Semua Bab Bukannya Udah Mantan? : Bab 131 - Bab 140

152 Bab

bab 131 Kemarahan Ratih.

Setelah pulang mengantar Zidan ke sekolah Ratih pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Tak lupa dia juga membeli susu Ibu hamil dan cemilan untuk Arana.Sesampainya di rumah Jatmiko Ratih langsung masuk ke rumah dan menyapa Saga yang ada di ruang tamu bersama Ferdy sedang membahas pekerjaan. Setelah meletakkan sekantong cemilan dan susu Ibu hamil di atas meja makan, Ratih menaiki tangga menuju kamar Arana. Ketika hendak mengetuk pintu kamar Arana terdengar suara dari kamar sebelahnya. Karena penasaran Ratih mendekat untuk mencuri dengar pembicaraan yang menyebut namanya. Beberapa saat Ratih terpaku mendengar suara tiga orang yang sangat dikenalnya. Emosi Ratih memuncak, tangannya mengepal erat di kedua sisi tubuhnya. Ketika hanya terdengar isak tangis Arana yang masuk ke gendang telinganya, Ratih berbalik berniat pergi meninggalkan rumah Jatmiko.Matanya membulat kaget ketika nampak Saga sedang berdiri menatapnya dengan pandangan yang sulit sekali di artikan. "Ternyata kalia
Baca selengkapnya

bab 132 penyesalan

"Kamu senang? Mau berapa kali kamu mengorbankan Arana? Bunuh saja dia!" teriak Ratih di akhir kalimatnya. "Arana itu juga anak kamu Aditama" ucap Ratih dengan berurai air mata sambil tangannya memukul dadanya sendiri. "Lakukan tes DNA! Jika dia benar anakmu, kamu harus bersujud di kakinya" pungkas Ratih lalu melempar selembar kertas yang diambil dari tasnya. Ratih menatap Aditama penuh kebencian lalu mengusap air matanya. Berjalan keluar tanpa memperdulikan teriakan Kiara yang memohon maaf. Aditama mengambil kertas yang di lempar oleh Ratih sebelum pergi. Matanya membulat kaget menatap kertas hasil tes DNA atas nama Aditama dan Keysa Arana. Tertulis kecocokan nya 99,99999 dengan kata lain Aditama dan Arana adalah ayah dan anak. Aditama menghela nafas panjang bukan hasil dari tes DNA yang membuatnya terkejut, tapi kenekatan Ratih melakukan tes DNA. Apa begitu buruk perlakuannya pada Arana sehingga Ratih nekat melakukan tes DNA tanpa sepengetahuannya dan Arana. "Yah. Bunda salah
Baca selengkapnya

bab 133 Suami yang sabar

"Rana. Izinkan aku masuk sebentar." pinta Saga didepan pintu kamar. "Aku turuti permintaan kamu. Aku akan pulang ke rumah tapi beri aku waktu untuk bicara sebentar sama kamu" ucapnya sambil sesekali mengetuk pintu kamar. "Aku gak akan pergi sampai kamu memberi waktu aku bicara sebentar sama kamu" ujar Saga tegas. "Aku bisa memaksa dengan kekerasan jika aku mau" kesalnya tak mendapatkan respon dari Arana. BRAAAKKKKArana melemparkan novel yang dia baca kearah pintu. Arana bukan tipe wanita yang akan menurut jika di ancam. Saga memijit pangkal hidungnya, dia lupa jika Arana wanita yang tidak takut dengan ancaman. "Aku sudah berkemas, semua pakaianku sudah aku masukkan koper. Aku akan pergi dari rumah ini seperti yang kamu mau, tapi kita harus bicara sebentar." kata Saga tanpa ada nada ancaman sama sekali. "Aku juga tidak lagi ikut campur soal perusahaan mu dan masalah Kiara. Aku hanya ingin bicara sebentar sebelum aku pergi" Arana mengerutkan dahinya mendengar kata 'perusahaanmu.'
Baca selengkapnya

bab 134 pulang kembali

pov Arana.Saat aku terbangun aku merasa ada yang aneh dengan ranjang yang aku tempati. Aku memaksa membuka mataku meskipun terasa berat karena aku masih sangat mengantuk. Aku mengerutkan keningku bingung setelah menyadari dimana aku berada. Aku mengedipkan mataku berulangkali untuk memperjelas penglihatan ku. Hal pertama yang aku lihat saat membuka mata adalah foto pernikahanku dan Mas Saga yang tertempel di dinding kamar. Aku beranjak duduk bersandar pada sandaran ranjang sambil memandang ke sekeliling kamar. "Bukannya tadi aku tidur di kamar Kak Raka"Aku mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum aku tertidur? Ya, aku ingat. Aku makan makanan yang dibawakan oleh Ferdy asisten pribadi Mas Saga. Setelah itu aku merasa sangat mengantuk dan tertidur. Pasti ada sesuatu di dalam makanannya. CEKLEK... Suara pintu terbuka. "Kamu sudah bangun?" tanya Mas Saga berjalan mendekat, "Mandi dulu setelah itu sholat magrib dulu kita makan malam." katanya setelah duduk di sisi ran
Baca selengkapnya

Bab 135 manisnya rasa cemburu.

Pov Saga. "Terima kasih Sayang.. I love you My Rana" bisik ku tepat didepan wajah Arana. "I love you too" kata Arana dengan wajah merona. Aku kembali memeluknya dengan hati-hati mengingat perutnya yang sudah membuncit. Rasanya sangat lega seperti sebuah beban berat yang menindih di dada terangkat dan aku bisa bernafas dengan lega. Aku memang salah. Aku terlalu menyepelekan masalah. Bagiku tidak penting bercerita tentang masalah yang tidak ada hubungannya dengan dengan rumah tangga kami. Selama aku bisa menghandle masalahnya aku tidak perlu memberitahunya. Namun, sekarang aku tahu jika seperti itu bisa menimbulkan salah faham antara Aku dan Arana. Aku baru menyadari jika aku juga harus terbuka dan berbagi perasaan dengan Arana. Kami suami istri sudah sepantasnya Arana mengetahui semua hal tentang diriku.Jika aku yang berada di posisinya pasti aku akan berpikir yang hal yang sama. Aku akan menganggap Arana tidak menganggap ku penting sehingga dia mengambil keputusan tanpa bertanya
Baca selengkapnya

bab 136 Ratih dan Arana.

Kehamilan Arana sudah memasuki bulan ke sembilan dan tinggal menunggu hari saja untuk melahirkan. Saga sangat siaga sebagai suami. Tak jarang dia bergadang untuk menjaga Arana yang sering terjaga di malam karena bolak balik ke kamar mandi. Karena ketika kehamilan sudah pada trimester akhir, ibu hamil akan sering buang air kecil. Dengan sigap Saga akan mengantar bahkan ikut masuk ke kamar mandi ketika Arana buang air kecil. Meskipun Arana menolak Saga tetap memaksa ikut masuk atau jika Arana benar-benar tidak ingin ditemani, Saga melarang Arana untuk menutup pintu kamar mandi. Hubungan Arana dengan Ratih juga sudah membaik. Berawal dari suami Ratih datang menemui Arana dan menjelaskan yang sebenarnya jika Ratih tidak tahu menahu tentang rencana Kiara yang mencoba untuk mendekati Saga. Pada dasarnya Arana sendiri juga tidak menyalahkan Ratih sehingga hubungan Ibu dan anak itu bisa kembali membaik dan semakin dekat.Setiap hari Ratih datang ke rumah Saga untuk menjaga dan memperhatikan
Baca selengkapnya

bab 137 Detik-detik melahirkan.

Saga sedang sibuk dengan laptop di pangkuannya ketika terdenagr suara gelas pecah dan pekikan asisten rumah tangganya. PYAAARRRR..... "Astaga Nyonya" pekik Bibi dari arah dapur. Saga segera meletakkan laptopnya di atas meja lalu berlari menuju dapur. "Ada apa?" tanyanya panik melihat sang istri meringis dengan di pegangi oleh Asisten Rumah tangganya. "Perut kamu sakit?" tanya Saga mengambil alih memegangi Arana. Sejak sore perut Arana sudah terasa mules tapi rasa sakitnya masih ringan dan jarang karena itu dia tidak memberitahu Saga karena tidak ingin Saga panik.Setelah makan malam kontraksinya mulai terasa intens tapi Arana mengalihkan dengan membuat jus agar tidak terlalu fokus pada rasa sakitnya. "Hemm. Kayaknya aku mau lahiran Mas," jawab Arana, " Kontraksi nya makin sering dan lama." lanjutnya sambil meringis memegang perutnya. "Kenapa gak bilang dari tadi?" tanya Saga dengan wajah bingung dan panik. "Sebaiknya di bawa ke rumah sakit sekarang Tuan" sahut Bibi sambil memb
Baca selengkapnya

bab 138 Anggota baru.

Dokter dan beberapa perawat datang memeriksa Arana. Hasil pemeriksaan Arana sudah sampai pada pembukaan sepuluh. "Ibu Arana sudah pembukaan sepuluh jadi akan segera di pindahkan ke ruang bersalin" beritahu Dokter. " Silahkan hanya satu orang jika ingin ikut menemani di ruang bersalin." lanjut sang Dokter. "Iya saya akan menemani Istri saya Dok." sahut Saga tegas. "Iya," Dokter mengangguk. Lalu meminta perawat membawa Arana keluar dari ruang pemeriksaan. "Kamu pasti kuat Nak. Bunda tunggu di luar" Ratih memberi semangat pada putrinya tersebut. "Ga. Temani Arana, jangan lupa berdo'a dalam hati" Ratih menepuk pundak menantunya itu. "Pasti Bunda" kata Saga tegas. Perawat membawa Arana ke ruang bersalin dengan di ikuti Saga di sisi ranjang sambil memegang erat tangan Arana. Sedangkan Ratih dan suaminya menunggu didepan ruangan bersalin. Terlihat dari jauh Jatmiko dan Lastri juga Raka, berjalan cepat menghampiri Ratih dan suaminya. "Bagaimanapun Dik, Arana sudah melahirkan?" tanya
Baca selengkapnya

Bab 139 permintaan maaf.

"Sudah punya nama untuk anak kalian" tanya Jatmiko pada Saga yang duduk disisi Arana. "Sudah Pak. Tapi kalau bapak punya usul silahkan," jawab Saga setelah menoleh pada Arana. "Ya sudah pakai nama yang kalian siapkan saja" ujar Jatmiko. "Kalau Bapak mau ngasih nama nanti di gabungin," sahut Arana. Arana sudah mengira jika Jatmiko pasti menyiapkan satu nama untuk bayinya. "Aksara." kata Jatmiko. "Bagus Pak namanya." Saga memuji nama yang di berikan Jatmiko. "Bapak kamu sudah menyiapkan nya dari awal dengar kamu hamil Na." sahut Lastri berjalan mendeKati Arana. "Iya Bu." kata Arana lalu mengambil alih bayinya dari gendingan Ratih. "Namanya, Aksara kahiyang Ayu Bagaskara" beritahu Saga menyentuh pipi mungil putrinya dengan jari telunjuk nya. "Nama yang bagus. Bisa di panggil Aksara, atau kahiyang, Ayu juga bisa." Ratih menimpali lalu berjalan kearah sofa duduk di sebelah Hendra. "Jangan lupa kasih kabar mbak miranda." sambung Ratih mengingatkan. "Iya Bunda." Saga beranjak izi
Baca selengkapnya

Bab 140 Berdamai dengan Ayah.

Ratih membawa Aksara keluar agar Aditama berhenti menangis. "Sudah jangan menangis lagi kakek, aku gak bisa tidur," kata Ratih dengan menirukan suara anak kecil. "Maafkan kakek" ucap Aditama sambil mengusap wajahnya lalu berdiri menuju tempat cuci tangan. "Boleh Kakek gendong cucu kakek yang cantik ini," pinta Aditama sambil mengulurkan tangannya ke depan Ratih setelah selesai mencuci tangannya. "Tentu saja Kakek." jawab Ratih sambil tersenyum."Mas duduk aja!" intruksi Ratih lalu meletakkan Aksara di pangkuan Aditama. Arana memandang haru pada sang Ayah. Dia tak menyangka jika Ayahnya yang dulu sama sekali tak pernah mau berbicara padanya tapi sekarang bersedia menggendong putrinya. "Bagaimana kabar Kiara dan Dara Yah?" Arana bertanya tentang keadaan saudaranya. "Kiara, baik." jawab Aditama sambil menimang Aksara. "Sekarang dia tinggal di rumah mertuanya, tapi sesekali datang ke rumah mengantar Dara bertemu Ayah" "Ayah tinggal sendirian di rumah?" tanya Arana sedikit terkejut.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status