Warren memperbaiki ekspresinya sebaik mungkin. Sejak Karleen kembali ke asrama meninggalkan dirinya bersama Gunther dan Lisette, mereka terus saja memerhatikan Warren.“Hmm, Kapten. Aku baru pertama kali melihatmu seperti tadi,” kata Gunther memecah keheningan.“Seperti tadi bagaimana?” tanya Warren yang tidak mengerti ucapan Gunther.“Mengajarkan Karleen berpedang, bahkan kau memberinya pedang kayu spesial dengan ukiran namanya. Pffft, aku tidak tahu bahwa kau seromantis itu,” goda Gunther sembari tertawa kencang. Bertahun-tahun menjadi orang kepercayaan Warren baru kali ini dia melihat kaptennya bergelagat aneh.“Mengapa? Kau keheranan dengan tingkahku?” balas Warren yang tidak suka digoda oleh Gunther.“Tidak heran saja Kapten, tapi aku sangat heran. Bagaimana bisa orang yang sangat dingin sedingin kutub utara, bisa seperti itu.”“Kau mengatakannya seperti kau pernah ke sana saja,” balas Warren malas.Lisette yang hanya duduk terdiam di pinggir menahan senyumnya. Seharusnya dia iku
Read more