudah sehat. Dokter mengatakan keadaannya belum pulih benar, tensi nya masih sangat rendah untuk ukuran orang normal. Apalagi sekarang dia sedang hamil dan kandungannya lemah, karena itu Dokter menyarankan untuk Arana dirawat beberapa hari dulu di rumah sakit. Setiap hari Ibu selalu datang untuk ikut menjaga Arana. Tapi saat malam beliau pulang dan datang lagi keesokan harinya. Mama juga tidak pernah absen menjenguk Arana, Mama datang sebelum pergi menemani Rendra menjalani terapi. Bunda Ratih dan Ayah Adi bukannya tidak pernah datang tapi sengaja aku melarangnya untuk masuk. Aku meminta pengertian mereka agar bisa membiarkan Arana lebih tenang dulu. Ayah Adi mengerti, setelahnya dia tidak datang lagi hanya menelfon atau mengirim pesan menanyakan keadaan Arana. Namun sebaliknya dengan Bunda Ratih, dia te
Baca selengkapnya

bab 125 Memberi kesempatan untuk diri sendiri.

"Mbak Arana tolong maafin Bunda ya." Pria kecil itu memandang Arana penuh harap. "Aku sering lihat Bunda melamun terus tiba-tiba nangis kalau di tanya kenapa? Bilangnya ingat sama Mbak Arana." kata Zidan bercerita. "Bunda bilang kalau Bunda nyesel, biar Mbak Arana maafin Bunda." Zidan menggoyang-goyangkan tangan Bundanya. Arana memandang sendu pada Bunda Ratih dan Zidan. Aku yakin penjelasan Zidan sedikit melunakkan hatinya. "Semua orang butuh kesempatan kedua untuk menjadi lebih baik" bisik Saga di samping telinganya. "Tidak ada yang salah dengan memaafkan" ucap saga memeluknya dari samping. Dengan mata yang berkaca-kaca dia mengangguk, "Iya. Maafin Arana juga Bunda" ucapnya setelah berperang dengan hatinya. Ratih memandang Arana seperti tidak percaya. "Kamu mau maafin Bunda" tanya Ratih dengan air mata yang sudah merembes di pipinya. "Beneran mau maafin Bunda" ulangnya. "Iya Bunda." jawab Arana lalu tersenyum."Makasih sayang. Bo leh Bunda pe luk kamu?" pinta Ratih ragu -ragu.
Baca selengkapnya

bab 126 Hidup Kiara

Di sisi Lain.Aditama sedang bersiap berangkat kekantor setelah mendapatkan telfon dari Raka ketika Dara, cucunya menangis histeris karena kedua orang tuanya bertengkar. "Ada apa sayang? Kenapa menangis?" tanya Aditama sambil menggendong cucu kesayangannya. "Mami sama Papi bentak bentak sama lempar barang, Dara takut kek." adu gadis kecil di gendongan Aditama itu. "Sudah jangan nangis ya! cucu kakek yan cantik nanti jadi jelek kalau nangis terus." bujuk Aditama. "Dara sama suster dulu. Kakek mau lihat Papa sama Mami dara dulu" katanya lalu menyerahkan Dara pada suster nya. Di ruang tengah sudah terdengar suara teriakan Kiara, "Kamu sudah bikin aku malu, Mas. Jujur sama aku, uang dari jual sahamku Mas pakai buat apa?" teriakan Kiara di iringi barang di banting. PYAAAARRRR"Kamu bisa gak ngomong gak usah pakai teriak-teriak, pusing aku dengarnya" balas Duta dengan meninggikan suaranya. "Kalau Mas jawab pertanyaan aku dengan jujur, aku gak akan teriak." Kiara menatap tajam suami
Baca selengkapnya

bab 127 Arana yang sensitif.

Sudah satu minggu Arana keluar dari rumah sakit. Setiap hari Ratih datang ke rumah jatmiko untuk bertemu dengan Arana, setelah mengantar Zidan ke sekolah. Setiap kali datang Ratih selalu membawakan makanan kesukaan Arana. Pagi ini Saga dan Arana duduk di bangku panjang di belakang rumah. Saga duduk dengan melipat kakinya memangku laptop yang sejak tadi dipandanginya. Sesekali Saga mengelus kepala dan perut buncit Arana yang duduk di sebelahnya sambil memakan buah jeruk. "Mau lagi jeruknya" tanya Saga tanpa mengalihkan fokusnya dari laptop di pangkuannya. "Gak Mas. Sudah kenyang" jawab Arana sembari melihat beberapa pekerja kebun memanen hasil kebun Bapaknya. Sekarang kebun Bapak Arana bertambah luas. Saga membeli tanah yang ada di samping kanan kiri kebun Jatmiko dan di atas namakan Jatmiko sebagai hadiah untuk Jatmiko dan Lastri. Jatmiko mempekerjakan beberapa orang untuk membantunya dan Lastri mengurus kebunnya. Tiga orang laki-laki dan dua orang ibu-ibu. "Assalamualaikum." sa
Baca selengkapnya

bab 128. Pertengkaran kecil.

"Sayang kamu kenapa?" Saga mengikuti Arana masuk ke kamar. Arana duduk di sofa kamar tetap dengan kebisuannya yang membuat Saga bingung. Saga meletakkan laptopnya di meja belajar milik Arana. "Mas ada salah sama kamu? Kalau ada yang kamu gak suka, bilang. Jangan diam saja." Saga berlutut didepan Arana. "Mas beneran gak tau kalau kamu gak bicara sayang" ucapnya selembut mungkin. "Kamu marah karena Mas cuekin kamu?" tanya Saga lagi, meraih tangan Arana lalu di genggamnya, "Maaf tadi ada kerjaan yang harus segera di selesaikan"Arana tak menyahut tetap diam dan membuang muka kearah lain. Saga menghela nafas panjang, dia harus ekstra sabar menghadapi Arana yang sedang sensitif. Beberapa hari ini Arana jadi lebih gampang marah dan tersinggung. Sangat berbeda dengan Arana yang biasanya, tenang dan pengertian. Saga menghela nafas lagi."Aku minta maaf ya!" ucap Saga lalu ikut duduk disebelah Arana. "Maaf sudah buat kamu marah" Saga menarik tubuh Arana agar menghadap kearah nya. "Iya Mas
Baca selengkapnya

bab 129 Salah faham

Saga mempercepat kecepatan mobilnya. Tak menghiraukan klakson dan umpatan orang yang dia salip. TIIN TIIIIIIINNNNN. "Brengsek,!!" umpat Saga saat mobilnya hampir saja menabrak pengendara motor yang tiba-tiba muncul menyebrang di depannya. "Sial.." Saga memukul stir mobilnya menatap kesal pada pengendara yang mengangguk-angguk meminta maaf. Saga mulai menjalankan mobilnya kembali dengan kecepatan lebih santai karena jarak rumahnya sudah dekat. "Assalamu'alaikum." ucap Saga melangkah masuk. "Sudah pulang Ga?" tanya Lastri yang duduk di ruang tengah bersama Ratih yang terlihat cemas. "Iya Bu" jawab Saga mencium tangan kedua wanita parah baya itu. "Arana belum bangun Bu?" tanyanya. "Belum Ga. Kamarnya di kunci dari dalam" jawab Lastri. "Sepertinya dia marah sama Bunda, karena ngomongin Kiara terus tadi" sahut Ratih dengan wajah sedih. "Kalau Bunda yang ketuk pintunya dia gak mau jawab" sambungnya. Saga menghela nafas lelah. Hari ini dia bebannya sangat banyak. "Arana memang kada
Baca selengkapnya

bab 130 Rasa kecewa

Pov Arana.Sejak kemarin aku tidur di kamar Kak Raka. Aku masih sakit hati dengan perkataan Mas Saga yang mengatakan aku seperti anak kecil dan berpikiran sempit. Aku merasa tidak pantas untuk menjadi pendampingnya. Aku istrinya tapi kenapa dia tidak berbicara dulu denganku jika dia ingin membantu Ayah menyelesaikan masalah Mbak Kiara. Mengapa harus di sembunyikan dariku? Apa Mas Saga pikir aku begitu jahat sehingga tak mengizinkan dia membantu Ayah. Ya, aku akui beberapa hari ini aku begitu sensitif dan mudah sekali marah. Namun itu bukan alasan menganggap aku anak kecil yang tidak pantas di ajak tukar pikiran dan mendengarkan keluh kesahnya.Sejak dulu Mas Saga memang seperti itu, tidak pernah mengatakan masalahnya padaku. Dia selalu Menyimpan masalahnya sendiri tanpa sedikit pun ingin berbagi masalah dengan ku. Itu membuatku merasa menjadi orang bodoh dan tidak penting untuk nya. Bahkan sekedar menjadi tempat nya berkeluh kesah saja tidak bisa. Setidak berguna itu kah aku? Bunda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status