Rumah Saga dan Arana ramai riuh dengan tawa keluarga dekat mereka yang datang untuk melihat anggota baru keluarga mereka. Aksara kahiyang Ayu Bagaskara putri pertama Saga dan Arana yang menjadi pusat perhatian semua orang yang datang.Semua orang mengelilingi Miranda untuk melihat bayi kecil yang ada di gendongannya."Cantik sekali sih cucu oma," puji Miranda sambil sesekali mencium pipi Aksara.Miranda dan Bima sampai di Indonesia dini hari tadi. Langsung menuju ke rumah Saga untuk melihat cucu pertama mereka. Sedangkan Jatmiko dan Raka sudah sejak sore menyusul Lastri yang sudah lebih dulu menginap di rumah Arana."Tante boleh gendong sebentar?" pinta Rania memelas. Sejak datang dia sudah merengek ingin menggendong Aksara tapi tidak juga di izinkan oleh Miranda."Jangan, nanti jatuh. Kamu kan belum pernah pegang bayi Rania. Lagian kamu orangnya gemesan nanti cucu oma yang cantik ini kamu uyel uyel." Miranda menolak permintaan Rania untuk kesekian kalinya. "Gak tante. Bentar aja ta
Sekarang umur Akasara sudah menginjak 3 bulan. Sudah banyak perkembangan yang sudah ditunjukkan oleh bayi cantik tersebut. Sudah sejak Aksara berumur satu bulan setengah Arana sudah mulai merawatnya sendiri. Lastri sudah pulang kembali kerumahnya. Hanya sesekali saja saat rindu dia datang menjenguk. Untuk Ratih, dia masih sering datang ke rumah Arana. Setiap kali tidak sibuk dia akan datang walau hanya untuk sekedar mengobrol dengan Arana dan melihat cucunya. Saga juga sudah kembali aktif di kantor. Setiap hari dia berangkat ke kantor dan pulang tepat waktu sebelum jam 4 sore. Dia selalu menyempatkan waktu untuk ikut memandikan Aksara setiap pagi dan sore. Saga menolak untuk lembur setiap kali ada jika ada pekerjaan yang belum selesai dia akan membawanya pulang. Dia akan menyelesaikan pekerjaannya setelah Arana dan Aksara tidur. Sembari mengerjakan pekerjaan kantor nya dia berjaga-jaga jika Akasara terbangun karena lapar atau ganti popok. "Halo putri Papa yang cantik,," puji Saga
Tanpa terasa umur Aksara sudah delapan bulan. Setiap hari Aksara menunjukkan perkembangannya yang tak jarang membuat Saga dan Arana tertegun dengan kepandaian putri pertamanya. Aksara sudah mulai pandai menanggapi dengan celoteh celotehan lucu nya. Bayi kecil itu juga sudah bisa merangkak sehingga Saga benar-benar memberi pengawasan ekstra pada sang putri yang mulai aktif. Saga sudah memberi peringatan kepada Arana agar tidak melakukan pekerjaan rumah dan hanya fokus mengurus dan menjaga Aksara. Saga juga berpesan kepada Bibi, tidak membiarkan Arana untuk melakukan pekerjaan rumah. Dia juga menambah dua asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan Bi Sarti. Satu untuk mencuci pakaian dan satu untuk bersih-bersih rumah. "Papa berangkat kerja dulu ya sayang," pamit Saga pad anak dan istrinya yang mengantar sampai di terasa rumah. "Iya Papa. Yang semangat ya kerjanya" ucap Arana sambil menggoyang kan tangan Aksara. "Iya pasti. Papa selalu semangat kerja buat kalian" ujar Saga lalu
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.
Saga sedang menuruni tangga dengan Aksara di pelukannya. Dia membawa bayi kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menunggu Arana menyiapkan makan malam bersama Bi Sarti. Arana hanya akan mengerjakannya pekerjaan rumah jika Saga ada di rumah untuk menjaga Aksara. Saga sendiri sudah mewanti-wanti Arana agar tidak meninggalkan putri mereka sendirian. Mengingat perkembangan Aksara yang semakin hari semakin lincah dan menggemaskan. Saga mengajak Aksara berbicara dan bercanda. Meski hanya celotehan yang tidak jelas namun bagi Saga itu obat mujarab untuk rasa penat dan lelahnya setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya kantor. "Mas, ayo makan!" seru Arana dari meja makan. "Iya, Mama" jawab Saga melangkah mendekati meja makan. "Bi, tolong ambilkan baby bouncer nya Aksara" pinta Arana pada Bi Sarti setelah wanita paruh baya itu meletakkan sepiring ayam goreng lengkuas buatannya tadi. "Sebentar ya sayang, Bibi sedang mengambilkan mu baby bouncer" Arana mengambil Aksara dari pangk
Hari ini Saga akan mengajak Arana ke acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya. Untuk pertama kalinya Arana meninggalkan putrinya di rumah bersama Lastri. Sejak pulang dari menjenguk Kiara Lastri tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja menginap untuk menemani Arana karena Ratih sedang sibuk menjaga Kiara dan Dara. Arana memperhatikan penampilan yang memakai dress putih dengan panjang sedikit di bawah lutut melalui cermin yang ada di kamarnya. Wajahnya tersenyum puas melihat tampilannya sendiri. "Kamu canti sekali, sayang," puji Saga yang baru keluar dari ruang ganti. Saga berjalan mendekati Arana yang berdiri didepan cermin. Memeluknya melingkarkan tangan kekarnya di perut ramping Arana. Saga sedikit membungkukkan tubuhnya karena tinggi bedan mereka yang berbeda. CUP... Saga mencium rahang Arana. "Cantik, Kamu makin cantik jika wajahmu memerah karena malu" bisik Saga sembari memandangi wajah Arana dari pantulan cermin. Arana tersipu malu, "Mas, sekarang makin pinter gombal ya?" sah
Saga dan Arana sampai di sebuah hotel berbintang tempat rekan bisnis Saga menggelar resepsi pernikahannya. "Wah,, Resepsi nya mewah sekali ya Mas," Arana memandang penuh kekaguman ketika mereka memasuki ballroom yang sudah di hias sedemikian rupa sehinga terlihat mewah dan berkelas. "Kamu suka?" tanya Saga menoleh pada sang istri yang di tangannya melingkar manis di lengan Saga. Arana menggeleng, "Tidak," jawabnya sambil matanya memandang pada pelaminan pengantin yang begitu megah. Saga tersenyum tipis mendengar jawaban istrinya itu. Bahkan Arana tidak membutuhkan waktu lama untuk menjawab. Saga sudah sangat memahami Arana, dia wanita yang sederhana dan sangat pengertian. Tidak ada satu pun barang mewah yang pernah Arana beli. Baju, tas, sepatu, sandal yang Arana pakai adalah brand dalam negri yang harganya hanya ratusan ribu. Jika ada barang mewah yang Arana miliki itu adalah Saga yang membelinya. "Istriku memang berbeda," bisik Saga lalu mengecup rahang Arana sekilas. Arana