Semua Bab Pelakor Itu Pembantuku: Bab 61 - Bab 70

150 Bab

Bab 61. Siska Berkhianat

 Bab 61.  Siska Berkhianat “Agenda sidang hari ini adalah pembacaan gugatan dari Kuasa Hukum Penggugat. Saudara Kuasa Hukum Tergugat apakah Anda sudah menerima salinan gugatannya?” “Sudah Bapak Hakim, kami juga sudah menyetujinya, tidak perlu dibacakan lagi. Tolong sidang ini dilanjutkan dengan agenda hak asuh anak dan harta gono-gini, Bapak Hakim!” jawabnya tidak sabaran. “Bagaimana Saudara Kuasa Hukum Penggugat, apakah anda setuju, berhubung Tergugat ingin segera menyelesaikan kasus ini karena orangtuanya sakit parah di rumah sakit?” tanya Hakim Ketua kepada Papa Mas Andy. “Setuju, Yang Mulia. Kami pun berharap segera selesai,” sahutnya tegas. “Baik, kami sudah menerima bukti-bukti dari kedua belah pihak. Baik pihak penggugat maupun pihak Tergugat. Kami sudah mempelajarinya. Namun, kami perlu mempertimbangkannya se
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 62. Senjata Makan Tuan

Bab 62. Senjata Makan Tuan Mas Gilang kembali duduk. Dia melotot kepada pengacaranya. Entah apa yang sudah dijanjikan lelaki botak itu kepadanya, sepertinya tidak sesuai dengan  keinginannya. “Saudara Kuasa Hukum Penggugat, kami menerima barang bukti pembelaan saudara terhadap penggugat, sekaligus alasan utama penggugat menggugat cerai. Apakah Saudara ingin bukti tersebut diperlihatkan kepada peserta sidang?” “Terserah Bapak Hakim, kami ikut peraturan  sidang. Tapi, kami menemukan bukti baru, untuk mematahkan kesaksian dari Saudari Saksi tadi, Bapak Hakim, kalau boleh kami ingin mengajukannya sekarang juga.” “Usul  diterima.” Papa Mas Andy meraih ponselku, maju ke dapan menghadap Hakim ketua, menunjukkan video yang dikirim Siska tadi malam. Hakim ketua meminta ponselku diserahkan kepada petugas, beberapa saat kemudian terdengar r
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 63. Putriku Diculik

Bab 63. Putriku Diculik Dengan kecepatan tinggi mobil Mas Andy dan mobilku yang dikemudikan oleh Mala membelah jalan raya. Untunglah lalu lintas tidak terlalu padat. Kami bisa melaju dengan cepat tanpa ada rintangan yang berarti. “Ada apa sih, kok Mas Andy panik gitu?” desisku tidak tenang. Rasa gelisah menyesakkan dadaku. Untung ada Mala yang memegang stir, kalau aku, mungkin sudah terjadi sesuatu dari tadi. “Coba telpon ibumu, mungkin dia tahu!” usul Mala melirikku. Pasti dia terganggu dnegan sikap  gelisahku dari tadi. “Iya, benar. Usul yang bagus. Aku akan telpon ibu. Tapi kau tetap fokus nyetirnya! Nanti kita kenapa-napa gimana? Enggak usah ikut panik!” seruku mengingatkannya. “Iya, aku tetap tenang,” sahutnya tetap berusaha mengikuti kecepatan mobil Mas Gilang di depan kami. Sudah dua kali kutelepon i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 64. Siska … Kau Membunuhnya?

Bab 64. Siska … Kau Membunuhnya? “Mana Chika!” “Cabut gugatanmu!” “Ok, aku cabut gugatanku, kembalikan Chika sekarang!” kataku terpaksa. Biarlah aku mengalah, untuk nyawa Chika, selanjutnya akan kubuat rencana baru. “Serius? Kau kan mencabut gugatanmu!” “Ya, asal kau kembalikan Chika sekarang! Mana dia? Kenapa enggak ada suaranya?” “Tenang, dia Cuma tertidur, mungkin capek menangis aja dari tadi!” “Tolong siniin, Mas! Buka pintunya!” “Baik, tapi kau janji, kan, akan cabut gugatanmu?” “Iya, Mas,” lirihku sambil menangis. “Janji, kau akan tetap jadi istriku!” “Iya, aku akan tetap jadi istrimu!” &ldquo
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 65. Kenapa Bukan Pelakor Itu Yang Disibukkan? Kenapa Mesti Aku

Bab 65. Kenapa Bukan Pelakor Itu Yang Disibukkan? Kenapa Mesti Aku “Bibik tidak salah. Sudah, bangun! Jangan pukuli diri sendiri. Ayo, buat susu Chika dulu! Kasihan dia sepertinya sudah sangat haus,” perintahku lagi. “Iya, Bu. Ibu enggak mecat saya? Saya sudah siap, Buk. Saya bahkan sudah yusunin baju-baju saya. Gaji saya bulan ini enggak usah dibayar. Saya minta ongkos pulang kampung saja, Buk ….” “Sudah! Chika haus, buatkan susunya!” “Engge, Buk.” Bik Ina bangun lalu berlari ke dapur. Pegawai toko masih menatapku penuh prihatin. “Kami semua juga minta maaf, Mbak. Kami teledor, enggak ngeh kalau ada penculik masuk,” kata Pak Joko dengan kepala menunduk. “Rupanya mobilnya di taruhnya jauh di sana, Mbak. Di seberang. Lalu mungkin mengendap endap masuk saat kami semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 66. Antara Baik dan Naif, Beda Tipis

Bab 66. Antara Baik dan Naif, Beda Tipis Kuraih ponselku, kucari nomor Harum di daftar kontak. Segera kutekan tanpa ragu. “Kak! Kakak di mana? Tolong Mas Gilang, Kak! Dia sekarat! Aku enggak ngerti gimana ini?” teriak perempuan itu begitu telponku tersambung. “Dengar Pelakor! Dengar baik-baik! Laki-laki itu adalah calon suamimu! Kau urus sendiri! Aku tidak perduli. Oh, iya, kau menayakan aku di mana sekarang? Aku mau ke panti, menemui selingkuhanku seperti yang kalian tuduhkan padaku waktu itu! Mas Fajar akan tiba besok pagi, kau temui dia! Kau ceritakan semua padanya! Katakan kalau  aku tidak mau mengurus keluarganya!  Karena aku bukan bagian keluarga mereka lagi! Paham!” “Kak, Mel!” “Aku bukan kakakmu!” Segera kuputuskan sambungan telepon. * “Jadi, kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 67. Suami Kena Tusuk, Istri Minta Ditusuk Oleh Selingkuhannya

Bab 67.   Suami Kena Tusuk, Istri Minta Ditusuk Oleh Selingkuhannya  ”Mas, tahu enggak kalau Mas Andy pacaran dengan teman aku Rani?” tanyaku kemudian. “Taulah, Rani sering ke rumah akhir-akhir ini.” “Kalau Mala? Mas tau enggak tentang dia?” “Mala, emangnya dia bilang apa?” “Lho, kok bilang apa? Aku nanya, Mas tau enggak tentang dia?” “Hemh, enggak. Enggak tahu.” Kenapa Mas Reno terlihat ragu? Sepertinya dia sengaja menyembunyikan sesuatu info tentang Mala? Jangan-jangan dia tau lagi, kalau Mala naksir seseorang yang telah beristri atau punya pacar? Ada apa, sih, sebenarnya? “Mas! Sepertinya ada rahasia yang kalian sembunyikan dariku? Ada yang aku enggak tau, nih! Cerita, dong! Penasaran, nih!” 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 68. Kumiskinkan Pelakor Itu

Bab 68. Kumiskinkan Pelakor Itu Rombongan itu sudah mendekat. Jumlahnya sekitar delapan orang. Rambut panjang, anting di telinga, gaya urakan dan tampang bengis tak karuan. Ih, pantas saja Mas Andy keder. Tapi aku tidak. Ngapain takut. “Mbak Melur, kan?” sapa salah seorang yang paling depan mengulurkan tangan. Kutatap lekat lengan penuh tato itu, masak iya, tangan halus lembutku kutempelkan di tangan kasar dan dekil serta kuku panjang itu? Ih, enggak banget. “Ya, saya Melur,” sahutku mengukir senyum. Senyum terpaksa tanpa menerima salam tangannya. Pemuda itu menatap tangannya yang mengambang. Lalu tersenyum terpaksa. Seorang temannya mengeluarkan ponsel, lalu mengarahkan ke wajahku, sepertinya dia mengambil gambarku. Berarti mereka yang bikin status  di media sosia itu. “Maaf, Mbak. Kenalkan, kami teman-teman Gilang, yang ju
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 69. Kejutan Dari Papa Mertua

Bab 69. Kejutan Dari Papa Mertua Mama  mertuaku masih kritis, kuintip dari luar melalui jendela kaca.  Sambil menuggu Harum datang bawa uang, aku pergi ke ruangan papa. Lelaki tua itu terlihat semakin layu saja. Tubuh rentanya terbaring kaku di ranjang pasien. Sendirian, tiada seorang pun yang menemani. Wajah tua itu terlihat begitu lelah dan kuyu. Matanya terpejam, tapi aku ragu, dia sedang tidur atau hanya terpejam. Kulihat buliran air bening mengalir dari sudut mata tuanya. Papa, dia yang dulu sangat kusayangi, kuhormati dan selalu kujaga. Semua rasa itu sirna. Berubah benci, dendam dan amarah. Tapi, kenapa? Bukankah papa tidak pernah membela Mas Gilang? Mamalah yang selalu membela dan memanjakannya. Ah, sudahlah! Lebih baik aku pergi, daripada hati berkecamuk. “Mel ….” Baru saja aku melangkah pergi, lelaki renta itu menyebut namaku. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya

Bab 70. Semoga Mala Tak Menjadi Pelakor

Bab 70.  Semoga Mala Tak  Menjadi Pelakor Aku dan Mas Andy  menuju ruang administrasi,  setelah menelepon Rani agar membawa Harum serta. Kata Mas Andy uang itu masih ada padanya. Perempuan itu menyerahkan amplop coklat saat kami bertemu di depan lift, aku menolak. “Kau pegang! Itu uang calon suamimu, bukan! Kau pegang! Kau bayari semua keperluan! Dan pertaggungjawabkan semuanya nanti di depan Mas Fajar, di depan keluarga!” “Kak, aku gak ngerti! Kakak aja!” “Hey, aku bukan siapa-siapa lagi di keluarga ini. Aku hanya kasihan makanya aku mau datang!” tolakku tegas. Mas Andy menyerahkan kertas berisi rincian dan total biaya yang diterimanya dari petugas rumah sakit. Aku menyodorkannya kepada Harum. “Sana! Bayar di kasir!” perintahku kepadanya. Perempuan i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-02-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status