Lisette mengedor pintu kamar Karleen. Tidak ada jawaban yang terdengar. Berulang kali Lisette mengedor dan memanggil nama Karleen, tetapi tidak ada juga jawaban yang kunjung didengar. Setelah mencoba lagi, perlahan kenop pintu kamar Karleen terbuka dari dalam. Wajah Karleen terlihat membengkak, matanya yang berkantung, dan rambutnya yang acak-acakan menyambut Lisette yang sudah rapi. “Astaga! Bagaimana bisa pasien ini seperti ini? Kau begadang semalaman ya, Karleen?” Karleen hanya terkekeh mendengarnya. “Lisette, apakah aku boleh istirahat hari ini?” tanya Karleen dengan wajah yang memelas. Seketika wajahnya berubah menjadi serius, seakan teringat oleh sesuatu yang penting. “Aku lupa untuk berlatih pedang bersama Warren!” timpal Karleen kemudian. “Kau gila atau bagaimana Karleen? Mana ada pasien yang harus istirahat sudah berlatih pedang.
Baca selengkapnya