Home / Romansa / Dinikahi Calon Ipar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dinikahi Calon Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

87 Chapters

Bukan Hadiah Terindah

"Apakah aku sedang hamil sekarang?" Humam wanita itu sambil mengelus perutnya yang masih rapat. Seketika senyumnya terbit membayangkan di dalam rahimnya tumbuh calon buah hati mereka. Meski belum bisa dipastikan bahwa ia hamil namun ia merasa bahwa kini dirinya telah berbadan dua. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Lalu ia melangkah keluar dari kamar mandi menuju pintu kamar. "Ada apa, Bik?" tanya Diana sambil memberikan akses untuk sang ART agar bisa masuk ke dalam kamarnya."Ini non sudah saya buatkan bubur di makan dulu ya, terus kalau sudah nanti cobain ini ya Non, ya." Wanita paruh baya itu menyodorkan sebuah benda bertuliskan merk kesehatan yang isinya berupa alat tes kehamilan. Tanpa pikir panjang Diana langsung mengambil alih benda itu dan kembali masuk ke kamar mandi. Wanita yang masih tampak pucat itu mengikuti petunjuk yang ada dalam kemasan dengan mencelupkan ujung tespek pada urine yang telah Ia tampung
Read more

Berubah Lagi

Diana tercenung. Mencerna apa yang baru saja dialami. Suaminya yang sudah mulai berubah hangat, kini seolah kembali memasang tembok tinggi diantara mereka. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa suaminya pulang bersama mantan kekasihnya?Segala macam pikiran bekecamuk dalam benaknya. Namun wanita itu berusaha menepis kecurigaan yang mulai menghinggapi hati. "Di, bisakah kamu meminjamkan bajumu untuknya?" Suara bariton Desta mengalihkan fokusnya. "Dia kenapa, Mas? Kenapa sama kamu?" "Sudahlah jangan banyak bertanya dulu, ambilkan saja dulu baju ganti untuknya. Aku harus segera memeriksanya!" ucap Desta dengan nada meninggi. Terlihat jelas kekhawatiran pria itu pada Meta, mantan kekasihnya. Kedua netra bening Diana sudah penuh dengan kaca-kaca yang siap pecah dalam sekali kedipan mata. Dengan hati tersayat, wanita itu berjalan menuju kamarnya. Mengambil satu setel baju tidur berlengan panjang. Meski dadanya bergemuruh, wanita itu
Read more

Playing Victim

Sebenarnya Desta berencana untuk membawanya ke rumah sakit hari ini jika kondisinya belum membaik. Namun kejadian semalam membuatnya tak bisa melakukan itu sekarang. Terlebih Meta sudah mengancam akan melakukan hal yang lebih gila lagi. Baru saja ia akan mendekati sang istri, suara teriakan Meta dari kamar tamu menghentikan langkah kakinya. Diana pun ikut mendongak dan memutar lehernya. Sekelebat bayangan Desta masih ia lihat. Namun sudah tertelan kembali oleh pintu kamar tamu. Entah apa yang mereka lakukan sebenarnya. "Bik, apa dari semalam mereka belum keluar kamar?" tanya Diana lirih. Tubuh wanita paruh baya itu menegang. "Bibik nggak tahu, Non. Sudah, nggak usah dipikirkan. Sebaiknya Non segera sarapan agar perutnya terisi. Terus minum susu hamil ya, Non. Biar calon dedeknya tumbuh sehat. Bibik sudah membelikannya tadi pagi di toko 24 jam dekat rumah bibik.""Apa dia sudah tahu, Bik?""Belum, Non. Kan, Non Diana sendiri yang minta
Read more

Memutarbalikkan Fakta

"Apa yang sedang terjadi?" tanya Desta memicing. Tatapannya tertuju pada sang istri dan mantan kekasih bergantian. Seketika matanya membulat melihat darah menetes di lantai. "Apa yang terjadi? Apa nggak ada yang bisa menjelaskan semua ini?" Nada biacara pria itu naik satu oktaf. "Dia melukai dirinya sendiri setelah menamparku," lirih Diana sambil memegang pipinya yang masih terasa panas. Bekas telapak tangan adiknya masih tercetak jelas di sana. Siapapun tahu bahwa wanita itu habis ditampar. Namun tuduhan dusta Meta justru membalikkan fakta yang terjadi. "Dia mencoba melukaiku karena cemburu. Lihat ini tanganku, dia kejam sekali ... padahal aku hanya ingin menjelaskan yang terjadi semalam, tapi dia malah marah dan melukaiku seperti ini," bantah Meta dengan dibumbui acting menagis yang membuat kedua pasang mata Diana dan bi Ijah membulat seketika. "Tidak. Itu tidak benar," ucap Diana menggeleng. Kedua matanya sudah basah akibat bendun
Read more

Hampir Kehilangan

"Bagaimana keadaannya, Dok? Apa yang sebenarnya terjadi pada adik saya?" tanya Daniel saat pintu UGD terbuka dan menampilkan sosok dokter di hadapannya. Sebelum menjawab, wanita itu menghembuskan napas lega. Bibirnya tersenyum dibalik masker yang ia kenakan. "Alhamdulillah, kondisi janinnya baik-baik saja. Untung segera dibawa kemari. Tolong dijaga agar ibunya tidak stres ya, usia kandungannya masih muda, sangat rentan keguguran jika ada pemicunya."Daniel hendak bertanya tapi dokter wanita ber-name tag Alvina itu kembali bicara. "Untuk sementara pasien butuh bedrest beberapa hari. Tolong Bapak urus administrasinya dulu supaya bisa dipindahkan ke kamar rawat!""Baik, Dok. Terimakasih." Pria itu berlaku menuju bagian administrasi. Mengurus segalanya agar sang adik segera mendapat perawatan intensif. Sejenak ia melupakan penyebab kejadian itu. Bukankah seharusnya Desta yang dihubungi mengingat pernikahan mereka yang s
Read more

Ditinggalkan

Dua hari ini Desta disibukkan dengan urusan perusahaan. ya, selain berprofesi sebagai dokter Desta juga merupakan seorang CEO dari perusahaan terkenal yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan. Kemarin saat dia sedang mengistirahatkan diri karena selama ini terlalu sibuk dengan pasien, tiba-tiba mendapat kabar dari perusahaan cabang yang ada di Samarinda bermasalah. Dana yang cukup besar digelapkan oleh seorang oknum dari perusahaan itu sendiri.Mau nggak mau pria itu harus terbang langsung ke Samarinda untuk mengusut kasus penggelapan dana yang merugikan perusahaan. Pikirannya hanya fokus pada pekerjaan sehingga ia melupakan masalahnya yang belum terselesaikan dengan sang istri.Sementara di sisi lain Diana yang sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah mulai membaik mulai bertanya-tanya kemana suaminya selama ini. Bi Ijah yang selalu memberikan informasi padanya juga tak tahu kemana sang majikan sekarang.Padahal besok adalah
Read more

Jurang Semakin Dalam

Dua minggu telah berlalu. Masalah perusahaan sudah bisa dikendalikan. Penggelapan dana yang dilakukan oleh salah satu oknum petinggi perusahaan sudah diusut hingga ke akar-akarnya. Desta merasa lega karena akhirnya perusahaan kembali normal. Dan kini saatnya ia untuk kembali pulang.Pria itu sengaja memilih penerbangan tercepat agar bisa segera sampai di rumah. Ia ingin mengistirahatkan kepalanya yang panas selama 2 minggu mengurus perusahaan. Tak hanya otaknya yang lelah, badan dan juga hatinya ikutan lelah. "Mas, kamu sudah pulang? dari mana saja?" tanya Diana yang yang saat itu sedang Bang santai di depan rumah. Mengamati pemandangan taman depan dengan air mancur yang menyegarkan. Hal itu menjadi hobi baru Diana selama mengambil cuti dari mengajar. "Ya, aku capek mau istirahat tolong jangan ganggu aku!" jawab Desta ketus. Pria itu kembali ke mode awal yang tak peduli dengan kondisi Diana. Bahkan sekadar menanyakan kabar pun tidak.B
Read more

Kedatangan Mertua

Diana baru saja selesai membuat makan malam. Berharap Desta pulang lebih awal malam ini. Sudah berjalan dua Minggu semenjak ia pulang dari rumah sakit waktu itu, Bi Ijah juga sudah nggak menginap lagi di rumah ini. Karena kondisi Diana yang sudah mulai sehat. Dalam dua minggu ini belum ada perkembangan berarti dengan hubungan mereka. Desta masih bersikap acuh meski tak menolak perhatian Diana. Ya, setiap pagi wanita ini selalu menyiapkan pakaian dan sarapan untuknya. Begitupun setiap malam ia akan menunggunya dan membuatkan makan malam meski terkadang nggak disentuh sedikit pun. Namun Diana tak pernah menyerah. Ia terus berjuang demi bayi yang dikandungnya.Ia tak peduli jika pria itu masih belum bisa membuka pintu hatinya. Karena ia yakin, suatu saat nanti jika bayi mereka lahir, lelaki dingin itu akan luluh. Jangankan hati manusia, batu yang keras saja akan hancur jika ditetesi dengan air terus menerus. Setelah memastikan semua masakannya tersaji apik
Read more

Cuma Menjadi Pendengar

"Dia bilang akan menikah di villa yang sudah ia belikan untukmu sebagai mahar di Lombok. Tapi malah kalian menikah sederhana tanpa mengabari kami." Wanita itu mengerucutkan bibir saat bercerita begitu. Namun Diana hanya menjadi pendengar yang baik. Sekaligus berpikir tentang apa yang dikatakan ibu mertuanya. Ia bahkan tak tahu dengan impian suaminya yang akan menikah di villa Lombok. Ah iya, pasti yang diceritakan Desta adalah Meta. Dan impian pernikahan itu tentu saja dengannya. Bukan dirinya. Karena ia sempat mendengar jika pernikahan adiknya itu akan berlangsung sangat mewah di Lombok.Seketika hatinya meringis mengingat ia memang bukan istri yang diharapkan suaminya. Hanya kebetulan karena sebuah insiden, terpaksa dia menjadi mempelai wanita sementara menggantikan adiknya. Ya, hanya sementara. Ketika sudah satu tahun, dia akan kembali diceraikan dan adiknya yang akan menggapai impiannya."Sayang, kamu nggak perlu merasa bersalah begitu. Momy nggak mar
Read more

Calon Ayah

Acara makan malam berlangsung kaku. Desta terlihat lebih banyak melamun. Hanya Mommy yang sesekali bercanda dengan menantunya tanpa digubris oleh Desta. Ucapan mommy tentang cucu sedikit banyak memengaruhi pikiran pria itu. Apakah benar Diana hamil? Tapi kenapa dia nggak pernah mengatakannya padaku? Membayangkan hal itu ada yang berdesir dalam dada Desta. Entah mengapa hatinya terasa gembira mendengar bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. "Kamu mau ke mana Des? Apa tidak rindu sama mommy? Kenapa buru-buru sekali masuk kamar?" "Sorry, Mom, Desta sangat capek. Lebih baik Mommy juga istirahat, besok kita baru ngobrol, oke?"Tanpa menunggu jawaban mommy, pria itu langsung melangkah menuju kamarnya. Segera ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh sekaligus mendinginkan pikirannya. Tepat pukul 10 malam ia membaringkan tubuh di ranjang dan mencoba memejamkan mata meski pikirannya terus melayang pada ucapan mommy.
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status