Mata Bik Ijah membelalak lebar dengan mulut menganga kala melihat siapa yang ada di hadapannya. Untuk sesaat, bik Ijah lupa caranya berkedip. Tangannya mencubit lengannya sendiri. Sakit. Berarti ini nyata. Bukan mimpi. "Non! Non Diana? Benar ini Non Diana?" ucap Bik Ijah ekspresif. Wanita itu tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk istri majikannya itu. Lalu ia menoleh ke belakang seolah memberi tahu pada nyonya besar kalau menantu tercintanya sudah kembali. Namun tak ada kata yang bisa keluar, seolah kata-kata itu menyangkut di tenggorokan."Assalamu'alaikum, Bik.""Wa--wa'alaikumsalam, Non. Eh, beneran ini bukan mimpi. Ya Allah, Non. Akhirnya, Non bebas. Bibik yakin Non nggak bersalah. Ayo, Non kita masuk!"Bik Ijah heboh sendiri melihat orang yang ditangisi sudah ada di depannya. Memutari tubuh Diana seolah meneliti adakah luka di tubuhnya. "Non Diana baik-baik saja, kan? Pak polisi atau tahanan lain tidak menganiaya Non, kan di sana? Non juga makan kenyang kan?"Lagi-lagi bik
Magbasa pa