Home / Romansa / Cinta untuk Tabitha / BAB 14 : PACAR?

Share

BAB 14 : PACAR?

Author: AYA RAYA
last update Last Updated: 2022-06-28 11:28:35
Tabitha tertegun.

Rino sudah punya pacar?

“Serius lo, San?” tanyanya.

“Ya serius lah! Ngapain juga gue bercanda soal si Rino? Apa asyiknya sih?" sahut Sandra.

"Eh, lo ... kenapa?” Sandra mengerutkan keningnya. Gadis itu menangkap ada perubahan ekspresi di wajah Tabitha.

“Lo ... lo nggak jatuh cinta sama Rino kan, Bith?” tanya Sandra, hati-hati.

Tabitha menggeleng.

“Nggak! Nggak mungkin lah!” bantah Tabitha, lalu tertawa kecil sambil membuang muka. Menyembunyikan perasaan terkejut sekaligus sedihnya.

“Ooh ... syukurlah kalo nggak!” Sandra menarik nafas lega.

Kalau mau jujur, Sandra sebenarnya tidak seratus persen percaya pada apa yang baru saja diucapkan oleh Tabitha. Setelah hampir dua tahun dia mengenal Tabitha sebagai teman yang paling dekat dengannya di kampus, dia merasa sudah memahami hampir setiap perilaku gadis itu.

Sorot mata penuh cinta dari Tabitha untuk Rino yang selalu tergambar jelas di mata bulatnya setiap kali Tabitha menatap sosok pemuda itu, terlalu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 15 : MOVE ON

    Sakitnya akan terasa nggak ya? Atau ... aku malah sama sekali nggak akan sempat merasakan sakitnya, dan langsung pergi ke alam baka, begitu? Sekali lagi, gadis itu melihat ke bawah. “Ada di mana dia, San? Lu yakin kita kagak salah tempat ini ya? Beneran ini dia ada di sini? Kalo kita salah tempat yang ada dia malah udah mejret duluan nanti, San! Dia keburu lompat dah ke bawah!” ujar Anwar, kawatir. “Iiissh ... berisik! Sembarangan banget sih lo kalo ngomong! Doain aja dia itu masih baik-baik aja gitu kenapa sih! Bisa nggak sih lo?" protes Sandra sambil melotot. “Iya! Iya! Semoga itu bocah masih sehat wal afiat dah ya! Jangan sampe lompat dulu kèk! Tunggu sampe kita udah dateng aja gitu, baru dah dia boleh lompat gitu ya!” Sandra tambah melotot. Anwar langsung mingkem. “Lo bisa diam nggak, War? Mendingan lo nggak usah ngomong aja deh sekalian!” bentak Sandra. “Iya, ini gua udah diem! Udah mingkem! Masih salah aja sih kalo gua ngomong di depan lu! Makanya lu kalo lagi ngo

    Last Updated : 2022-07-04
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 16 : SANDRA SELINGKUH?

    “Yang mana calon suami lo?” tanya Tabitha. “Itu! Cowok yang duduk di meja ujung itu!” tunjuk Sandra. Jari telunjuknya mengarah ke seorang pria yang duduk tidak jauh dari sudut mereka berdiri. Tabitha memandang pria itu, yang langsung bangkit dari duduknya ketika melihat Sandra, dan memamerkan senyum manisnya. Pria yang tampan. Tubuh tinggi tegap dengan bahu lebar. Kulit sawo matang. Penampilannya sangat rapi dengan setelan formal, celana panjang bahan katun dengan kemeja, lengkap dengan dasinya. Tipe pria yang sudah dewasa dan mapan. “Itu calon suami lo?” bisik Tabitha. "Iya!" Sandra mengangguk. “Keren ya? Ganteng juga sih sebenarnya! Tapi ... gue nggak cinta!” ujar Sandra. Tabitha terkejut. “Kalo lo nggak cinta, kenapa lo mau waktu dijodohin sama dia?” Tabitha menatap Sandra, bingung. Sandra mengangkat bahu. “Nggak tahu. Mungkin karena ... gue lihat dia cowok yang baik kali ya? Penyabar juga, sabar menghadapi gue yang suka plin-plan dan gampang marah sama dia. Jadi yaa ... k

    Last Updated : 2022-07-05
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 17 : PRIA SELINGKUHAN SANDRA

    Sandra selingkuh? Nggak salah tuh? Ada apa sebenarnya dengan Sandra? Apa sih yang dilakukan si jantan itu sama Sandra sampai Sandra jadi nggak takut kehilangan Andre, dan lebih memilih pria yang sosoknya aja baru dia kenal? Ya Tuhan! Tabitha geleng-geleng kepala. Ke mana perginya Sandra yang pernah ngajarin aku untuk bisa menerima perjodohan, dan belajar untuk mencintai? “Bith? Bitha!” Suara Sandra di seberang telepon mengejutkan Tabitha. Membuat dia tersadar bahwa gagang telepon itu masih ada dalam genggamannya, dan masih menempel di telinganya. “Iya! Kenapa?” sahut Tabitha. “Gimana? Lo mau kan temani gue nanti malam ya? Mau kan ya?” tanya Sandra. Nada suaranya terdengar memelas. Tabitha merasa malas. "Lo temui dia sendiri aja kenapa sih?" ujarnya. "Nggak mau! Pokoknya lo harus mau temani gue! Gue kan butuh pendapat lo juga tentang dia!" balas Sandra. Tabitha menghela nafasnya. Berat. “Hmm ... memangnya … kalau ketemuannya besok pas hari Sabtu aja nggak bisa ya?”

    Last Updated : 2022-07-06
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 18 : ANAK GUGUK BUKAN ANAK ORANG

    Tabitha merasa kecewa. Dia merasa dibohongi oleh Sandra. Ingin rasanya dia mengamuk saat ini juga. Memarahi pria itu, memaki-makinya, dan juga Sandra. Tetapi, rasanya kok kenapa tidak pantas ya? Apa dia memang punya hak untuk memarahi mereka? Apa dia punya hak untuk mengatur kehidupan Sandra? Tabitha mulai meragukan emosinya. Baiklah, kalau begitu ... mungkin lebih baik kalau aku tutup mata saja. Tetap "diam" dan melupakan semua yang pernah aku dengar? Anggap saja aku memang nggak tahu apa-apa tentang ulah mereka? Tabitha sibuk berkutat dengan pikirannya. “Apa ... Anda tahu kalau sebenarnya dia ... dia sudah menikah?” Tetapi, akhirnya Tabitha tidak tahan juga untuk bertanya. Pria itu menatap Tabitha. Kelihatan sedikit heran dengan pertanyaan yang baru saja diajukan oleh gadis cantik yang duduk di hadapannya. “Iya, saya tahu! Apa ada masalah dengan itu?” Kening pria itu sedikit berkerut. Tabitha mulai kesal. Fix! Pria ini ganteng, tapi perebut bini orang! pikirnya. “Oo

    Last Updated : 2022-07-18
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 19 : BAB BARU DIMULAI

    Sejauh ini, kisah hidupku memang bukan kisah hidup yang dramatis, penuh dengan derai air mata. Tidak ada cerita tentang perceraian, perselingkuhan suami, atau mertua jahat seperti yang sering kubaca di novel-novel online selama ini. Juga tidak ada cerita tentang azab dari Tuhan seperti yang sering kutonton di televisi bersama ibu, bapak dan Dilla dulu. Sejauh ini, ya memang hanya seperti ini kisah hidupku. Aku juga bukan anak sultan yang punya banyak uang, karena orangtuaku memang hanya pengrajin batik kecil-kecilan. Keluarga kami cuma punya toko batik kecil di tengah pasar di pusat kota, dan sebidang tanah yang di atasnya dibangun sebuah rumah tempat kami tinggal, serta sedikit lahan kecil tempat Bapak memproduksi kain batiknya. Ya, aku memang hanya anak gadis biasa yang pergi merantau sendirian ke Ibukota. Aku belum tahu tentang perceraian, perselingkuhan suami, atau tentang pertengkaran suami dan isteri dalam rumah tangga, yaa ... karena aku memang belum menikah. Aku masih

    Last Updated : 2022-08-30
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 20 : KETEMU DEMIT

    Seperti petir di siang bolong yang berbunyi tepat di depan gendang telinganya, suara itu berhasil membuat Tabitha terkejut. Tabitha lantas menoleh ke belakang, dan memandang seorang gadis yang sekarang sedang berdiri di hadapannya. Vina. Putri kedua Bu Ambar yang ternyata sudah setahun lebih dulu diterima bekerja di perusahaan yang sama dengan Tabitha. Setelah sekian lama mereka berdua tidak bertemu, kenapa mereka harus bertemu di sini? Tabitha menelan ludah. Tuhan, cobaan apa lagi ini? Tabitha menghela nafasnya. Sabaar ... ya, Tabitha! Tabitha mengelus dada. “Bisa sopan sedikit tidak bicaranya? Maksud kamu apa sih? Kok saya tidak mengerti ya?” sahut Tabitha. Tetap berusaha tenang, itu yang sedang Tabitha coba lakukan. Walaupun di dalam hati rasanya dia ingin sekali menarik rambut panjang sebahu milik gadis yang selalu memandangnya rendah dan hina sejak dulu itu. Bahkan hingga saat ini, sepertinya. Dulu, ketika Tabitha menumpang tinggal di rumah keluarga gadis itu, dia sudah dip

    Last Updated : 2022-09-08
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 21 : PACAR VINA?

    Pria itu tersenyum lebar. “Harusnya aku yang tanya begitu! Kamu kenapa ada di sini? Sudah pindah kerja ya?” tanya pria itu dengan mata berbinar menatap gadis yang berdiri di depannya. “Iya, Mas!” Tabitha mengangguk. Pria itu adalah Andre, suami Sandra. “Wah, kejutan banget dong! Sejak kapan kamu kerja di sini?” tanya Andre. “Belum lama, Mas! Baru dua bulan yang lalu! Eeng ... Mas Andre juga kerja di sini?” “Hah? Ya iya lah! Memangnya selama ini kamu belum tahu?” Andre terheran-heran. “Belum, Mas!” Tabitha menggeleng, lalu tersenyum malu. Andre tertawa terkekeh. “Ya sudah, nggak apa-apa! Eh, hampir lupa! Aku mau ke kantin dulu ya, Bith! Mau beli titipan Sandra!” ujar Andre. “Ooh … iya, Mas!” Tabitha mengangguk. "Eeh ... Mas! Mas, tunggu dulu!" panggil Anna, tepat sebelum Andre melangkah pergi. "Kenapa?" Andre mengerutkan keningnya. "Mas yang namanya Surya Anemia itu ya? Yang artis itu? Yang host acara kuis buat emak-emak itu?" tanya Anna. "Ooh ... bukan! Nama saya Andre In

    Last Updated : 2022-09-12
  • Cinta untuk Tabitha   BAB 22 : JOMBLO VS JOMBLO

    “Silahkan, Mbak! Ini titipan dari Pak Andre ya!” ujar resepsionis itu, sambil tersenyum ramah. “Iya, terimakasih!” Tabitha balas tersenyum sambil menerima bungkusan berisi kotak plastik yang diulurkan kepadanya. Harum dimsum sedikit menyelusup keluar dan langsung menggoda perut Tabitha yang mulai lapar. Dari balik dinding kaca yang membatasi antara ruang resepsionis dengan ruang kantor di belakangnya terlihat seorang pria baru saja melangkah keluar dari sebuah ruangan. Pria itu tersenyum gembira ketika melihat Tabitha sudah menenteng sebuah bungkusan plastik di tangannya. Pria itu pun segera mempercepat langkah kakinya dan mengejar Tabitha yang hendak melangkah keluar dari kantor itu. “Bitha!” panggil Andre, pria itu. Tabitha menoleh, wajahnya sedikit heran ketika melihat kemunculan Andre. “Loh, Mas? Memangnya sudah selesai rapatnya?” tanya Tabitha. Andre tersenyum. “Iya nih, baru aja selesai! Ternyata rapatnya nggak selama yang aku kira! Eh, kalo gitu ... kita pulang bar

    Last Updated : 2022-09-14

Latest chapter

  • Cinta untuk Tabitha   Bab 48

    Adriano meletakkan file berisi berkas sindikat penjualan manusia itu di atas meja kopi di hadapan Ferdinan, tanpa banyak berucap kata.Ferdinan meliriknya, lantas langsung meletakkan kaleng minuman bersoda yang sedang dipegangnya ke atas meja, dan lekas meraih berkas itu.Tidak perlu waktu lama untuk membuat pria dengan wajah tampan dan garis rahang tegas itu menyunggingkan senyum sumringah ketika menemukan bahwa ada banyak hal yang sudah lama dia selidiki dan dicarinya selama ini, ternyata sudah ada di dalam berkas itu.“Bravo! Jenius! Akhirnya ... kecakapanmu kembali lagi, Teman! Selamat! Alonzo yang aku kenal akhirnya sudah kembali! Benar kan ... sudah kubilang, terlalu lama duduk di belakang meja di perusahaan itu bisa membuat otakmu tumpul! Nah, sekarang ... kapan mau kita selesaikan pekerjaan kita?” Pria itu berkata dengan penuh semangat sambil menutup berkas itu.“Anytime. Kalau memang sudah waktunya ... lakukan saja! I'm in!” sahut Adriano, sambil berjalan menuju pantry, lalu

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 47

    “Are you serious? Kita tidak jadi pulang?” Ferdinan menatap lekat-lekat pria yang tengah duduk di sofa, sibuk berkutat dengan lembaran-lembaran kertas di hadapannya. Sepasang mata cokelat pria itu bergantian menatap layar laptop yang menyala di atas meja kopi di depannya, dan selembar kertas yang berada di tangannya. Pria itu mengangguk yakin, sebagai jawaban untuk pertanyaan yang diajukannya. Astagaa...! Ferdinan mengacak-acak rambutnya sendiri, geram, lalu geleng-geleng kepala. Ah, kalau saja dia tidak mengenal pria bermata cokelat itu sejak puluhan tahun yang lalu, tepatnya sejak mereka masih sama-sama remaja, mungkin saat ini dia sudah menganggap pria yang duduk di hadapannya itu gila dan bodoh. Bahkan, bisa jadi satu kali tinjunya pun sudah bersarang di lambung pria itu. Sekarang, bagaimana dia tidak marah, kalau dengan seenaknya pria itu baru saja bilang bahwa dia sudah membatalkan rencana kepulangan mereka ke Italia, sekaligus membatalkan semua rencana dan strategi yang suda

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 46

    “Tolong ... jangan sakiti aku!” Tabitha meratap. “Sshhht ... siapa yang mau nyakitin lo?” ujar pria itu, masih sambil memeluk tubuh Tabitha. Astaga! Tabitha terperanjat. Suara ... suara itu ... suara itu pernah aku dengar! “Siapa ka ... kamu?" “Ini gue. Masa’ lo udah lupa sama gue? Kan belum lama kita pernah bermesraan!" APA? Tabitha terperanjat lagi. "Lo pasti masih ingat gue kan? Ini gue ... yang waktu itu hampir memperkosa lo, Sayang! Percintaan kita yang panas di kamar hotel gue dulu ... ah, seharusnya kan sangat berkesan buat lo! Lo pasti belum pernah merasakan sentuhan dari tangan lelaki sampai sejauh itu kan, perawan?” Pria itu menyeringai, seolah menertawakan, sambil tangannya mengelus bagian dalam paha Tabitha. Tabitha langsung terlonjak kaget. "Nggaak...! Tolong! Hmmph...!" Pria itu langsung membekap mulut Tabitha lagi. "Ssshhtt ... tenang dong! Jangan berteriak!" bisik pria itu di telinga Tabitha. Suaranya nyaris terdengar bagai hukuman yang tidak berkesu

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 45

    Terdengar suara deru mesin mobil di halaman depan rumah Sandra. Untuk sekian detik hati Tabitha melonjak senang. Dia teringat kebiasaan Adriano yang tanpa bertanya akan langsung datang menjemputnya Tapi, nggak mungkin itu dia! pikir Tabitha, sedih. Sudah beberapa minggu mereka memang tidak saling memberi kabar. Dan .... Betul kan! Memang bukan dia! Tabitha menutup lagi gorden jendela ruang tamu di rumah Sandra dengan wajah muram. “Eh, ada si Neng Tabitha!” tegur Andre, yang kemudian muncul dari balik pintu utama dan mendapati Tabitha sedang duduk di sofa ruang tamunya. “Tahu aja sih kalau malam ini aku bakalan pulang sambil bawa Sate Padang!” Andre tertawa lebar. Tabitha tersenyum kecil. “Nih, makanan kesukaan kamu!” ujar Andre, sambil meletakkan plastik berisi tiga bungkus Sate Padang di hadapan Tabitha. “Waah ... terimakasih, Mas! Wangi bumbunya bikin aku lapar aja!” ujar Tabitha, mulai sumringah. “Pastilah! Aku beli di tukang Sate Padang langgananku! Dari jaman a

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 44

    Ternyata memang sulit untuk menjauhkan diri dari yang namanya Cinta. Ketika kita mencintai seseorang dan kerinduan datang mendera, yang diinginkan hanya satu, selalu berada di dekatnya. Tidak perduli seberapa banyak rintangan yang harus dilewati, atau seberapa besar resiko yang harus dihadapi, semua akan terlihat kecil di depan mata ... kalau mau dihadapi bersama-sama. ~ Lady Rose ~ Tidak tahu apa yang harus dilakukan, juga tidak tahu apa yang harus dikatakan. Kangen. Cuma kata itu yang sepertinya pantas untuk melukiskan rasa yang sedang Tabitha alami saat ini. Kangen yang masih bercampur dengan marah. Entah perasaan yang mana yang lebih mendominasi. Ingin bertemu dan bercanda berdua, atau ingin bertemu dan memaki? Tabitha termenung sendiri sambil menatap ke luar dari balik jendela di kamar bayi Vanya. “Kangen ya?” tanya Sandra, yang kemudian masuk lalu meraih bayi Vanya yang sudah terlelap dari pelukan Tabitha. Dengan hati-hati, Sandra membaringkan tubuh mungil putri

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 43

    Kita hanya bisa menemukan kedamaian di kehidupan yang fana ini dengan menerima kehendak alam semesta. ~Pet Sematary, Stephen King~ “Mau ke mana?” tanya Adriano. Berdiri di ambang pintu kamar Tabitha. “Pulang.” jawab gadis itu, singkat, sambil mengeluarkan pakaiannya yang terakhir dari dalam lemari, lalu memindahkannya ke dalam koper besar miliknya. “Ke mana?” “Ya ke rumah kosku! Mau pulang ke mana lagi memangnya? Nggak mungkin kan kalau aku mau pulang ke kampung halaman sekarang?” sahut gadis itu. Adriano menghela nafasnya. “Bitha, please ....” “Kamu nggak usah kawatir, Adrian! Aku nggak akan bunuh diri lagi kok!” potong gadis itu, dengan nada sedikit marah. “Kamu, Sandra, juga Mas Andre, sudah nggak perlu mengawasi aku lagi! Aku masih mau hidup. Masalahku masih banyak. Kalau aku bunuh diri, bisa jadi arwah penasaran nanti! Aku nggak mau!” ujarnya lagi. Adriano memandang gadis itu. Gadisnya yang keras kepala, yang kalau sudah mengambil keputusan sudah susah untuk d

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 42

    “Sedang melamun di sini rupanya!” Seorang pria tiba-tiba duduk di samping Tabitha. Tabitha yang memang sedang melamun spontan terkejut. Dia lalu menoleh ke arah pria itu, dan langsung terperangah. “Loh, Bapak?” "Jangan panggil saya 'Bapak'! Saya belum tua!" ujarnya. Tabitha memperhatikan wajah pria itu sekali lagi dengan lebih teliti. “Iya, tapi ... Bapak kan yang waktu itu ... di resort itu kan?” tanyanya. Pria itu tertawa terkekeh. “Iya, itu memang saya! Perkenalkan, Ferdinan Matteo! Kamu boleh panggil saya Ferdinan, boleh juga panggil saya Matteo! Terserah mau yang mana!" ujarnya, sambil mengulurkan tangan dan tersenyum. "Eh?" Tabitha menatapnya, heran. " Yaa ... dulu kan kita belum kenalan secara pribadi seperti ini! Iya kan?” ujar pria itu, sambil masih mengulurkan tangannya. Tabitha pun menyambut uluran tangan itu, dan balas tersenyum juga. “Iya juga sih, Pak!" ujarnya. "Tabitha.” "Yup! Sudah tahu!” “Eh? Iya kah?" Tabitha melirik pria itu, setengah tid

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 41

    Beberapa jam sebelumnya. Tubuh telanjang bulat milik seorang gadis sedang berdiri di bawah pancuran air di dalam kamar mandi di dekat kolam renang. Sejak tadi gadis itu sibuk menggosok-gosok kulit di sekujur tubuhnya dengan kasar. Seolah ingin membersihkan “kotoran” yang tidak pernah dia inginkan, yang tidak kunjung hilang, dan yang dia pikir masih “melekat” di seluruh tubuhnya. Dia tidak rela kulit tubuhnya “ternoda”. Dia tidak ikhlas tubuhnya "kotor" dan "tercemar” oleh tangan-tangan para lelaki yang tidak punya hak untuk menyentuh dia. Dan, gadis itu menangis tersedu-sedu ketika akhirnya dia menyadari bahwa “kotoran” itu memang tidak akan bisa hilang. “Kotoran” itu memang tidak kasat mata. Bahkan, tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya. Tetapi, “kotoran” itu terus menghantui dirinya. Membuat dia merasa buruk. Merasa kotor. Merasa ternoda. Merasa tidak layak. Merasa terhina. Merasa tidak berharga. Seorang psikolog menamakan “kotoran” itu sebagai “Trauma”. Hasil dari sebuah k

  • Cinta untuk Tabitha   BAB 40

    Gadis itu terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya sudah lebih baik, walau masih terlihat lemah dan tidak berdaya. Tidak ada yang mengira bahwa dia mampu bertahan hidup setelah mengalami kecelakaan fatal seperti itu. Ketika tubuhnya sudah tidak bergerak, semua berpikir gadis itu sudah mati. Pengemudi mobil yang menabraknya pun berpikiran sama. Tetapi, dugaan mereka semua salah. Tuhan memberi gadis itu kesempatan hidup kedua. Entah untuk apa. Ketika petugas aparat membawa tubuh yang mereka pikir sebentar lagi akan menjadi mayat, pengemudi mobil yang menabraknya pun langsung tertangkap. Tetapi sayang, belum sempat mereka interogasi, para petugas itu sudah kecolongan. Mereka hanya lengah sebentar, tetapi nyawa pengemudi yang ternyata seorang pria berbadan besar sudah terlanjur melayang. Pria itu bunuh diri. Menelan pil racun yang langsung menghancurkan lambungnya dalam seketika. Tidak ada surat-surat. Tidak ada tanda pengenal. Sidik jari dan DNA pengemudi itu bahkan tidak terdaf

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status