Seandainya Tabitha belum berjanji kepada Fajar untuk tetap berada di sampingnya, saat ini gadis itu pasti lebih memilih kabur, bersembunyi, menghilang dari pandangan, daripada ikut berjalan bersama ketiga pria itu. Fajar, Pak Ferdinan, dan terutama ... Pak Adriano. Bagaimana tidak? Tubuh tinggi tegapnya yang menawan dengan dada bidang, dengan bulu-bulu halus dan lebat di kedua lengannya, dengan rambut hitam berkilaunya, dengan wajahnya yang tampan, seolah sosok pria itu adalah pahatan yang nyaris sempurna karya Sang Maha Pencipta, sedari tadi rupanya berhasil mengintimidasi setiap syaraf persendian di tubuh gadis itu. Setiap kali pria itu berjalan dan hampir mendekatinya, setiap kali itu pula Tabitha merasa tubuhnya lemas, seolah tidak mampu lagi untuk beranjak dari sudutnya. Dan, setiap kali pria itu memandang ke arahnya dengan sorot mata cokelatnya yang tajam, maka setiap kali itu pula Tabitha akan membeku di tempat. Apalagi yang bisa Tabitha harapkan saat ini kecuali jubah tid
Read more