Home / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pelakor Itu Pembantuku: Chapter 81 - Chapter 90

150 Chapters

Bab 81. Hempaskan Pelakor! Pelakor Gak Ada Ahklak! Usir Pelakor!

Bab 81. Hempaskan Pelakor! Pelakor Gak Ada Ahklak! Usir Pelakor! “Bibik panggilin warga! Aku dan Kak Bulan mau nyerang pelakor itu. Kami mau ambil mobil Mas Gilang.  Akan kupermalukan dia dan ibunya serta Mas Yanto yang sok hebat itu. Bibik mau, kan?” “Mau … mau sekali. Biar sekalian mampus itu keluarga munafik. Istri si Yanto juga sekarang sudah sombong, katanay suaminya udah punya mobil mewah. Biar kapok sekalian. Tunggu sini, biar bibik panggil ibu-ibu yang lain,” kata Bik Yuni langsung bergerak. “Kak Lan, udah dengar kan, gimana perangai si pelakor itu?” tanyaku melirik Kak Bulan. “Jelas, sangat jelas,” sahut kak Bulan terlihat emosi. “Mau bantu saya?” selidikku lagi. “Siaap. Aku juga perempuan, aku akan bantu kau menumpas pelakor di muka bumi!” serunya bersemangat.
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 82. Memori Yang Begitu Sakit Untuk Dikenang

Bab 82. Memori  Yang Begitu Sakit Untuk Dikenang “Ibu …! Ibu gak apa-apa?” Harum membantu ibunya bangun. “Oh, kamu ya, yang namanya Harum? Tolong bilang ya, sama ibumu juga abangmu! Jangan pernah berani muncul di sekitar adikku lagi. Aku sudah datang. Khusus untuk menjaga keluargaku yang sudah hancur-hancuran karena ulah kalian! Camkan itu!” teriak Kak Bulan meraih kunci mobil dari tanganku. “Terima kasih, ya ibu-ibu! Kami pulang dulu, ya.” Kak Bulan menyalami para ibu, lalu masuk ke mobil Mas Gilang. Aku berbuat yang sama, lalu masuk ke dalam mobilku.’’ Kamu berlalu meninggalkan desa kelahiranku setelah melemparkan senyum penuh kemenangan kepada keluarga sang pelakor.*Mobil yang kukendarai berjalan beriringin dengan mobil Mas Gilang yang dikendarai oleh Kak Bulan. Mobil melaju lambat. Sepertinya Kak Bula
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 83. Dukungan Kakak Ipar Untukku

Bab 83. Dukungan Kakak Ipar Untukku Kak Bulan meraih tubuhku, memeluku, mengelus lembut punggungku. “Menangislah! Tumpahkan sesakmu adikku!” bisiknya lembut di telingaku. “Aku enggak bisa maafin Mas Gilang, Kak. Maafkan aku,” seduku masih di bahunya. “Ya, andai kakak berada di posisiu, mungkin kakak juga akan bersikap sepertimu. Bedanya adalah, kakak tidak akan membenci suami dan selingkuhannya. Karena kakak yakin mereka punya alasan melakukannya. Tapi, sikap kakak adalah, akan menyingkir sejauh-jauhnya. Kakak tidak mau membenci. Sesak rasa hati bila memendam. Lebih baik menghindar, membahagiakan diri sendiri. Untuk apa dipikir orang yang tidak memikirkan kebahagiaan kita?” “Makanya aku gugat pisah, Kak.” “Ok, kakak mendukungmu. Kau berhak bahagia. Raihlah kebahagianmu! Jangan ragu!” 
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 84. Tamu Di Pagi Hari

Bab 84. Tamu Di Pagi Hari Hari sudah mulai malam saat aku sampai di rumah. Toko juga sudah ditutup Pak Basir. Sepertinya Mala juga sudah pulang dijemput oleh kekasih sandiwaranya. Aku tersentak kaget begitu memasuki halaman rumah. Mobil  Mas Gilang terparkir di sana. Kenapa mobil itu ada di rumahku? Bukankah mobil itu tadi di bawa oleh Kak Bulan? Untuk apa Kak Bulan membawanya ke sini? Gegas aku memasukkan mobil ke dalam garasi. Melangkah terburu masuk ke dalam rumah, memastikan tentang keberadaan mobil Mas Gilang di halaman rumah. Baru saja kaki menginjak ruang tamu, ketika terdengar suara seseorang yang sedang bermain dengan Chika putriku. Suara kecil Chika terdengar tertawa-tawa, diiringi dengan suara seorang perempuan. Sepertinya mereka  begitu bahagia. Suara siapa itu? Siapa laki-laki itu? Siapa perempuan itu? Kupercepat langkah menuju ruang keluarga. Mataku membul
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 85. Pengacara Mas Gilang Kena Demam Cinta

Bab 85. Pengacara Mas Gilang Kena Demam Cinta “Silahkan duduk! Mbak Fika.” Ucapku menunjuk kursi di hadapanku. “Ok, terima kasih.” Gadis itu segera duduk di kursi  yang tersedia di toko itu, di depan meja kasir. “Mbak siapa dan ada keperluan apa? Ini masih pagi banget, lho. Karyawan toko saya juga belum ada yang datang. Tapi, kalau memang ada keperluan bisa kok, saya sendiri yang melayani, hanya saja pupuknya akan diantar nanti kalau supir saya sudah datang,” kataku kemudian. “Oh, saya ke sini bukan mau beli pupuk. Saya bukan petani. Tapi saya pengacara.” Wanita itu tertawa kecil. “Maaf, saya pikir mau belanja.” “Saya lihat tokonya sudah buka, jadi saya langsung ke sini saja.” “Iya, enggak apa-apa. Tapi, Mbak bilang apa tadi? Mbak seora
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 86. Udah Sah Cerai Tapi Masih Dimintai Tolong

Bab 86. Udah  Sah Cerai Tapi Masih Dimintai Tolong Sakit. Perempuan ini sedang dilanda demam rupanya. Demam cinta. Virus yang melanda mantan suamiku telah membuatnya terinfeksi. Wanita berpendidikan, dan profesional seperti dia bisa di pengaruhi olah lelaki busuk itu. “Saya sebenarnya tidak perduli, tentang hubungan yang telah kalian jalin. Mungkin saat ini Mbak sedang begitu berbunga-bunga. Cinta Mbak terhadap mantan suami saya sedang mekar-mekarnya. Saya ucapkan selamat. Sumpah, saya sama sekali tidak cemburu. Tapi, satu hal yang Mbak harus tahu, mengenai kasus penusukan itu.” “Kenapa?” kejarnya tak sangsi sedikit pun. “Siska menusuknya pasti ada alasannya, Mbak sudah selidiki itu?” “Sudah. Karena dia cemburu kepada pembantu. Padahal Mas Gilang sedikitpun tidak menyukai pembantu itu. Hanya sebagai pelampiasan karena kelalaian Anda
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 87. Pelakor Balas Dendam

Bab 87. Pelakor Balas Dendam Kucari nomor Mas Diky di ponselku, langsung kuhubungi. “Melur, kan? Aku sudah save nomor kamu saat dikirim Mala. Katanya waktu itu kamu minta nomor aku dari Mala. Kok, gak jadi nelpon waktu itu, padahal aku sudah nungguin, lho!” Pemuda itu menyambut telponku dengan ramah. “Iya, Mas, enggak jadi. Tapi, ini aku mau –“ Kalimatku terhenti,  saat suara mencurigakan terdengar dari dalam rumah. Itu suara Papa. “Mau apa? Hallo!” “Mas, tolong datang ke jalan Jambu sekarang! Cepat!” perintahku langsung menutup telpon. Setelah kusimpan ponsel ke  tas, dengan mengendap aku menggeser pintu pagar. Aku berjalan menuju teras. Aku berlindung di balik bunga pucuk merah yang kutanam dulu. Kembali terdengar suara papa seperti menjerit. Apa yang h
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 88. Kau Bukan Arjuna, Tapi Durjana, Mas!

Bab 88. Kau Bukan Arjuna, Tapi Durjana, Mas! Mas Fajar memeluk tubuh papanya. Di sampingnya berdiri Mas Gilang menatapku seolah tak percaya. Fika, sang pengacara  ada bersamanya. Sepertinya Mas Gilang sengaja keluar dari rumah sakit karena ada yang meneleponnya, mungkin tetangga atau Pak RT. “Kenapa kau ada di sini, Mel? Apa yang terjadi? Jangan bilang kalau kau yang telah sengaja membakar rumahku!” tanya Mas Gilang dengan nada menuduh. “Ya, sepertinya begitu, Mas. Karena aku tadi ke rumahnya mengantar surat cerai kalian. Aku bilang kalau kita sudah pacaran. Sepertinya dia cemburu, emosi, lalu nekat membakar rumah. Aku pasti akan menyelidiki ini. Kupastikan kau membusuk di penjara!” Fika mengancamku sambil merangkul lengan Mas Gilang. Lelaki itu tampak risih. Dilepaskannya rangkulan sang pengacara dengan halus. Cara dia memanggil dengan sebutan ‘Mas’ membuatku
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 89. Pacar Baru Mas Gilang Kena Tipu

Bab 89. Pacar Baru Mas Gilang Kena Tipu “Sampah tempatnya yang pantas kau tahu di mana? Kau tahu di mana?” Fika mengguncang bahu sang pecundang. “Maafkan aku, Fika. Harum sedang hamil, itu saja masalahnya. Kalai Siska, aku kan sudah bilang, penjarakan saja dia! Melur juga, ceraikan saja, tapi Harum bedalah, dia hamil, Fika.” Gilang beralibi. “Bohong! Kau pembohong! Siska kau singkirkan karena dia yang memang telah ingin membunuhmu duluan. Dia menusukmu! Sedang Melur kau suruh ceraikan karena mmenag dia yang menggugatmu. Dia tidak sudi lagi menjadi istrimu. Bkan karena kau ingin menyingkirkannya. Hnaya Harum yang masih bertahan. Perempuan itu sama bodohnya  sepertiku. Tapi, sekarang tifdak lagi, Gilang! Kau bedebah! Akan kubantu Siska menuntutmu! Kau yang telah merayu dan  memperkosanya di hotel itu. Akan kukumpulkan bukti-bukti untuk menghancurkanmu! Camkan itu!” 
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

Bab 90. Chika Diculik

Bab 90. Chika Diculik “Terus, apa yang mereka bicarakan, Pa?” tanyaku serius. “Kalau enggak salah dengar, perempuan itu bilang bertemu di  terminal bus Amplas.” “Begitu? Apa maksudnya? Mereka akan bertemu di terminal bus Amplas?” Segera kutelpon mas Diky. Kulaporkan ucapan papa padanya. “Ok, kami bergerak ke sana. Kemungkinan mereka hendak melarikan diri naik bus kalau begitu.” Mas Diky langsung mematikan ponselnya. “Kita ke mana ini?” tanya Mala kemudian. Ke rumah aja, ayo cepat!” Mereka biar diurus para polisi aja!”sahutku makin tegang. “Baiklah, tapi sial banget, sih. Jalan raya jam segini padat banget!” gerutu Mala bolak-balik menginjak rem. Aku tak kalah resah. Panggilan masuk di ponsel menambah panik saj
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status