Home / Romansa / Dinikahi Calon Ipar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dinikahi Calon Ipar: Chapter 41 - Chapter 50

87 Chapters

Memendam Rasa

"Mau sampai kapan Lo numpang sarapan di rumah gue?"Pemuda itu tak tersinggung sama sekali. Tampangnya yang sedikit slenge'an terlihat tak terusik dengan sorot tajam tuan rumah. "Sampai gue bosen."Desta mendengus kesal. Merasa terganggu dengan kehadiran sahabatnya. Ini adalah hari bahagianya. Bisa dekat dengan istri setelah beberapa peristiwa yang membuat mereka saling acuh. Seharusnya hari ini ia bisa menikmati akhir pekan berdua saja. Dalam otaknya sudah berencana untuk membangun keintiman dengan wanita yang sejak semalam ia nobatkan sebagai bidadari di hatinya. Menebus kesalahannya yang membuat wanita di sampingnya ini menderita akibat perbuatannya. Namun kehadiran sahabatnya yak ubahnya seperti hama penggagu saat ini. Terlebih ketika melihat tatapan kagum darinya untuk sang istri. Ketenangan yang baru saja ia dapat, seolah terusik. "Di, hari ini ada acara? Ikut abang, yuk!" Pria yang sejak tadi menampilkan aura
Read more

Menjadi Penguntit

Mobil hitam yang dikendarai Daniel melaju diantara padatnya kendaraan di jalan. Setiap hari minggu jalanan menuju utara memang sangat padat. Karena di sana banyak terdapat tempat wisata dan pusat perbelanjaan. Sebenarnya Diana enggan keluar rumah setelah semalam. Apalagi mendengar pernyataan cinta suaminya. Rasanya ingin menghabiskan waktu bersama saja seharian. Namun ketika sang suami tidak mencegahnya pergi, hatinya merasa kesal dan akhirnya menuruti abangnya yang sengaja membuat pria yang sudah mengakui perasaannya itu cemburu lagi. "Lihatlah mobil belakang itu, apa abang bilang," ucap Daniel sambil melirik spion dengan senyum mengembang. Diana yang sejak tadi larut dalam pikirannya langsung menoleh ke belakang. Matanya membelalak melihat mobil yang dikenalnya tepat berada di belakang mobil yang dinaikinya. "Itu kan mobilnya--""Ya, dia pasti mengikuti kita." Pria berjambang tipis itu terkekeh. "Kau lihat? Sepertinya ia sudah jatuh
Read more

Perdebatan Unfaedah

Desta yang fokus memperhatikan istri dan sahabatnya, berjingkat mendengar suara yang dikenalnya. Meta, sejak kapan gadis itu ada disini. Bisa hancur rencananya ketika ada dia di sini. "Ngapain kamu di sini?""Harusnya aku yang tanya begitu, Sayang. Ngapain kamu ada di sini?" Gadis itu memutar lehernya. Mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Dadanya terbakar ketika melihat ada kakaknya di sana. "Oh, jadi kamu menguntit dia? Apa sekarang Kamu sudah mulai jatuh cinta padanya?" Karena tak ingin terjadi keributan, Desta hanya diam saja. Namun netranya tetap fokus mengamati gerak-gerik sang istri dan sahabatnya. Merasa diabaikan, gadis yang datang entah dari mana itu memutar otaknya untuk mencari cara agar Desta kembali padanya. Dengan percaya diri gadis itu menggandeng tangan sang kekasih dan menariknya menuju meja Diana. "Kakak, kamu di sini juga?" Seketika pasangan kakak beradik itu menoleh dan mendapati adik ser
Read more

Rencana Licik Meta

Suara pintu tertutup membuat pasangan ibu dan ayah berjangkit kaget. Mereka menatap putrinya yang datang dengan wajah kesal. Tak lama kemudian terdengar suara benda-benda dibanting dari kamar putrinya. Lalu cerita tangis gadis itu memenuhi ruang kamarnya."Pak, kenapa kenapa dengan putri kita?" tanya ibu dengan raut khawatir. Bapak yang tak tahu hal itupun hanya bisa menggeleng. Lalu keduanya berjalan menuju kamar sang putri."Meta, ada apa nak? Buka pintunya, sayang!" teriak ibu. "Meta! Meta sayang buka pintunya!" Kali ini bapak yang memanggil. Namun hingga gedoran pintu semakin keras gadis itu tak sedikitpun terpengaruh. Teriakan demi teriakan menggema dari dalam kamar. Merasa khawatir dengan kondisi putrinya, bapak berinisiatif untuk membuka pintu kamar itu dengan menggunakan kunci cadangan. Alangkah terkejutnya mereka melihat pemandangan yang sudah mirip kapal pecah. Gadis itu meringkuk di pojok kamar dengan kondisi yang
Read more

Deg-degan

Desta, pria berbadan tegap dengan mata setajam elang itu terus menatap pintu. Terhitung sudah dua jam sejak kedatangannya dari mall tadi, ia duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu sang istri. Ada yang terbakar di dalam dadanya kal mengingat betapa dekatnya Diana dengan Daniel, sahabatnya. Sesekali ia memutar lehernya untuk menatap jam dinding. Ia sudah menyiapkan banyak kalimat untuk berbicara dengan wanita itu. Bahkan saking fokusnya, ia mengabaikan panggilan dari Meta. Ah, ngomong-ngomong soal gadis itu, kini tak ada lagi getaran halus di dadanya setiap kali bertemu dengannya. Tak ada lagi rasa rindu yang dulu selalu menggebu setiap kali berjauhan darinya. Semuanya tergantikan oleh sosok wanita yang semula ia benci. Wanita itu mampu menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya hanya dalam waktu singkat.Apa dia sudah termakan ucapannya sendiri yang tidak akan pernah jatuh cinta pada sosok wanita yang ia nikahi sebulan lalu? Lelaki itu menggeleng. Mencoba
Read more

Mulai dari Awal

"Di, maukah kamu memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri? Ajari aku menjadi lebih baik agar layak menjadi suamimu," tatapan teduh Desta yang baru pertama kali ini Diana lihat membuat hatinya meleleh. Sungguh, ia sangat ingin. Karena memang inilah yang ia harapkan dari pernikahan ini. Meski pada awalnya terjadi karena kesalahan dan paksaan, Diana tetap ingin memiliki rumah tangga yang bahagia."Kamu mau kan kita memulai semuanya dari awal?" "Tentu saja. Aku memang wanita tak sempurna tapi aku ingin memiliki keluarga yang sempurna. Pernikahan ini harus berjalan sesuai dengan sunnah Rasulullah. Terima kasih karena telah menerima aku, Mas.""Tidak. Seharusnya aku lah yang berterima kasih padamu, sayang."Panggilan sayang yang baru pertama kali ia dengar ini membuat wajah cantik Diana tersipu tampak kemerahan seperti tomat. Keduanya saling tatap dan melempar senyum. Ada rasa membuncah yang sulit untuk diungkapkan dari hati masing-ma
Read more

Hari yang Manis

"Hati-hati makannya," ucap Desta sambil menyodorkan air minum miliknya. "Makasih, Mas." Pria itu mengambil selembar tisu dan mengelap bibir sang istri dengan gerakan lembut. Hal itu semakin membuat darah Diana mengalir lebih cepat. Untuk menghilangkan kegugupannya, Diana bangkit dan membereskan bekas makannya. Berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring dan gelasnya. Sebuah tangan terulur membantu kegiatan itu. Jantung Diana yang sudah mulai normal kembali jumpalitan akibat perbuatan lelaki itu. "Sudah, Mas biar aku saja. Mas ke depan saja!" "Tidak papa. Aku mau membantumu. Setelah ini kita ke kamar ya," bisiknya di telinga sang istri membuat bulu kuduknya meremang. "Kamu tegang sekali, Di. Apa aku menakutimu?" Pria itu semakin merapatkan tubuhnya hingga dadanya membentur punggung sang istri. "Ti--tidak!" ucapnya semakin gugup. Bahkan suaranya tercekat di tenggorokan karena ulah tangan nakal suaminya.
Read more

Heboh

"Itu tidak benar kan, Bu? Saya yakin kabar bu Diana sudah menikah itu hanya gosip." Seorang pria berseragam kaos dan training tiba-tiba masuk dengan senyum khasnya. Sudah menjadi rahasia umum kalau guru olahraga ini naksir berat sama Diana sejak pertama kali ia masuk ke sekolah ini. Sudah beberapa kali ia mengutarakan isi hatinya pada Diana baik secara tersirat maupun terang-terangan. Sayangnya Diana selalu menolak secara halus karena ia memang tak mau tak mau menjalin hubungan dengan laki-laki dalam satu naungan kerja. "Maaf, Pak Dody, sayangnya gosip itu benar. Saya sudah menikah sebulan yang lalu.""Kok nggak ada yang ngasih tahu saya, Bu? Kenapa bu Diana tega melakukan ini pada saya? Bukankah bu Diana tahu kalau saya selalu menunggu kesiapan bu Diana untuk menikah dengan saya?" ucap pria itu sendu. Kini kantor guru menjadi sedikit ramai akibat ulah guru olah raga itu. Sementara Diana yang merasa menjadi tertuduh hanya bisa menarik
Read more

Siapa Dia?

"Diana, gimana kabarnya?" ucap pria itu lirih. "Mas Iqbal, ... ka--kapan balik ke Indonesia? Ke--kenapa nggak pernah berkabar?" lanjutnya. Pria itu menatap Diana dengan tatapan yang berbeda. Seolah tidak ada orang lain di sana selain mereka berdua. "Aku kehilangan kontakmu, Di. Hp-ku hilang saat baru sampai Kairo. Siapa pria ini?"Diana menatap suaminya dengan tatapan bersalah. Tersenyum getir kala pria itu menunjukkan sorot mata tak suka.Merasa disebut, Desta langsung mengulurkan tangannya. "Kenalkan, saya Desta. Suami Diana!" ucapnya mantap, seolah menegaskan bahwa Diana hanya miliknya seorang."Kamu sudah menikah?" Terlihat ada bias cemburu tersirat dari sorot mata cokelat pria itu. Diana yang masih berusaha mencerna situasi ini menegang melihat aura permusuhan yang dipancarkan suaminya. Rahang pria itu mengeras. Gurat wajahnya jelas menunjukkan kalau dia tidak suka."Maaf, kami makan dulu, apa Anda mau ikut maka
Read more

Apa Hamil?

"Apa ... kamu masih mencintainya?" lirih Desta dengan nada cemburu. Melihat perubahan mimik wajah sang istri hatinya terasa nyeri. "Aku ... Aku ... nggak pernah menjalin hubungan dengannya. Dia hanya kakak tingkatku waktu kuliah dulu." Desta masih tak percaya. Iya terus saja mendesak agar sang istri berterus terang mengenai pria yang baru saja membuat darahnya mendidih. "Tapi dia tampak seperti merindukanmu. Sesama pria aku tahu arti tatapan mata itu.""Sudahlah, Mas lebih baik kita pulang saja aku capek dan pengen istirahat."Wanita itu bangkit diikuti oleh suaminya yang masih dipenuhi tanda tanya di kepala. Sebenarnya pria itu masih belum puas dengan jawaban sang istri, tapi Ia juga tak mau mendesaknya. Hubungan mereka baru saja terjalin indah, tidak mungkin Desta melakukan kesalahan dengan tak memercayai istrinya sendiri. ***Tak terasa Diana telah melewati 3 bulan masa pernikahannya. Pagi ini ketika hendak membua
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status