Home / Romansa / Cinta untuk Tabitha / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cinta untuk Tabitha: Chapter 21 - Chapter 30

48 Chapters

BAB 21 : PACAR VINA?

Pria itu tersenyum lebar. “Harusnya aku yang tanya begitu! Kamu kenapa ada di sini? Sudah pindah kerja ya?” tanya pria itu dengan mata berbinar menatap gadis yang berdiri di depannya. “Iya, Mas!” Tabitha mengangguk. Pria itu adalah Andre, suami Sandra. “Wah, kejutan banget dong! Sejak kapan kamu kerja di sini?” tanya Andre. “Belum lama, Mas! Baru dua bulan yang lalu! Eeng ... Mas Andre juga kerja di sini?” “Hah? Ya iya lah! Memangnya selama ini kamu belum tahu?” Andre terheran-heran. “Belum, Mas!” Tabitha menggeleng, lalu tersenyum malu. Andre tertawa terkekeh. “Ya sudah, nggak apa-apa! Eh, hampir lupa! Aku mau ke kantin dulu ya, Bith! Mau beli titipan Sandra!” ujar Andre. “Ooh … iya, Mas!” Tabitha mengangguk. "Eeh ... Mas! Mas, tunggu dulu!" panggil Anna, tepat sebelum Andre melangkah pergi. "Kenapa?" Andre mengerutkan keningnya. "Mas yang namanya Surya Anemia itu ya? Yang artis itu? Yang host acara kuis buat emak-emak itu?" tanya Anna. "Ooh ... bukan! Nama saya Andre In
Read more

BAB 22 : JOMBLO VS JOMBLO

“Silahkan, Mbak! Ini titipan dari Pak Andre ya!” ujar resepsionis itu, sambil tersenyum ramah. “Iya, terimakasih!” Tabitha balas tersenyum sambil menerima bungkusan berisi kotak plastik yang diulurkan kepadanya. Harum dimsum sedikit menyelusup keluar, dan langsung menggoda perut Tabitha yang mulai terasa lapar. Dari balik dinding kaca yang membatasi antara ruang resepsionis dengan ruang kantor di belakangnya, terlihat seorang pria baru melangkah keluar dari sebuah ruangan. Pria itu tersenyum gembira ketika melihat Tabitha sedang menenteng sebuah bungkusan plastik di tangannya. Pria itu segera mempercepat langkah kakinya dan mengejar gadis itu. “Bith!” panggil Andre, pria itu. Tabitha menoleh, wajahnya sedikit heran ketika melihat kemunculan Andre. “Loh, Mas? Memang sudah selesai rapatnya?” tanya Tabitha. Andre tersenyum. “Iya nih, sudah! Ternyata rapatnya nggak selama yang aku kira! Eh, kita pulang bareng aja yuk!” ajaknya. “Loh, kok bareng?” Tabitha bingung. “Ya ngga
Read more

BAB 23 : DIA

Duuh … kenapa lama banget sih rapatnya? Tabitha mengeluh sambil memegang perutnya yang terasa lapar. Tadi pagi dia memang belum sempat sarapan karena terlalu sibuk menyiapkan berkas untuk survei lokasi yang akan menjadi tempat pelaksanaan acara Employee Day dari kantornya. Selaku sekretaris panitia, memang sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menyiapkan berkas-berkas itu. “Mas Fajar, kapan selesainya sih? Masih lama, ya?” tanya Tabitha. "Memang kenapa?" Fajar, rekan kerja Tabitha yang terpilih untuk menjadi ketua panitia, balik bertanya. "Lapar nih, Mas!" ujar Tabitha dengan berbisik sambil menunjuk perutnya. “Sabaar…! Sebentar lagi juga selesai! Tadi pagi memangnya kamu nggak sarapan?” tanya Fajar. Tabitha menggeleng. “Nggak!” jawabnya. Fajar terkejut. “Ya ampun, Bitha! Bagaimana sih kamu? Kamu kan tahu hari ini kita pasti sibuk, kenapa pake acara nggak sarapan dulu tadi? Setelah rapat ini selesai kita masih harus tunggu ownernya datang dulu loh, Bith! Kalau mereka
Read more

BAB 24 : TABITHA HILANG!

Seandainya Tabitha belum berjanji kepada Fajar untuk tetap berada di sampingnya, saat ini gadis itu pasti lebih memilih kabur, bersembunyi, menghilang dari pandangan, daripada ikut berjalan bersama ketiga pria itu. Fajar, Pak Ferdinan, dan terutama ... Pak Adriano. Bagaimana tidak? Tubuh tinggi tegapnya yang menawan dengan dada bidang, dengan bulu-bulu halus dan lebat di kedua lengannya, dengan rambut hitam berkilaunya, dengan wajahnya yang tampan, seolah sosok pria itu adalah pahatan yang nyaris sempurna karya Sang Maha Pencipta, sedari tadi rupanya berhasil mengintimidasi setiap syaraf persendian di tubuh gadis itu. Setiap kali pria itu berjalan dan hampir mendekatinya, setiap kali itu pula Tabitha merasa tubuhnya lemas, seolah tidak mampu lagi untuk beranjak dari sudutnya. Dan, setiap kali pria itu memandang ke arahnya dengan sorot mata cokelatnya yang tajam, maka setiap kali itu pula Tabitha akan membeku di tempat. Apalagi yang bisa Tabitha harapkan saat ini kecuali jubah tid
Read more

BAB 25 : YOU MAKE ME FEEL ....

“Kalau teman kalian tidak ada di sini, dan juga tidak ada bersama mereka, apa itu artinya ... you left her at the resort? Kalian tinggalkan dia di resort?” tanya Adriano.Tidak ada jawaban.Kelima pemuda pemudi itu hanya terdiam, saling melempar pandangan. Dan, memang tidak perlu ada jawaban. Ekspresi kebingungan di wajah mereka, serta gerak saling melempar pandangan saja sudah cukup menjadi isyarat bahwa memang tidak ada satu pun dari antara mereka berlima yang tahu di mana keberadaan Tabitha saat ini.“Lebih baik kalian segera putar balik, dan kembali ke Jakarta sebelum terlalu malam! Situasi di jalan buntu ini masih belum aman untuk kalian!” ujar Adriano, tenang, sebelum berlalu.Melihat Adriano melangkah pergi meninggalkan mereka, pemuda yang bernama Fajar langsung panik. Pemuda itu berlari mengejar pria yang sudah hampir masuk ke dalam mobilnya.“Pak! Tunggu! Pak Adriano!” panggil pemuda itu.Gerak tangan Adriano berhenti saat hendak menutup pintu. Pria itu menatap pemuda yang sud
Read more

BAB 26 : HOAX!

“Bitha, lo ada di mana sekarang?” tanya Anna. Jam lima pagi gadis bermata sipit, berbadan sedikit gemuk, dengan rambut keriting sebahu itu sudah membangunkan Tabitha dengan panggilan teleponnya. Tabitha yang masih setengah mengantuk menjawab dengan malas.“Di kamar! Kenapa?”“Hah? Di kamar? Kamar siapa? Kamar Mister Vampir?”“Astaga! Parah lo, Na!” sembur Tabitha.Anna tertawa terbahak.“Kan gue cuma tanya!” ujarnya, kemudian.“Ya di kamar gue lah!”“Ooh ... lo udah di kos-kosan? Alhamdulillaah...! Gue tuh hampir nggak bisa tidur semalaman gara-gara bingung mikirin lo tahu! Lo nggak diapa-apain kan sama Mister Vampir semalam?”“Nggak!"“Syukurlaah...! Berarti ... pagi ini lo tetap masih perawan dong ya?”“Annaaa...! Ngeres banget sih lo!”Anna tertawa terbahak lagi.“Dia itu orang baik, Na! Dia sama sekali nggak jahil sama gue! Yang ada tuh malah kalian yang tega banget sama gue kemarin! Masa’ gue ditinggal pulang sih? Kalau semalam gue sampe nggak bisa balik ke Jakarta, gue nggak tah
Read more

BAB 27 : TUNANGAN

Sudah berminggu-minggu berlalu, tetapi suasana di kantin masih tidak nyaman untuk Tabitha. Setiap kali melihat Tabitha, seluruh karyawan baik pria atau wanita yang sedang makan di sana, yang sudah menikah atau yang masih lajang, masih ada saja beberapa yang memperhatikan Tabitha dari ujung kepala sampai ke ujung kakinya sambil saling berbisik di antara mereka.“Udah, lo cuek aja! Masih untung mereka nggak ada yang pasang muka jutek sama lo kan! Cuma dilihatin aja sih biarin aja kali! Nggak usah lo ambil hati! Yang penting, sekarang lo cepat habisin sarapan lo! Waktunya kita masuk kantor nih! Oke?”Anna menunjukkan jam di pergelangan tangannya.“Iya, tapi mana bisa gue makan kalau sambil dilihatin sama mereka, Na! Seakan-akan gue ini makhluk alien baru datang dari planet lain kali ya! Lama-lama gue bisa kapok makan di kantin!”Anna tertawa terkekeh.“Udah resiko! Namanya juga lagi digosipin punya affair sama selebritis kantor ya begitu! Untung cuma sama selebritis kantor! Coba kalo sele
Read more

BAB 28 : SABAAR!

Jam pulang kantor sudah lama lewat, tetapi Tabitha masih betah berada di ruang kerjanya. Beberapa pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan esok hari malah sudah dia selesaikan hari ini. Sedangkan Anna sudah pulang sejak sore tadi. Dan, gadis itu hanya bisa geleng-geleng kepala sewaktu Tabitha bilang dia mau kerja lembur malam ini.“Udah tadi siang lo asyik makan sendirian tanpa ngajak gue! Sekarang lo mau kerja lembur sendirian juga? Ada apakah dengan lo hari ini, Tabitha?” tanya Anna, sedikit merajuk tadi.Tabitha meringis.“Maaf, Na! Gue nggak ada apa-apa kok! Cuma lagi malas pulang cepat-cepat aja!"“Oke! Gue percaya aja deh sama lo! Gue mau pulang duluan ya! Tapi, lo harus tahu kalo gue adalah teman yang bisa lo percaya, Tabitha! Kalo memang lo lagi ada masalah, lo bisa cerita sama gue kok! Anytime, besti! Dan gue jamin rahasia lo tetap aman sama gue!” Anna menunjukkan mimik wajah serius.“Siap, Na! Makasih banyak ya!" Tabitha tersenyum.Akhirnya, Anna pasrah karena bibir merah mu
Read more

BAB 29 : JATUH SAKIT

Seorang pria berkulit putih kecokelatan melangkah keluar dari toko perhiasan dengan senyum tipis terukir di wajahnya yang tampan. Langkah kakinya panjang, sepanjang harapannya bahwa benda berharga yang saat ini tersimpan aman di dalam saku jasnya tidak lama lagi akan berpindah ke tangan seorang gadis yang berhasil membuat dia jatuh cinta.Setelah itu, dia bertekad gadis itu harus menjadi miliknya. Dan, dia sudah separuh yakin bahwa tekadnya pasti berhasil.Namun, di belakangnya, seorang gadis yang lain rupanya sedang diam-diam mengikuti langkah kakinya. Di tangan gadis itu, ada kamera ponsel yang sedari tadi selalu terarah kepadanya. Beberapa foto dirinya pun sudah berhasil diambil. Entah apa yang akan dilakukan oleh gadis itu dengan foto-foto dirinya nanti.Setelah merasa puas melihat hasil foto-foto yang diambilnya, gadis itu tersenyum licik. Jari tangannya yang putih kurus men-scroll daftar nama kontak yang tersimpan di ponselnya. Kemudian, dia memilih satu nama. Dan, nama itu adala
Read more

BAB 30 : MEMILIKIMU DARI JAUH

Fajar langsung bergegas keluar dari kamar Tabitha. Langkahnya sangat tergesa-gesa. Wajahnya kelihatan panik. Seorang gadis memperhatikannya dengan keheranan."Mas! Mas Fajar!" panggil gadis itu.Fajar menoleh."Eh kamu, Nda! Kenapa?""Nggak! Nggak kenapa-kenapa! Mas mau ke mana?" tanya Nanda, gadis itu."Ooh ... mau cari bantuan buat Bitha!""Hah?" Nanda terjejut."Bantuan buat Bitha? Memangnya Bitha kenapa, Mas?" tanyanya."Bitha sakit! Eh, sudah dulu ya! Saya lagi buru-buru soalnya. Maaf, Nda!" Fajar segera berlalu."Ooh ... iya, Mas!"Tabitha mencubit lengan Anna yang berdiri di samping tempat tidurnya.“Aduh ... duuh ... Bith! Sakit, tahu!” Anna mengaduh kesakitan.“Lo cerita sama Fajar ya, kalau gue sakit dari semalam?” tanya Tabitha, galak.“Iya. Lah kan memang bener! Gue nggak bohong kan?”Anna membela diri.“Iya. Tapi, harusnya kan nggak usah cerita, Na!”“Harus, Bitha! Biar Fajar tahu kondisi lo yang sebenarnya, kalau lo tuh sakitnya memang sudah dari semalam!”“Tapi kan ....”
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status