Dokter dan beberapa perawat datang memeriksa Arana. Hasil pemeriksaan Arana sudah sampai pada pembukaan sepuluh. "Ibu Arana sudah pembukaan sepuluh jadi akan segera di pindahkan ke ruang bersalin" beritahu Dokter. " Silahkan hanya satu orang jika ingin ikut menemani di ruang bersalin." lanjut sang Dokter. "Iya saya akan menemani Istri saya Dok." sahut Saga tegas. "Iya," Dokter mengangguk. Lalu meminta perawat membawa Arana keluar dari ruang pemeriksaan. "Kamu pasti kuat Nak. Bunda tunggu di luar" Ratih memberi semangat pada putrinya tersebut. "Ga. Temani Arana, jangan lupa berdo'a dalam hati" Ratih menepuk pundak menantunya itu. "Pasti Bunda" kata Saga tegas. Perawat membawa Arana ke ruang bersalin dengan di ikuti Saga di sisi ranjang sambil memegang erat tangan Arana. Sedangkan Ratih dan suaminya menunggu didepan ruangan bersalin. Terlihat dari jauh Jatmiko dan Lastri juga Raka, berjalan cepat menghampiri Ratih dan suaminya. "Bagaimanapun Dik, Arana sudah melahirkan?" tanya
"Sudah punya nama untuk anak kalian" tanya Jatmiko pada Saga yang duduk disisi Arana. "Sudah Pak. Tapi kalau bapak punya usul silahkan," jawab Saga setelah menoleh pada Arana. "Ya sudah pakai nama yang kalian siapkan saja" ujar Jatmiko. "Kalau Bapak mau ngasih nama nanti di gabungin," sahut Arana. Arana sudah mengira jika Jatmiko pasti menyiapkan satu nama untuk bayinya. "Aksara." kata Jatmiko. "Bagus Pak namanya." Saga memuji nama yang di berikan Jatmiko. "Bapak kamu sudah menyiapkan nya dari awal dengar kamu hamil Na." sahut Lastri berjalan mendeKati Arana. "Iya Bu." kata Arana lalu mengambil alih bayinya dari gendingan Ratih. "Namanya, Aksara kahiyang Ayu Bagaskara" beritahu Saga menyentuh pipi mungil putrinya dengan jari telunjuk nya. "Nama yang bagus. Bisa di panggil Aksara, atau kahiyang, Ayu juga bisa." Ratih menimpali lalu berjalan kearah sofa duduk di sebelah Hendra. "Jangan lupa kasih kabar mbak miranda." sambung Ratih mengingatkan. "Iya Bunda." Saga beranjak izi
Ratih membawa Aksara keluar agar Aditama berhenti menangis. "Sudah jangan menangis lagi kakek, aku gak bisa tidur," kata Ratih dengan menirukan suara anak kecil. "Maafkan kakek" ucap Aditama sambil mengusap wajahnya lalu berdiri menuju tempat cuci tangan. "Boleh Kakek gendong cucu kakek yang cantik ini," pinta Aditama sambil mengulurkan tangannya ke depan Ratih setelah selesai mencuci tangannya. "Tentu saja Kakek." jawab Ratih sambil tersenyum."Mas duduk aja!" intruksi Ratih lalu meletakkan Aksara di pangkuan Aditama. Arana memandang haru pada sang Ayah. Dia tak menyangka jika Ayahnya yang dulu sama sekali tak pernah mau berbicara padanya tapi sekarang bersedia menggendong putrinya. "Bagaimana kabar Kiara dan Dara Yah?" Arana bertanya tentang keadaan saudaranya. "Kiara, baik." jawab Aditama sambil menimang Aksara. "Sekarang dia tinggal di rumah mertuanya, tapi sesekali datang ke rumah mengantar Dara bertemu Ayah" "Ayah tinggal sendirian di rumah?" tanya Arana sedikit terkejut.
Rumah Saga dan Arana ramai riuh dengan tawa keluarga dekat mereka yang datang untuk melihat anggota baru keluarga mereka. Aksara kahiyang Ayu Bagaskara putri pertama Saga dan Arana yang menjadi pusat perhatian semua orang yang datang.Semua orang mengelilingi Miranda untuk melihat bayi kecil yang ada di gendongannya."Cantik sekali sih cucu oma," puji Miranda sambil sesekali mencium pipi Aksara.Miranda dan Bima sampai di Indonesia dini hari tadi. Langsung menuju ke rumah Saga untuk melihat cucu pertama mereka. Sedangkan Jatmiko dan Raka sudah sejak sore menyusul Lastri yang sudah lebih dulu menginap di rumah Arana."Tante boleh gendong sebentar?" pinta Rania memelas. Sejak datang dia sudah merengek ingin menggendong Aksara tapi tidak juga di izinkan oleh Miranda."Jangan, nanti jatuh. Kamu kan belum pernah pegang bayi Rania. Lagian kamu orangnya gemesan nanti cucu oma yang cantik ini kamu uyel uyel." Miranda menolak permintaan Rania untuk kesekian kalinya. "Gak tante. Bentar aja ta
Sekarang umur Akasara sudah menginjak 3 bulan. Sudah banyak perkembangan yang sudah ditunjukkan oleh bayi cantik tersebut. Sudah sejak Aksara berumur satu bulan setengah Arana sudah mulai merawatnya sendiri. Lastri sudah pulang kembali kerumahnya. Hanya sesekali saja saat rindu dia datang menjenguk. Untuk Ratih, dia masih sering datang ke rumah Arana. Setiap kali tidak sibuk dia akan datang walau hanya untuk sekedar mengobrol dengan Arana dan melihat cucunya. Saga juga sudah kembali aktif di kantor. Setiap hari dia berangkat ke kantor dan pulang tepat waktu sebelum jam 4 sore. Dia selalu menyempatkan waktu untuk ikut memandikan Aksara setiap pagi dan sore. Saga menolak untuk lembur setiap kali ada jika ada pekerjaan yang belum selesai dia akan membawanya pulang. Dia akan menyelesaikan pekerjaannya setelah Arana dan Aksara tidur. Sembari mengerjakan pekerjaan kantor nya dia berjaga-jaga jika Akasara terbangun karena lapar atau ganti popok. "Halo putri Papa yang cantik,," puji Saga
Tanpa terasa umur Aksara sudah delapan bulan. Setiap hari Aksara menunjukkan perkembangannya yang tak jarang membuat Saga dan Arana tertegun dengan kepandaian putri pertamanya. Aksara sudah mulai pandai menanggapi dengan celoteh celotehan lucu nya. Bayi kecil itu juga sudah bisa merangkak sehingga Saga benar-benar memberi pengawasan ekstra pada sang putri yang mulai aktif. Saga sudah memberi peringatan kepada Arana agar tidak melakukan pekerjaan rumah dan hanya fokus mengurus dan menjaga Aksara. Saga juga berpesan kepada Bibi, tidak membiarkan Arana untuk melakukan pekerjaan rumah. Dia juga menambah dua asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan Bi Sarti. Satu untuk mencuci pakaian dan satu untuk bersih-bersih rumah. "Papa berangkat kerja dulu ya sayang," pamit Saga pad anak dan istrinya yang mengantar sampai di terasa rumah. "Iya Papa. Yang semangat ya kerjanya" ucap Arana sambil menggoyang kan tangan Aksara. "Iya pasti. Papa selalu semangat kerja buat kalian" ujar Saga lalu
Setelah Saga sampai di rumah mereka segera berangkat Ke rumah Aditama bersama dengan Jatmiko dan Lastri. Mereka sengaja menunggu Saga agar bisa berangkat bersama-sama untuk menjenguk Kiara. Selama perjalanan Aksara tampak begitu senang dan ceria. Ini pertama kalinya Aksara di ajak keluar rumah. Aksara duduk di pangkuan Lastri di kursi belakang. Aksara mengoceh sambil mata kecilnya melihat kearah jendela. Jatmiko dan Lastri sibuk meladeni celotehan bayi kecil yang menggemaskan tersebut. Sedang Arana memandang lurus ke depan sedang melamun."Sayang. Kenapa diam saja?" Saga menyentuh tangan Arana sambil pandangannya tetap fokus pada jalanan di depannya. Arana menoleh, "Gak papa cuma lagi mikirin Mbak Kiara saja." jawab Arana jujur mengutarakan kegelisahan nya. "Dia pasti sangat menderita Mas" tuturnya sedih. "Kamu terlalu baik sayang. Padahal dia sudah berulang kali menyakiti kamu, tapi kamu tetap saja memikirkan dia." sahut Saga sambil menggenggam tangan Arana dengan tangan kirinya.
Arana meminta izin pada Kiara dan Lastri untuk keluar lebih dulu melihat putrinya Aksara. Saat sampai di luar kamar Arana langsung menuju teras samping rumah Aditama. Arana mendudukkan dirinya di kursi panjang dekat kolam renang. Dia menangis tersedu-sedu melepaskan air mata yang sudah di tahannya semenjak tadi setelah melihat kondisi Kiara. Arana merasa sangat sedih melihat keadaan saudara perempuannya yang sangat mengenaskan karena ulah suaminya. Duta laki-laki yang sangat di cintai Kiara semenjak masih kuliah dulu. "Sayang, kamu kenapa?" Saga menyusul Arana sambil menggendong Aksara yang sudah terbangun. "Mas," sahut Arana mengusap kasar air matanya. "Sini biar Aksara sama aku, mungkin dia haus" Arana mengulurkan tangannya mengambil Aksara dari gendongan Saga. "Haus Nak?" tanya Arana saat melihat Aksara menarik-narik baju di bagian dad* Arana. "Sepertinya dia memang haus dan lapar. Dia sudah bangun sejak tadi" sahut Saga sambil membersihkan bekas air mata di pipi mulus Arana.