Karleen dan Kenan saling menatap satu sama lain. Tanpa Karleen duga, laki-laki berambut silver itu mengulurkan tangannya pertama kali. “Kenan Freiberg, senang bertemu denganmu.” “Karleen Becker, senang bertemu denganmu juga,” balas Karleen berusaha ramah. Sebenarnya dia merasa sedikit aneh karena sejak tadi dia tahu bahwa Kenan menatapnya dengan intens. “Kau ingin membeli apa, Karleen? Bia raku bayarkan,” tawar Conrad. “Ah, tidak perlu Kak. Aku hanya akan membeli sapu tangan ini.” Karleen menunjuk sapu tangan berwarna hijau lumut itu. Meskipun warna sapu tangan itu lebih gelap dari mata Warren, Karleen berharap Warren akan senang menerimanya. “Hijau, huh? Aku tebak kau membelikan ini untuk Warren?” duga Conrad. Karleen memalingkan wajahnya malu. “Hehehe, bagaimana bisa kau mengetahuinya, Kak?&r
Baca selengkapnya