“Pare satu, tahu putih satu, kentang satu, kol satu, sisanya siomay ya, Bang!” ujar Tabitha.“Siaap! Suka makan pare juga, Neng?” tanya Abang penjual siomay sambil memindahkan siomay pesanan Tabitha dari panci kukusan besar ke atas piring.“Suka lah, Bang!”“Lah, pare kan pahit, Neng!”“Ah, biasa aja kok! Kalau pahitnya pare aja sudah nggak suka, bagaimana mau jalani pahitnya kehidupan, Bang?”“Ciaelaa ...." Abang penjual siomay langganan Tabitha itu tertawa tergelak."Si eneng bisa aja ya!" ujarnya.Puas tertawa, dengan cekatan pria setengah tua itu mulai memotong-motong siomay di atas piring sebelum memindahkannya ke dalam kotak makan kosong milik Tabitha.Memang begitu kebiasaan gadis muda itu.Abang penjual siomay yang biasa mangkal di belakang gedung kampusnya itu pun sudah maklum akan kebiasaannya. Masih saja enggan untuk sekedar makan sebentar sambil berkumpul bersama rekan mahasiswi atau mahasiswa yang juga sedang menikmati sepiring siomay di dekatnya.Gadis itu lebih suka mena
Baca selengkapnya