Home / Romansa / Dinikahi Calon Ipar / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dinikahi Calon Ipar: Chapter 21 - Chapter 30

87 Chapters

Setitik Sesal

"Lo tahu, sebenarnya gue tertekan dengan pernikahan ini. Apalagi Meta sudah bisa memaafkan gue. Bukankah seharusnya menikahinya saja tanpa harus tersiksa selama setahun ke depan?"Tubuh Daniel berjengkit kaget. "Maksud Lo, pernikahan ini hanya sementara? Untuk apa?""Ya, begitulah. Bapak yang meminta. Karena ... Gue telah melecehkannya," lirih Desta. Ada seberkas sesal terpancar dari hatinya. Namun hanya sekilas. Pria itu sangat pandai menutupi suasana hati dengan ekspresi dinginnya. "Lalu apa yang akan Lo perbuat setahun ke depan?"Senyum sinis tercetak di sudut bibir Desta. Tatapannya menerawang jauh. Dahinya mengkerut seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat besar. "Gue akan membuat pernikahan ini seperti neraka baginya. Karena dia, gue harus kehilangan waktu setahun ke depan."Tanpa Desta sadari, kedua tangan Daniel mengepal kuat. Rahangnya mengeras. Pria itu sedang menahan gejolak emosi karena mendengar ucap
Read more

Pemandangan Asing

"Kenapa kamu menatapku seperti menatap hantu? Apa saya sejelek itu di matamu?""Bu--bukan gitu, tapi kenapa tidur di sampingku?""Emangnya saya harus tidur di mana? Kita sudah menikah, dan di sini hanya ada satu ranjang."Diana menyadari apa yang dikatakan Desta memang benar adanya. Menghembuskan napas perlahan lalu melirik jam dinding yang terus berdetak. Netranya membelalak kala melihat jarum jam menunjuk angka 2.30 dini hari. Apakah suaminya baru masuk kamar jam segini? "Baiklah. Silahkan tidur. Maaf, sudah mengganggu," lirihnya lalu menuju kamar mandi. Desta menatap heran pada istrinya yang lebih memilih meninggalkannya ke kamar mandi. Tak mau ambil pusing, pria itu memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya yang letih. Dia sendiri tak paham dengan jalan pikirannya. Kenapa ia harus repot-repot tidur di kamar Diana, padahal ia sangat membencinya. Sisi lain hatinya khawatir jika istri barunya akan mengira bahwa dirinya menerima pernikahan ini. Cukup lama ia b
Read more

Perdebatan di Meja Makan

Pagi ini, sarapan pertama Desta dengan keluarga barunya. Semua sudah duduk melingkar di depan meja makan. Bapak dan Ibu makan dalam diam. Seolah enggan mengeluarkan suara saat ada Diana di antara mereka. Sementara Meta tampak sibuk mencari perhatian Desta. Ia mengambilkan nasi dan lauk untuk Desta. Bahkan sesekali ia berceloteh mengatakan makanan kesukaan pria itu seolah ingin menunjukkan pada Diana bahwa ialah yang paling tahu soal Desta. Diana yang merasa diabaikan mempercepat makannya agar bisa segera pergi dari sini. Sesekali Desta melirik istrinya saat mantan kekasihnya dengan sengaja menampilkan kemesraan di hadapannya. "Mau tambah lagi, sayang? Cumi asam manis kesukaanmu masih belum tersentuh lo," ucap Meta dengan suara yang sengaja dibuat manja. Desta merasa tak nyaman dengan perlakuan berlebihan Meta. Meski di hatinya masih ada nama gadis itu, tapi ia masih memiliki perasaan untuk tidak melukai istrinya di depan keluarga. "Tidak. Aku
Read more

Pindah Rumah

Setelah melalui drama pagi hari, akhirnya Desta membawa istrinya ke rumah yang ditinggalinya selama ini. Sebagai istri, Diana tak mampu menolak. Ia hanya mengikuti saja kemauan sang imam. Di sinilah mereka sekarang. Di depan rumah besar berlantai dua dengan pilar-pilar besar yang membuat kesan mewah dan megah. Halamannya cukup luas dan sejuk. Di tengah-tengah halaman itu terdapat air mancur yang dikelilingi taman bunga. Sementara di sisi kanan dan kiri taman itu terdapat jalan berliku dengan paving block menuju garasi. Semua halaman yang tidak di paving, sengaja ditanami rumput jepang yang menutupi seluruh tanah. Tampak menghijau dan segar dipandang mata. Untuk sesaat Diana menikmati pemandangan indah ini dengan decak kagum. "Sepertinya aku akan betah di sini," ucap Diana dalam hati. "Selamat datang, Nona Diana. Mari saya antar ke kamar," ucap seorang pria berseragam satpam mengagetkan Diana. Ia menatap sekeliling, sudah tak ada Desta di sana.
Read more

Pertemuan

"Saya bik Ijah, Non. Pembantu di sini. Saya sudah dua puluh tahun kerja dengan den Desta. Selamat datang di rumah ini, Non. Semoga betah.""Ah, i--iya, Bik. Saya Diana."Terjawab sudah apa yang mengganjal di dalam pikiran Diana. Melihat betapa ramahnya wanita tersebut, Diana yakin kalau orang yang mengaku pembantu itu pasti orang baik. Setidaknya dia bisa berbincang nantinya kalau dirinya butuh teman."Iya, saya sudah tahu, Non. Den Desta bilang kalau kemarin sudah menikah dan akan membawa istrinya kemari. Selamat ya, Non atas pernikahannya. Semoga langgeng," ucap bik Ijah membuat hati Diana mencelos. Namun dalam hati tetap mengaminkan doa itu. "Non Diana mau sarapan apa, biar sekalian bik Ijah buatin?""Nggak usah, Bik. Biar Diana buat sendiri aja, sekalian buatin sarapan untuk Mas Desta."Wanita setengah baya itu menunjukkan beberapa lembar roti panggang isi selai strawberry dan selai kacang kesukaan Desta. Diana memilih untuk
Read more

Maaf, Aku Khilaf

Pria berjambang tipis itu mencoba menghentikan Diana dengan mencekal lengannya. Tentu saja hal itu membuat sang gadis semakin geram dan ketakutan. Bayangan kejadian di apartemen beberapa waktu lalu terus berputar bak kaset rusak. "Lepasin!" Diana mencoba menghentak tangannya agar cekalan itu lepas. Namun ia salah, tangan kekar pria itu makin menguat hingga membuatnya meringis kesakitan. "Dengerin aku dulu, baru nanti kulepas."Menghembuskan napas lelah, perempuan berhijab itu mengangguk lemah. Tak ingin terlibat masalah lagi dengan pria ini. Namun nasib membawanya untuk kembali bertemu. "Baiklah. Tapi tolong lepaskan tanganmu!""Oke, oke. Aku tak akan menyentuhmu. Sekarang bisakah kita bicara dengan nyaman?" Daniel berjalan menuju kursi panjang di dekat air mancur diikuti Diana dari belakang. Entah mengapa gadis itu mengekor meski sebagian hatinya was-was bukan main. Namun ketika ia memutar bola matanya ke sekeliling terlihat
Read more

Apa yang Terjadi?

Diana yang berhati lembut, tak tega melihat orang lain mengemis maaf padanya. Meski sudut hatinya masih nyeri kala mengingat perbuatan pria itu, tapi ia bukan manusia bebal yang tak mau berdamai. "Bisa jadi pria ini memang sedang khilaf. Kalau Allah saja Maha pengampun, kenapa aku yang manusia biasa tak mampu memaafkan orang lain? Belum tentu juga aku tak pernah melakukan kesalahan," putus Diana akhirnya. "Baiklah. Aku sudah memaafkanmu. Tolong jangan pernah mengulangi hal yang sama pada wanita mana pun."Senyum pria itu mengembang sempurna. Ia yakin, suatu saat sahabatnya akan sadar jika perempuan yang dinikahinya karena terpaksa ini jauh lebih baik dari Meta yang manja dan materialistis itu. "Kalau gitu, kita bisa berteman, kan?" ucap Daniel penuh harap. Dia sudah bertekad dalam hati untuk menjadi pelindung gadis di sampingnya ini meski tanpa diminta. "Teman?""Ya, teman." Daniel mengulurkan tangannya pada Diana yang hanya
Read more

Panik

Desta menatap sahabatnya dengan tajam seolah menguliti setiap jengkal tubuhnya. Tangan kekar pria itu mengangkat istrinya yang seperti ... pingsan?"I--itu kenapa dengan dahi dan tangannya?" Daniel hanya menatap sekilas wajah sahabatnya, lalu berjalan melewatinya begitu saja. Satu per satu anak tangga ia lalui dalam diam. Diikuti Desta dari belakang yang masih penasaran dengan apa yang terjadi.Dengan hati-hati Daniel membaringkan Diana di atas ranjang. Ia memperlakukan gadis itu dengan sangat lembut seolah Diana adalah guci mahal yang akan retak jika terlalu keras meletakkannya. "Dan, katakan! Dia kenapa? Kenapa bisa bersamamu?" Desta menyeret tangan sahabatnya dengan kasar. Entah mengapa ia tak rela istrinya disentuh pria lain meski tidak ada cinta di hatinya. Menghembuskan napas lelah, Daniel menatap netra kelam Desta dengan kesal. "Emang kamu peduli? Bukankah kamu lebih suka menghabiskan waktu dengan gadis manja itu?"Tak
Read more

Fakta

Dua puluh menit akhirnya gadis itu sudah kembali menutup auratnya dengan sempurna. Tentu saja Desta yang berjuang sendiri memakaikannya. "Lo masih di sini?" Kenapa nggak pulang saja?" tanya Desta saat ia melihat Daniel berbaring di sofa ruang tamu. Ia berniat untuk mengambil air minum ke dapur tadi. Namun matanya menangkap sosok yang terbaring sini. "Gue pikir Lo ingin tahu kenapa Diana bisa seperti itu. Kalau nggak butuh penjelasan, gue bakal pulang sekarang." Pria yang sejak pagi tadi bersama Diana itu bangkit dan hendak melangkah menuju pintu. "Jelaskan!""Ck, tak bisakah Lo sedikit sopan pada Gue?""Jangan banyak omong! Jelaskan kenapa kalian bisa bersama dan apa yang terjadi padanya?" Daniel menyugar rambutnya kasar. Tatapan matanya menghujam dalam ke manik kelam pria di hadapannya. Sedikit menilai apakah ia harus jujur atau tidak. Semenjak ia tahu jati diri Diana sesungguhnya, Daniel menjadi benci terhadap sahabatnya in
Read more

Kedekatan Istri dan Sahabatnya

Cahaya mentari menembus ventilasi saat Diana telah bersiap untuk kembali ke sekolah. Tiga hari cuti karena nikah dadakan itu, membuatnya bosan di rumah. Ditambah lagi pasca kecelakaan, Desta benar-benar melarangnya untuk melakukan sesuatu. Entah apakah ia harus senang atau sedih atas perhatian suaminya itu. Lelaki yang begitu dingin dan jutek tiba-tiba berubah jadi perhatian saat ia sakit. Apa ia harus sakit saja agar suaminya seperti itu terus? Setelah memastikan semua barang bawaannya lengkap, perempuan yang baru tiga hari menyandang gelar istri itu turun menuju ruang makan. Langkahnya terhenti kala di sana sudah ada dua orang pria dengan wajah tegang. Baru saja ia akan berbelok untuk langsung ke pintu samping, Daniel sudah lebih dulu memanggilnya. "Diana! Mau kemana? Kamu sudah baikan?" tanya pria itu perhatian. Sudah tertangkap basah, mau tak mau gadis yang dipanggil itu kembali berjalan menuju meja makan. Ekor matanya melirik sang suami y
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status