Semua Bab Cinta untuk Tabitha: Bab 11 - Bab 20

48 Bab

BAB 11

Mama hobi selingkuh!Siapa sebenarnya papanya Vina?Bukan papa?Kata-kata Dian masih terngiang-ngiang dan terdengar bagai petir yang terus menyambar di telinga Vina, adiknya. Dan terdengar bagai granat di telinga Ambar, ibu tirinya.Ambar berdiri mematung.Vina ternganga.Mama ... jadi ... Vina itu bukan ... bukan anak papa?Vina jatuh terduduk lemas.“PERGI KAMU, DIAN! MULUT KAMU ITU SUDAH LANCANG SAMA MAMA! MAMA NGGAK MAU LIHAT KAMU LAGI!” teriak Ambar, histeris, tanpa menyadari bahwa putri keduanya sudah terduduk lemas di lantai, di samping kakinya.Emosi Ambar meledak. Marah, kecewa, malu, campur aduk menjadi satu."Ooh ... jadi sekarang Mama juga berani mengusir Dian? Kenapa, Ma? Mama malu karena ternyata Dian sudah lama tahu rahasia Mama? Nggak usah, Ma! Nggak usah malu! Mama juga nggak usah usir Dian! Dian juga sudah lama ingin pergi dari rumah ini! Walau sebenarnya ini rumah Dian! Mama yang dulu datang ke rumah ini! Jadi seharusnya Mama yang keluar kan? Dian menyesal, Ma! Terny
Baca selengkapnya

BAB 12

Bapak! Ibu! Dilla! Rangga!Air mata Tabitha merembes seketika.“Ibuuu...!”Bitha langsung berlari menghambur ke pelukan Lasmi. Tangis Ibu dan anak itu pecah. Keduanya lantas saling berpelukan sambil menangis tersedu-sedu. Kerinduan dan penyesalan bertumpuk menjadi satu.“Ibuuu...! Bitha kangen sama Ibu! Bitha minta maaf ya, Bu! Maafkan Bitha, Bu!”“Iya, Nduk! Iya!”Lasmi tidak mampu berkata banyak. Cukup air mata yang mengalir deras yang memberi jawaban untuk semua pertanyaan, sekaligus menjadi pernyataan untuk semua yang tidak mampu terucapkan.“Bapaaak...!”Tabitha lantas memeluk Rismanto yang berdiri di samping Lasmi.“Maafkan Bitha ya, Pak! Bitha minta maaf!”“Iya, Nduk! Iya! Bapak sudah memaafkan kamu!” Rismanto berkata dengan suara terbata-bata.“Bapak dan Ibu juga minta maaf ya, Nduk! Maafkan kami! Kami juga sudah buat salah sama kamu! Kami lupa memikirkan perasaan kamu! Kamu mau memaafkan Ibu dan Bapak kan, Nduk? Mau ya?” tanya Rismanto dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk
Baca selengkapnya

BAB 13 : INI CINTA?

“Pare satu, tahu putih satu, kentang satu, kol satu, sisanya siomay ya, Bang!” ujar Tabitha.“Siaap! Suka makan pare juga, Neng?” tanya Abang penjual siomay sambil memindahkan siomay pesanan Tabitha dari panci kukusan besar ke atas piring.“Suka lah, Bang!”“Lah, pare kan pahit, Neng!”“Ah, biasa aja kok! Kalau pahitnya pare aja sudah nggak suka, bagaimana mau jalani pahitnya kehidupan, Bang?”“Ciaelaa ...." Abang penjual siomay langganan Tabitha itu tertawa tergelak."Si eneng bisa aja ya!" ujarnya.Puas tertawa, dengan cekatan pria setengah tua itu mulai memotong-motong siomay di atas piring sebelum memindahkannya ke dalam kotak makan kosong milik Tabitha.Memang begitu kebiasaan gadis muda itu.Abang penjual siomay yang biasa mangkal di belakang gedung kampusnya itu pun sudah maklum akan kebiasaannya. Masih saja enggan untuk sekedar makan sebentar sambil berkumpul bersama rekan mahasiswi atau mahasiswa yang juga sedang menikmati sepiring siomay di dekatnya.Gadis itu lebih suka mena
Baca selengkapnya

BAB 14 : PACAR?

Tabitha tertegun. Rino sudah punya pacar? “Serius lo, San?” tanyanya. “Ya serius lah! Ngapain juga gue bercanda soal si Rino? Apa asyiknya sih?" sahut Sandra. "Eh, lo ... kenapa?” Sandra mengerutkan keningnya. Gadis itu menangkap ada perubahan ekspresi di wajah Tabitha. “Lo ... lo nggak jatuh cinta sama Rino kan, Bith?” tanya Sandra, hati-hati. Tabitha menggeleng. “Nggak! Nggak mungkin lah!” bantah Tabitha, lalu tertawa kecil sambil membuang muka. Menyembunyikan perasaan terkejut sekaligus sedihnya. “Ooh ... syukurlah kalo nggak!” Sandra menarik nafas lega. Kalau mau jujur, Sandra sebenarnya tidak seratus persen percaya pada apa yang baru saja diucapkan oleh Tabitha. Setelah hampir dua tahun dia mengenal Tabitha sebagai teman yang paling dekat dengannya di kampus, dia merasa sudah memahami hampir setiap perilaku gadis itu. Sorot mata penuh cinta dari Tabitha untuk Rino yang selalu tergambar jelas di mata bulatnya setiap kali Tabitha menatap sosok pemuda itu, terlalu
Baca selengkapnya

BAB 15 : MOVE ON

Sakitnya akan terasa nggak ya? Atau ... aku malah sama sekali nggak akan sempat merasakan sakitnya, dan langsung pergi ke alam baka, begitu? Sekali lagi, gadis itu melihat ke bawah. “Ada di mana dia, San? Lu yakin kita kagak salah tempat ini ya? Beneran ini dia ada di sini? Kalo kita salah tempat yang ada dia malah udah mejret duluan nanti, San! Dia keburu lompat dah ke bawah!” ujar Anwar, kawatir. “Iiissh ... berisik! Sembarangan banget sih lo kalo ngomong! Doain aja dia itu masih baik-baik aja gitu kenapa sih! Bisa nggak sih lo?" protes Sandra sambil melotot. “Iya! Iya! Semoga itu bocah masih sehat wal afiat dah ya! Jangan sampe lompat dulu kèk! Tunggu sampe kita udah dateng aja gitu, baru dah dia boleh lompat gitu ya!” Sandra tambah melotot. Anwar langsung mingkem. “Lo bisa diam nggak, War? Mendingan lo nggak usah ngomong aja deh sekalian!” bentak Sandra. “Iya, ini gua udah diem! Udah mingkem! Masih salah aja sih kalo gua ngomong di depan lu! Makanya lu kalo lagi ngo
Baca selengkapnya

BAB 16 : SANDRA SELINGKUH?

“Yang mana calon suami lo?” tanya Tabitha. “Itu! Cowok yang duduk di meja ujung itu!” tunjuk Sandra. Jari telunjuknya mengarah ke seorang pria yang duduk tidak jauh dari sudut mereka berdiri. Tabitha memandang pria itu, yang langsung bangkit dari duduknya ketika melihat Sandra, dan memamerkan senyum manisnya. Pria yang tampan. Tubuh tinggi tegap dengan bahu lebar. Kulit sawo matang. Penampilannya sangat rapi dengan setelan formal, celana panjang bahan katun dengan kemeja, lengkap dengan dasinya. Tipe pria yang sudah dewasa dan mapan. “Itu calon suami lo?” bisik Tabitha. "Iya!" Sandra mengangguk. “Keren ya? Ganteng juga sih sebenarnya! Tapi ... gue nggak cinta!” ujar Sandra. Tabitha terkejut. “Kalo lo nggak cinta, kenapa lo mau waktu dijodohin sama dia?” Tabitha menatap Sandra, bingung. Sandra mengangkat bahu. “Nggak tahu. Mungkin karena ... gue lihat dia cowok yang baik kali ya? Penyabar juga, sabar menghadapi gue yang suka plin-plan dan gampang marah sama dia. Jadi yaa ... k
Baca selengkapnya

BAB 17 : PRIA SELINGKUHAN SANDRA

Sandra selingkuh? Nggak salah tuh? Ada apa sebenarnya dengan Sandra? Apa sih yang dilakukan si jantan itu sama Sandra sampai Sandra jadi nggak takut kehilangan Andre, dan lebih memilih pria yang sosoknya aja baru dia kenal? Ya Tuhan! Tabitha geleng-geleng kepala. Ke mana perginya Sandra yang pernah ngajarin aku untuk bisa menerima perjodohan, dan belajar untuk mencintai? “Bith? Bitha!” Suara Sandra di seberang telepon mengejutkan Tabitha. Membuat dia tersadar bahwa gagang telepon itu masih ada dalam genggamannya, dan masih menempel di telinganya. “Iya! Kenapa?” sahut Tabitha. “Gimana? Lo mau kan temani gue nanti malam ya? Mau kan ya?” tanya Sandra. Nada suaranya terdengar memelas. Tabitha merasa malas. "Lo temui dia sendiri aja kenapa sih?" ujarnya. "Nggak mau! Pokoknya lo harus mau temani gue! Gue kan butuh pendapat lo juga tentang dia!" balas Sandra. Tabitha menghela nafasnya. Berat. “Hmm ... memangnya … kalau ketemuannya besok pas hari Sabtu aja nggak bisa ya?”
Baca selengkapnya

BAB 18 : ANAK GUGUK BUKAN ANAK ORANG

Tabitha merasa kecewa. Dia merasa dibohongi oleh Sandra. Ingin rasanya dia mengamuk saat ini juga. Memarahi pria itu, memaki-makinya, dan juga Sandra. Tetapi, rasanya kok kenapa tidak pantas ya? Apa dia memang punya hak untuk memarahi mereka? Apa dia punya hak untuk mengatur kehidupan Sandra? Tabitha mulai meragukan emosinya. Baiklah, kalau begitu ... mungkin lebih baik kalau aku tutup mata saja. Tetap "diam" dan melupakan semua yang pernah aku dengar? Anggap saja aku memang nggak tahu apa-apa tentang ulah mereka? Tabitha sibuk berkutat dengan pikirannya. “Apa ... Anda tahu kalau sebenarnya dia ... dia sudah menikah?” Tetapi, akhirnya Tabitha tidak tahan juga untuk bertanya. Pria itu menatap Tabitha. Kelihatan sedikit heran dengan pertanyaan yang baru saja diajukan oleh gadis cantik yang duduk di hadapannya. “Iya, saya tahu! Apa ada masalah dengan itu?” Kening pria itu sedikit berkerut. Tabitha mulai kesal. Fix! Pria ini ganteng, tapi perebut bini orang! pikirnya. “Oo
Baca selengkapnya

BAB 19 : BAB BARU DIMULAI

Sejauh ini, kisah hidupku memang bukan kisah hidup yang dramatis, penuh dengan derai air mata. Tidak ada cerita tentang perceraian, perselingkuhan suami, atau mertua jahat seperti yang sering kubaca di novel-novel online selama ini. Juga tidak ada cerita tentang azab dari Tuhan seperti yang sering kutonton di televisi bersama ibu, bapak dan Dilla dulu. Sejauh ini, ya memang hanya seperti ini kisah hidupku. Aku juga bukan anak sultan yang punya banyak uang, karena orangtuaku memang hanya pengrajin batik kecil-kecilan. Keluarga kami cuma punya toko batik kecil di tengah pasar di pusat kota, dan sebidang tanah yang di atasnya dibangun sebuah rumah tempat kami tinggal, serta sedikit lahan kecil tempat Bapak memproduksi kain batiknya. Ya, aku memang hanya anak gadis biasa yang pergi merantau sendirian ke Ibukota. Aku belum tahu tentang perceraian, perselingkuhan suami, atau tentang pertengkaran suami dan isteri dalam rumah tangga, yaa ... karena aku memang belum menikah. Aku masih
Baca selengkapnya

BAB 20 : KETEMU DEMIT

Seperti petir di siang bolong yang berbunyi tepat di depan gendang telinganya, suara itu berhasil membuat Tabitha terkejut. Tabitha lantas menoleh ke belakang, dan memandang seorang gadis yang sekarang sedang berdiri di hadapannya. Vina. Putri kedua Bu Ambar yang ternyata sudah setahun lebih dulu diterima bekerja di perusahaan yang sama dengan Tabitha. Setelah sekian lama mereka berdua tidak bertemu, kenapa mereka harus bertemu di sini? Tabitha menelan ludah. Tuhan, cobaan apa lagi ini? Tabitha menghela nafasnya. Sabaar ... ya, Tabitha! Tabitha mengelus dada. “Bisa sopan sedikit tidak bicaranya? Maksud kamu apa sih? Kok saya tidak mengerti ya?” sahut Tabitha. Tetap berusaha tenang, itu yang sedang Tabitha coba lakukan. Walaupun di dalam hati rasanya dia ingin sekali menarik rambut panjang sebahu milik gadis yang selalu memandangnya rendah dan hina sejak dulu itu. Bahkan hingga saat ini, sepertinya. Dulu, ketika Tabitha menumpang tinggal di rumah keluarga gadis itu, dia sudah dip
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status