Home / Romansa / Dinikahi Calon Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dinikahi Calon Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

87 Chapters

Rencana Terselubung

Daniel sibuk dengan pemikirannya tentang Diana yang belum pernah dilihatnya. Namun entah mengapa dia begitu benci pada muslimah berhijab. Terlebih pikirannya sudah terkontaminasi oleh pemikiran liberal hingga menciptakan dendam tersendiri pada makhluk bernama wanita. Terlebih jika wanita itu mengenakan hijab. Pemikiran liberal lah yang membawa pengaruh buruk dan opini negatif tentang hijab. Sehingga banyak dari kaum wanita merasa hijab tak lain hanya aksesoris semata. Sehingga bebas untuk dipakai dan dilepas kapan saja. Apalagi tanpa dibarengi dengan iman dan pemikiran yang benar. Ya seperti Daniel ini. Desta tampak terprovokasi. Ia manggut-manggut membenarkan ucapan sahabatnya. Cara berpikir pria itu memang bebas. Karena terbiasa hidup dalam lingkungan liberal. Dimana kebebasan berekspresi dijunjung tinggi. "Apalagi dia sudah dewasa. Seharusnya dia sudah mendapat jodoh duluan, kan? Mungkin ia tak rela kalau adiknya yang menikah duluan. Apalagi calon su
Read more

Gamang

"Dia ... hilang saat aku tinggalkan membeli es krim," ucapnya penuh penyesalan. Daniel menerawang. Mengingat kejadian saat ia berumur lima tahun. Meski belum ingat sepenuhnya, tapi ia tahu kalau hilangnya sang adik karena ulah cerobohnya. Dulu saat satu keluarga pergi ke kebun raya untuk melihat beranekaragam hewan. "Daniel sayang, tolong jagain adek dulu ya. Mama mau ke toilet sebentar." Setelah mengusap pelan kepala Daniel, sang mama berlalu menuju toilet umum yang ada di kebun binatang. Namun karena sedikit antre, tiga puluh menit nggak kembali juga. Daniel kecil yang melihat es krim tak jauh dari tempatnya duduk, langsung membeli. Sebenarnya nggak bisa dikatakan membeli juga, karena ia tak bawa uang. Namanya anak kecil, ketika melihat anak-anak lain makan es krim, langsung tergiur untuk makan juga. Maka tanpa pikir panjang bocah berusia lima tahun itu meninggalkan sang adik dan ikut berkerumun mengelilingi penjual es itu."Begitul
Read more

Mengemis Maaf

"Biar saya saja yang bayar, Pak. Sekalian dengan punya saya." Diana menoleh. Sedikit terkejut melihat seorang pria yang tak dikenal menyelamatkan dirinya dari rasa malu. "Terima kasih. Nanti saya bayar, tolong beri nomor teleponnya," ucap Diana lembut. "Tidak usah, Nona. Saya ikhlas kok.""Tidak, tidak. Saya tetap akan membayarnya nanti. Anggap saja saya berhutang pada anda.""Baiklah kalau itu maumu." Daniel meminta HP Diana, lalu mengetikkan nomornya. "Namaku Daniel, siapa namamu Bu guru?" Setelah mengambil kembali HP-nya, ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. "Saya Diana. Sekali lagi terimakasih, Mas. Insyaallah saya ganti. Saya permisi."Daniel menatap punggung Diana hingga menghilang dari pandangan. Apa yang diceritakan sahabatnya tak seperti yang dilihat. Gadis itu terlihat sangat sopan dan lembut. "Sepertinya nggak mungkin kalau dia gadis seperti itu. Tapi ... Belum tentu juga kan? J
Read more

Putus Asa

Dengan tangan gemetar dan bibir gemelutuk akibat kedinginan, Diana memegang gunting itu. Perlahan ia mengarahkan ujung runcing yang berkilat saat diterpa cahaya pada dada kirinya. Kedua matanya memejam rapat dengan napas memburu. Kilasan nasehat dari ustazah yang mengajarinya ngaji hingga ia memilih nuntuk hijrah, membayang jelas dalam ingatan. "Setiap manusia akan diuji oleh Allah sesui kadar keimanannya masing-masing. Semakin tinggi iman seseorang, akan semakin besar juga ujian yang diberikan. Jangan merasa senang jika hidup kita terlalu mudah dan datar. Karena bisa jadi iman kita belum naik. "Karena Allah sendiri yang mengatakan dalam Alquran bahwa Allah tidak akan dibiarkan saja manusia mengatakan,"Kami telah beriman", sedangkan mereka tidak diuji. Dan sesungguhnya Allah telah menguji orang-orang yang sebelumnya. Dan sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta." Kalimat demi kalimat nasehat t
Read more

Jebakan 1

[Ada waktu? Kapan kita bisa bertemu?]From: DanielDiana mengingat-ingat nama itu. Di mana ia pernah kenalan atau bertemu dengan pria berna Daniel? Ah, iya. Dia kan yang menolong waktu ia lupa membawa uang. "Hari ini bisa. Jam 4. Mau ketemu di mana?"[Di tempat kita bertemu pertama kali ya]"Ok"Diana kembali memasukkan benda pintar itu ke dalam tas. Bersamaan dengan itu mobil yang mereka tumpangi memasuki gedung yang dijadikan tempat lomba. ***Tepat azan asar Diana dan rombongan sampai di sekolah kembali. Mereka pulang dengan membawa kemenangan. Ya, siswa yang mewakili sekolah berhasil memboyong piala dan uang pembinaan sebesar 2,5 juta rupiah karena mendapat juara pertama. Mereka disambut gembira oleh para guru dan kepala sekolah. Karena para siswa sudah pulang setengah jam yang lalu. Setelah berbasa-basi sebentar, Diana gegas menuju musalla untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim.
Read more

Muslihat Daniel

Tubuh Diana menegang. Ia memutar lehernya ke belakang dan mendapati sosok tinggi tegap telah berdiri di sana dengan seringai licik. "Ma--mas Daniel? Kenapa pintunya ditutup? Katanya sakit ke--napa bisa ada di sini?" tanya perempuan berhijab itu terbata. Ia melangkah mundur saat pria itu maju. Tatapan nyalang pria bertubuh tinggi itu menyusuri tubuhnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Seolah-olah mata laser itu mampu menembus penghalang yang menutupi seluruh auratnya. "A--apa yang akan kau lakukan? Kenapa jadi seperti ini?"Daniel terbahak hingga suaranya menggema di seluruh ruangan. Langkahnya semakin maju hingga membuat Diana tersudut di ujung sofa. Tangannya menggapai tangan Diana. Namun gadis itu menghindar. "Kamu mau main-main denganku? Kamu pikir aku sudi melayanimu hah?""Apa maksudmu? Aku ke sini hanya mau membayar utang. Dan itu bubur pesananmu. Permisi, aku mau pulang!" ucap Diana sambil berjalan menuju pintu.
Read more

Selamat

Perlahan tangan Daniel terulur dan membuak ikatan di tangan Diana. Melepas sweater yang dipakainya dan menyerahkan pada gadis itu.Dengan suara gemetar ia berkata, "pakailah, dan pulanglah sekarang sebelum teman-temanku memangsamu!" Dengan gerakan cepat Diana membenahi pakaiannya. Memakai kembali kerudung yang lepas dan menutup tubuh atasnya akibat gamisnya yang robek dengan sweater pemberian Daniel. Menyambar tasnya dan berlari menuju pintu. Tanpa memedulikan beberapa orang yang hendak masuk ke dalam apartemen, Diana terus berlari tanpa alas kaki. Ia bahkan meninggalkan motornya di basment dan langsung mencari taxi. Dalam perjalanan ia memejamkan mata menetralkan degub jantungnya yang bertalu-talu. Ucapan syukur tak lupa selalu mbasahi bibirnya karena Allah telah menyelamatkan. ***Diana mengatur napas sebelum masuk ke gerbang rumahnya. Menetralkan kegugupannya agar tidak kentara ia habis mengalami hal yang mengerikan.
Read more

Hari Pernikahan

Diana kembali luruh saat tubuhnya sempurna masuk ke dalam kamar. Kejadian demi kejadian yang menimpa akhir-akhir ini membuat fisik dan jiwanya lelah. Belum hilang trauma akibat perbuatan Desta, ia harus menanggung rasa sama akibat pria asing yang berpura-pura menjadi pahlawannya. Siapa sangka pria itu tega menjebak dirinya. Jiwanya yang belum stabil kini kembali terguncang. Dulu, setiap kali ia memiliki masalah dengan rekan kerjanya karena beda pendapat atau karena ada yang sengaja menjegalnya, ia akan mengadu pada sang ibu. Dipangkuannya ia akan menceritakan semuanya. Lalu ibu akan membelai surainya sembut dengan nasehat-nasehat yang selalu menenangkan. Namun sepertinya saat ini hal itu tak akan bisa ia lakukan lagi. Orang yang menjadi sandarannya, telah membenci. Menjauhi dan membangun benteng tinggi-tinggi. Cukup lama ia merenungi nasibnya. Andai ia tak punya iman, mungkin sudah dari awal ia berteriak pada kedua orang tuanya dan mengatakan kalau dia
Read more

Mendadak Menikah

Diana tampak kebingungan dengan kedatangan dua perias ini. Belum sempat ia membantah, salah seorang diantara mereka sudah menariknya dan mendudukkan di kursi yang berada di depan meja rias. Tanpa aba-aba, keduanya langsung gerak cepat melakukan tugasnya. Seorang yang berbaju hijau meraih tangan Diana dan mencoretkan sesuatu membentuk lukisan indah di telapak tangannya. Diana menduga itu semacam hiena.Sementara seorang lagi langsung memoleskan sesuatu di wajahnya. Diana yang masih shock dan belum paham dengan apa yang terjadi, hanya bisa bergeming dan mengikuti arahan mereka. "Mbak Diana ini sudah cantik loh, wajahnya juga bersih alami. Tinggal dipoles dikit aja sudah seperti bidadari," ucap wanita berbaju maroon tanpa mengalihkan pandangannya pada wajah Diana yang memang sudah cantik. "Eh, bentar deh, Mbak. Kenapa tiba-tiba aku dirias begini? Kalian salah orang. Yang mau menikah bukan aku loh. Tapi Meta, adikku!" seru Diana tanpa sadar.
Read more

Kenapa Harus Aku?

"Cantik," ucap Desta tanpa sadar yang masih bisa ditangkap telinga Diana. Seketika gadis itu menatapnya bingung. Lalu menunduk kembali. "Tolong siapapun jelaskan apa yang sedang terjadi sekarang? Kenapa aku ada di hadapan laki-laki ini?" teriak Diana dalam hati. Ingin rasanya gadis itu berlari meninggalkan tempat itu agar tidak menjadi pusat perhatian seperti saat ini. Namun suara MC sekali lagi membuatnya mendongak. Ia menatap horor pria di depannya saat tiba-tiba tangannya diraih olehnya. Sebuah cincin bermata biru emerald tersemat indah di jari manisnya. Untuk sesaat ia hanya bisa memandang takjub benda itu. Pikirannya kosong. Hingga ia sadar kalau kini ia sudah menjadi istri seorang Desta Dirgantara. "Tapi kenapa aku yang jadi istrinya? Bagaimana dengan Meta?"Desta menyodorkan tangan kanannya. Seperti robot yang sudah diseting sedemikian rupa, Diana mengikuti instruksi MC dengan kaku. Tak ada ekspresi apapun yang terlihat dari wajah cantik
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status