"Apa yang sedang terjadi?" tanya Desta memicing. Tatapannya tertuju pada sang istri dan mantan kekasih bergantian. Seketika matanya membulat melihat darah menetes di lantai.
"Apa yang terjadi? Apa nggak ada yang bisa menjelaskan semua ini?" Nada biacara pria itu naik satu oktaf."Dia melukai dirinya sendiri setelah menamparku," lirih Diana sambil memegang pipinya yang masih terasa panas.Bekas telapak tangan adiknya masih tercetak jelas di sana. Siapapun tahu bahwa wanita itu habis ditampar. Namun tuduhan dusta Meta justru membalikkan fakta yang terjadi."Dia mencoba melukaiku karena cemburu. Lihat ini tanganku, dia kejam sekali ... padahal aku hanya ingin menjelaskan yang terjadi semalam, tapi dia malah marah dan melukaiku seperti ini," bantah Meta dengan dibumbui acting menagis yang membuat kedua pasang mata Diana dan bi Ijah membulat seketika."Tidak. Itu tidak benar," ucap Diana menggeleng. Kedua matanya sudah basah akibat bendun"Bagaimana keadaannya, Dok? Apa yang sebenarnya terjadi pada adik saya?" tanya Daniel saat pintu UGD terbuka dan menampilkan sosok dokter di hadapannya. Sebelum menjawab, wanita itu menghembuskan napas lega. Bibirnya tersenyum dibalik masker yang ia kenakan. "Alhamdulillah, kondisi janinnya baik-baik saja. Untung segera dibawa kemari. Tolong dijaga agar ibunya tidak stres ya, usia kandungannya masih muda, sangat rentan keguguran jika ada pemicunya."Daniel hendak bertanya tapi dokter wanita ber-name tag Alvina itu kembali bicara. "Untuk sementara pasien butuh bedrest beberapa hari. Tolong Bapak urus administrasinya dulu supaya bisa dipindahkan ke kamar rawat!""Baik, Dok. Terimakasih." Pria itu berlaku menuju bagian administrasi. Mengurus segalanya agar sang adik segera mendapat perawatan intensif. Sejenak ia melupakan penyebab kejadian itu. Bukankah seharusnya Desta yang dihubungi mengingat pernikahan mereka yang s
Dua hari ini Desta disibukkan dengan urusan perusahaan. ya, selain berprofesi sebagai dokter Desta juga merupakan seorang CEO dari perusahaan terkenal yang bergerak di bidang farmasi dan alat kesehatan. Kemarin saat dia sedang mengistirahatkan diri karena selama ini terlalu sibuk dengan pasien, tiba-tiba mendapat kabar dari perusahaan cabang yang ada di Samarinda bermasalah. Dana yang cukup besar digelapkan oleh seorang oknum dari perusahaan itu sendiri.Mau nggak mau pria itu harus terbang langsung ke Samarinda untuk mengusut kasus penggelapan dana yang merugikan perusahaan. Pikirannya hanya fokus pada pekerjaan sehingga ia melupakan masalahnya yang belum terselesaikan dengan sang istri.Sementara di sisi lain Diana yang sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah mulai membaik mulai bertanya-tanya kemana suaminya selama ini. Bi Ijah yang selalu memberikan informasi padanya juga tak tahu kemana sang majikan sekarang.Padahal besok adalah
Dua minggu telah berlalu. Masalah perusahaan sudah bisa dikendalikan. Penggelapan dana yang dilakukan oleh salah satu oknum petinggi perusahaan sudah diusut hingga ke akar-akarnya. Desta merasa lega karena akhirnya perusahaan kembali normal. Dan kini saatnya ia untuk kembali pulang.Pria itu sengaja memilih penerbangan tercepat agar bisa segera sampai di rumah. Ia ingin mengistirahatkan kepalanya yang panas selama 2 minggu mengurus perusahaan. Tak hanya otaknya yang lelah, badan dan juga hatinya ikutan lelah. "Mas, kamu sudah pulang? dari mana saja?" tanya Diana yang yang saat itu sedang Bang santai di depan rumah. Mengamati pemandangan taman depan dengan air mancur yang menyegarkan. Hal itu menjadi hobi baru Diana selama mengambil cuti dari mengajar. "Ya, aku capek mau istirahat tolong jangan ganggu aku!" jawab Desta ketus. Pria itu kembali ke mode awal yang tak peduli dengan kondisi Diana. Bahkan sekadar menanyakan kabar pun tidak.B
Diana baru saja selesai membuat makan malam. Berharap Desta pulang lebih awal malam ini. Sudah berjalan dua Minggu semenjak ia pulang dari rumah sakit waktu itu, Bi Ijah juga sudah nggak menginap lagi di rumah ini. Karena kondisi Diana yang sudah mulai sehat. Dalam dua minggu ini belum ada perkembangan berarti dengan hubungan mereka. Desta masih bersikap acuh meski tak menolak perhatian Diana. Ya, setiap pagi wanita ini selalu menyiapkan pakaian dan sarapan untuknya. Begitupun setiap malam ia akan menunggunya dan membuatkan makan malam meski terkadang nggak disentuh sedikit pun. Namun Diana tak pernah menyerah. Ia terus berjuang demi bayi yang dikandungnya.Ia tak peduli jika pria itu masih belum bisa membuka pintu hatinya. Karena ia yakin, suatu saat nanti jika bayi mereka lahir, lelaki dingin itu akan luluh. Jangankan hati manusia, batu yang keras saja akan hancur jika ditetesi dengan air terus menerus. Setelah memastikan semua masakannya tersaji apik
"Dia bilang akan menikah di villa yang sudah ia belikan untukmu sebagai mahar di Lombok. Tapi malah kalian menikah sederhana tanpa mengabari kami." Wanita itu mengerucutkan bibir saat bercerita begitu. Namun Diana hanya menjadi pendengar yang baik. Sekaligus berpikir tentang apa yang dikatakan ibu mertuanya. Ia bahkan tak tahu dengan impian suaminya yang akan menikah di villa Lombok. Ah iya, pasti yang diceritakan Desta adalah Meta. Dan impian pernikahan itu tentu saja dengannya. Bukan dirinya. Karena ia sempat mendengar jika pernikahan adiknya itu akan berlangsung sangat mewah di Lombok.Seketika hatinya meringis mengingat ia memang bukan istri yang diharapkan suaminya. Hanya kebetulan karena sebuah insiden, terpaksa dia menjadi mempelai wanita sementara menggantikan adiknya. Ya, hanya sementara. Ketika sudah satu tahun, dia akan kembali diceraikan dan adiknya yang akan menggapai impiannya."Sayang, kamu nggak perlu merasa bersalah begitu. Momy nggak mar
Acara makan malam berlangsung kaku. Desta terlihat lebih banyak melamun. Hanya Mommy yang sesekali bercanda dengan menantunya tanpa digubris oleh Desta. Ucapan mommy tentang cucu sedikit banyak memengaruhi pikiran pria itu. Apakah benar Diana hamil? Tapi kenapa dia nggak pernah mengatakannya padaku? Membayangkan hal itu ada yang berdesir dalam dada Desta. Entah mengapa hatinya terasa gembira mendengar bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. "Kamu mau ke mana Des? Apa tidak rindu sama mommy? Kenapa buru-buru sekali masuk kamar?" "Sorry, Mom, Desta sangat capek. Lebih baik Mommy juga istirahat, besok kita baru ngobrol, oke?"Tanpa menunggu jawaban mommy, pria itu langsung melangkah menuju kamarnya. Segera ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh sekaligus mendinginkan pikirannya. Tepat pukul 10 malam ia membaringkan tubuh di ranjang dan mencoba memejamkan mata meski pikirannya terus melayang pada ucapan mommy.
"Ada apa dengan Diana?" Tanpa menjawab pertanyaan mommy Desta langsung berbalik ke kamar dan mengangkat Diana ke bawah. Sambil berlari dia berteriak pada Mommy untuk membuka pintu garasi agar ia bisa masuk ke dalam mobil.Dengan kecepatan diatas rata-rata Desta melajukan mobilnya menuju Rumah sakit tempatnya bekerja. Sampai di sana ia langsung masuk ke UGD dan membaringkan tubuh ringkih istrinya di salah satu brankar yang ada di sana."Tolong periksa istri saya, Dok!" ucapnya kepada dokter Vera yang sedang berjaga. "Baik, dokter bisa keluar dulu supaya saya leluasa memeriksanya?" Pria itu mengangguk dan keluar lalu menutup pintu UGD. Di depan ruangan itu terlihat Mommy sedang duduk menantinya. Wajahnya tak kalah khawatir dengan dirinya. "Duduklah, sayang kamu membuatku pusing!"Desta mengangguk dan duduk disamping mommynya. Kepalanya menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Sesekali ia mengacak rambutnya sam
Setelah mendonorkan darahnya untuk sang adik, Daniel berjalan menuju tempat dimana Desta dan Mommy berada. Tatapan mata elang keduanya saling beradu menguarkan aroma permusuhan. Namun Desta berusaha menekan egonya. Bagaimanapun sahabatnya ini telah menolong sang istri dan calon buah hatinya."Thanks, Bro. Lu telah menolong istri gue.""Tentu saja. Karena dia sangat berharga bagi hidup gue. Meskipun Lo nggak meminta kalau gue tahu dia membutuhkan sudah pasti akan gue lakukan apapun untuknya. Dan Lo, tolong jaga dia baik-baik kalau Lo benar-benar seorang pria sejati!"Sebenarnya Daniel ingin sekali menggampar wajah pria di hadapannya ini. Sungguh ia sangat tak rela adik yang selama ini ia cari, hidup menderita bersama sahabatnya. Andai saja ia bisa mengatakannya sekarang kalau dia adalah adik kandungnya ... sayangnya ia harus bersabar hingga kebenaran terungkap. Mommy yang tidak tahu masalah yang terjadi di antara mereka hanya diam menyaksikan perdebatan putra dan sahabatnya itu. Lalu
Pertama kali bertemu orang yang melahirkan ke dunia seumur hidupnya, Diana seperti mimpi dan tak ingin bangun lagi. Selama ini ia mengira ibunya Meta adalah orang yang telah melahirkannya juga. Ternyata dia salah.Dan kini, wanita yang telah menyediakan rahimnya untuk dia tumbuh selama sembilan bulan lebih, talah ada di depan mata. Mereka masih berpelukan melepaskan rindu. Seolah hanya ada mereka berdua di sini. Bahkan, Diana sampai melupakan suaminya. Dalam kondisi normal, ia akan merasa malu bersikap seperti ini di depan suaminya. "Apa kalian nggak menganggap kami ada?" ucap Daniel dengan nada cemburu. Sepasang wanita kembar beda usia itu melerai pelukannya. Lalu menatap tajam pada pria yang barusan berbicara. Seolah mengerti dengan tatapan itu, Daniel memilih untuk duduk di samping Desta. "Apa setelah bertemu kalian akan bersekutu untuk memusuhiku? Kenapa tatapan kalian seperti itu?" cicitnya membuat ia mendapat lemparan dua bantal sofa secara bersamaan. "Tuh, kan ... benar. Bah
Pagi-pagi sekali, Diana sudah berkutat di dapur. Efek tak bisa tidur semalaman karena memikirkan ibu angkatnya, ba'da subub ia sudah berkutat di dapur. Membuat nasi goreng dan roti bakar untuk sarapan. Bi Ijah berkali-kali sudah melarang. Tak tega melihat majikannya di depan kompor dengan perut besar. Apalagi sesekali Diana menekan punggungnya yang mulai pegal. Namun, dasar Diana, ia tetap melakukan aktivitas meski sudah dilarang. Katanya biar persalinannya nanti lancar. Bahkan andai Desta nggak memaksa, ia tetap ingin pergi mengajar. Tepat pukul 6 pagi semua sarapan sudah terhidang di meja makan. Delapan puluh persen Diana yang membuatnya. Setelah siap, wanita itu segera masuk ke kamarnya. Semenjak usia kandungannya mencapai tujuh bulan, Desta memindahkan kamar mereka di kamar tamu yang ada di lantai satu. Jadi, Diana tak perlu susah payah naik turun tangga. "Mas, sarapannya sudah siap, tuh!" Diana mendekati suaminya yang asik dengan HP pintarnya. "Dari habis subuh kamu menghilan
"Eh, Gita, belanja juga?" Kedua sahabat lama ini langsung berpelukan. Menyingkir dari tempat itu dan membiarkan Deata menyelesaikan pembayaran. "Alhamdulillah, ini sudah delapan bulan. Kamu ...?" Diana tak melanjutkan pertanyaannya. "Anakku sudah dua.""Oh ya? Masyaa Allah, lama tak berkabar tahu-tahu dah berbuntut dua," ujar Diana nyengir. Mereka terlibat obrolan panjang sampai suami Diana mendekat. "Sudah, Mas?" "Udah. Yuk!" ajak Desta sembari menarik pinggang sang istri. Saat itulah tatapan matanya bersirobok dengan Gita. Sesaat keduanya terpaku. Kenangan silam masa SMA teringat kembali oleh mereka. Gita adalah orang yang pernah menolong Diana waktu kecelakaan dulu. Saat itu Diana berlarian ke halte karena ia tak mau ketinggalan UAS. Saat bersamaan ada pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju dari arah kanan. Spion motor itu menyenggol tubuh Diana membuatnya terjatuh. Untuk hanys luka ringan sehingga ia masih bisa ikut UAS. Gita yang sedang mengendari mobil berhe
"Jadi?""Yah, begitulah faktanya." Dengan santai pria yang mengaku bernama Eldi mencomot kembali udang crispy yang masih setengah porsi milik Diana. Tentu kelakuan nggak sopan pria ini membuat dua pria lain menganga melihatnya. "Hei, kalau mau makan pesan aja sendiri! Jangan main comot gitu, dong!" Desta tampak menggeram melihat kelakuan sewenang-wenang pria yang mengaku teman SMA istrinya. Namun sepertinya Eldi tak merasa terganggu dengan tatapan membunuh 2 pria di sampingnya . Mau tak mau Diana menyudahi makannya meski sebenarnya iya masih sangat ingin melahap udang crispy itu. Namun mengingat aura yang mulai berubah horor, wanita hamil ini menekan keinginannya."Eh, eh, eh, mau kemana? Temani aku dulu di sini napa? Sepertinya kamu sudah nggak takut ma cowok lagi. Kalau gitu, boleh dong babang El PDKT sama Diana cantik," ucapnya tanpa disaring dulu. Iya Bahkan tak mau repot-repot melihat dua orang yang menjadi bodyguard Diana. Baginya dua orang pria itu dianggap seperti bayangan
Mobil yang mereka tumpangi berbelok ke restoran seafood yang ada di pinggir pantai. Diana berjalan lebih dulu ketika mobil telah berhenti. Memilih tempat dengan view yang menarik. Dia sangat suka laut. Maka tak heran ia memilih saung yang berhadapan langsung dengan laut. Dari sini mereka bisa melihat matahari terbenam secara langsung. Sayangnya, saat mereka sampai, surya masih bersinar terang dan belum condong ke barat. "Mau pesan apa, Sayang?" tanya Desta saat bobot tubuhnya mendarat sempurna di samping sang istri. "Aku mau cumi asam manis, udang krispi, sama ca kangkung aja." "Ok. Minumnya?""Es degan.""No! Wanita hamil tak boleh minum es." "Kata siapa?""Kata suamimu yang paling ganteng," ucap Desta narsis. Daniel memeragakan akting memuntah pada sohib sekaligus iparnya itu yang ditanggapi dengan gelak tawa. Wanita hamil yang sejak tadi fokus pada deburan ombak di laut, bahkan ketika menyebutkan menu yang diingini, menoleh pada sumber suara. Menatap takjub pada pria tampan
Pria tua yang dipanggil paman oleh Diana ini berdiri. Tatapannya nyalang seperti hendak memakan orang. Diana yang sudah biasa diperlakukan demikian olehnya tak merasa heran. Sejak dulu adik kandung bapak angkatnya ini memang terlihat nggak suka padanya. Selalu saja mengatakan jika Diana sebagai anak pembawa sial. Entah apa maksud dari ucapannya itu. Kini, Diana paham. Yang dimaksud pamannya itu adalah karena Diana mendapat bagian harta yang lebih banyak. Padahal jika dipikir-pikir, bagiannya sama rata. Karena selain mendapat lahan sawit, bapak dan paman mendapat saham perusahaan masing-masing lima puluh persen. "Tolong, Pak, jaga sikap. Semua pembagian sudah dihitung secara adil. Selain lahan sawit, bapak-bapak masih mendapat saham perusahaan.""Ya, tapi seharusnya perempuan pembawa sial ini nggak perlu dapat bagian. Kenapa tidak Meta saja yang mendapatkannya? Dia putri kandung keluarga ini!""Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan perintah almarhum. Keputusan ini sah dan dilindungi huk
"Tapi nanti keluarga itu akan semakin membenciku," lirih Diana sambil menunduk. Bagaimana pun dia sudah dibesarkan dengan sangat layak oleh keluarga itu. Dikuliahkan hingga ia bisa mengejar impiannya menjadi guru. Dia tak mengharap apapun dari mereka sebenarnya. "Tanpa mengungkit masalah ini pun mereka sudah membencimu sejak dulu, Di. Kebaikan dan ketulusan mereka selama ini hanya topeng. Mereka menginginkan bagianmu. Karena untuk mengalihkan nama menjadi nama Meta butuh persetujuan dan tanda tanganmu."Diana memijat pelipisnya. Tiba-tiba kepalanya berdenyut mendengar hal ini tiba-tiba. Ia tak menginginkan harta itu. Baginya berkumpul dengan keluarga sudah merupakan kebahagiaan tersendiri. Ia sudah cukup senang dengan menjadi guru dan mendapatkan hasil darinya.Sarapan pagi yang seharusnya dilakukan dengan santai, kali ini justru diliputi keseriusan. Diana berharap apapun yang terjadi nanti keluarga yang telah membesarkannya tidak semakin membenci dirinya. "Apa tidak masalah kalau
Melihat kekagetan mommy, Diana berdiri dan membimbingnya untuk duduk. Ada yang perlu dijelaskan di sini. Diana menatap suaminya lalu beralih ke abangnya seolah ingin meminta persetujuan untuk menjelaskan statusnya. Kedua pria itu kompak mengangguk. "Mom, sebenarnya aku dan Bang Daniel kakak adik.""Apa?!"Wanita yang masih sangat cantik di usianya yang tak lagi muda itu membelalak. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Iya, Tan. Maaf, kami baru bisa memberi tahu sekarang. Karena kami juga baru tahu sesaat setelah Diana menikah dengan Desta." Daniel berinisiatif untuk menjelaskan mewakili adiknya. Dengan santai ia menjelaskan kronologis hilangnya Diana waktu masih bayi. Lalu menjelaskan bagaimana dia bisa tahu kalau Diana adalah adik kandungnya. "Jadi keluarga yang berusaha untuk mencelakaimu itu bukan keluarga kandungmu? Oh syukurlah Diana Mommy sangat senang mendengarnya. Karena kamu bukan keturunan keluarga kriminal." Mommy tampak bersungguh-sungguh. "Awalnya tante sangat
Aroma masakan Diana memenuhi dapur. Menguar ke seluruh penjuru ruangan. Pagi ini, Desta akan mengajak sang istri berjalan-jalan ke suatu tempat. Ia sengaja mengambil cuti seminggu untuk menebus waktu yang hilang sebelum ini. Ia turun dengan pakaian casualnya. Menambah kadar ketampanan pria itu meningkat beberapa kali lipat. Ditambah senyum yang tak pudar membuat semua penghuni rumah tertular aura bahagia yang ia taburkan. "Hem, wangi sekali aromanya, masak apa?" ucap Desta yang tiba-tiba sudah berada di belakang Diana. Melilitkan sepasang tangan kokohnya ke perut buncit wanita itu dan mengelusnya pelan. Mengantarkan sensai nyaman pada wanita itu. Diana tak menjawab pertanyaan sang imam. Ia sibuk menetralkan degub jantungnya yang berdentam-dentam tak karuan. Matanya terpejam menikmati gerakan aktif calon buah hatinya. "Wow, dia aktif sekali! Apa dia sedang mengajakku bicara?" ucap Desta antusias. Pria itu tampak takjub dengan apa yang ia rasakan. Baru kali ini dia merasakan secara