Pelakor Itu Pembantuku

Pelakor Itu Pembantuku

last updateLast Updated : 2022-04-04
By:  Helminawati PandiaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
36 ratings. 36 reviews
150Chapters
245.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Gadis itu kubawa dari desa, rumahnya persis di samping rumah ibu. Saat aku hamil tua, aku butuh pembantu. Gadis itu menawarkan diri bahkan memelas ingin bekerja di rumahku. Sungguh tidak pernah terbayang olehku, malapetaka mulai membayang. Dia yang kuanggap seperti adik kandung, ternyata menikam dari belakang. Haruskah aku terisingkir dari rumahku sendiri? Haruskah aku yang pulang kampung dengan sorang bayi merah di pelukan? Tidak! Aku akan pertahankan rumah tanggaku. Jika memang harus gagal, maka kupastikan kedua durjana itu akan hancur di tanganku. Aku pasti bisa. Aku bukan perempuan lemah yang hanya bisa pasrah saat miliknya dicuri. Aku tidak akan diam saat cinta dikhianati. Kupastikan keduanya akan menangis darah.

View More

Chapter 1

Bab 1. Malam Maksiat

Bab 1. Malam Maksiat

*****

"Bagaimana,  Kak Mel? Sudah enakan?" Harum memijit betisku.

Gadis muda ini adalah pembantuku.  Usianya kira-kira sembilan belas tahun. Sejak dua bulan lalu dia sudah ikut bersamaku.  Saat itu aku bermaksud mencari pembantu karena kondisiku yang sedang hamil.  Dia datang bersama ibunya menawarkan diri. Bahkan sangat memelas.  Dengan alasan putrinya menganggur di kampung,  Mak Uda memohon-mohon.

"Lumayan,  Alhamdulillah. Kamu pintar mijitnya, " ucapku masih sedikit meringis.

Entah kenapa akhir-akhir ini kakiku sering keram.  Kata dokter yang kutemui dua hari yang lalu, itu biasa dialami oleh seorang perempuan yang sedang hamil tua.

"Kak,  kalau Kakak melahirkan nanti, Mak Tua ke sini, enggak?" tanya Harum lagi.

"Pastilah,  tapi mungkin enggak bisa lama.  Dia juga punya kesibukan di kampung.  Kenapa, kau mau nitip sesuatu  dari Mak Uda?" tanyaku.

Mak Tua adalah panggilannya untuk ibuku.  Sedangkan Mak Uda adalah panggilanku untuk ibunya.  Rumah orang tuaku di kampung bersebelahan dengan rumah ibunya.

"Enggak,  cuma nanya aja.  Memang lebih baik kalau dia gak usah lama-lama di sini," cetusnya.

"Kenapa?" Aku kaget mendengar ucapannya.

"Kan, udah ada aku yang ngerawat Kakak."

"Iya,  sih," sahutku menyimpan tanya.

Aku merasa ada sesuatu yang tersirat dari ucapannya. Naluriku mengatakan ada yang sengaja dia tutupi.

Sebenarnya kecurigaanku ini sudah sejak sebulan lalu.  Sejak Harum sering  bertingkah aneh.  Kerap kudapati dia mematut diri di depan cermin hias  saat membersihkan kamarku. Bahkan pernah kupergoki dia mencoba memakai gaun pemberian Mas Gilang suamiku.

Aku marah dan memintanya jangan pernah sembarangan memakai gaunku lagi. Sayangnya Mas Gilang malah membelanya.  Dengan alasan sudah lama kepingin gaun seperti itu,  pembantuku membela diri.  Esoknya Mas Gilang membelikan gaun yang sama untuknya.

"Jangan kasar!  Jangan buat dia tersinggung!  Nanti kalau dia merajuk pulang kampung, gimana?  Kita kehilangan pembantu,  kita juga dicap gak bagus di mata orang kampung," kata suamiku beralasan.

Aku menurut  dan kembali memperlakukan dia dengan  baik. Sampai malam harinya setelah kejadian itu,  aku dapati Mas Gilang duduk berdua dengan Harum di meja makan. Aku tiba-tiba haus malam itu.

 Aku pikir Mas Gilang masih sibuk di depan.  Suamiku memang punya usaha toko pupuk yang lumayan besar. Toko itu di depan rumah kami pusatnya.  Sedang cabangnya tersebar di beberapa kecamatan. Kadang dia bekerja sampai malam terutama bila ada pengiriman ke cabang. 

"Mas di sini?  Kirain di toko?" kataku mengagetkan mereka  berdua.

Aku tidak melihat dengan jelas,  karena lampu dapur sudah padam. Sepertinya aku melihat Harum duduk di pangkuan suamiku. Saat aku menghidupkan lampu,  gadis itu sudah bergeser.  Kucoba menghibur hati,  bahwa aku hanya salah lihat tadi.

"Iya,  ini si Harum dari tadi duduk menyendiri  di sini. Kebetulan aku baru pulang dari toko. Aku tanya ngapain gelap-gelapan.  Dia bilang masih sedih karena kamu tegur tadi.  Dia minta pulang kampung besok.  Dari tadi aku sudah membujuknya."

"Rum,  kakak udah minta maaf, kan?  Kenapa masih merajuk?" tanyaku ikut duduk.

Gadis itu meraba bibirnya. Kenapa ditanya malah meraba bibir?  Kulirik kancing bajunya terbuka dua buah bagian atas.  Dadaku berdesir,  saat itu sebenarnya aku sudah curiga. Namun,  aku tidak tahu harus curiga apa.  Perasaanku tidak enak,  seolah ada sesiatu milikku yang paling berharga telah salah letak.  Tetapi,  aku tidak tahu apa  dan di mana.

*

"Kak,  aku kembali  ke kamarku,  ya?  Kakak udah bisa tidur,  kan?"

Ucapan Harum membuyarkan lamunanku.

"Iya," sahutku menatap pungungnya ke luar kamar.

Kucoba memejamkan mata,  melupakan prasangka dan kegundahan.  Kurasakan gerakan bayiku seolah menendang.  Kubelai perutku penuh kasih sayang. Aku terlelap bersama gerakannya.

Aku tersentak saat sebuah tangan kekar tiba-tiba memeluk dari belakang.

"Mas,  sudah tutup tokonya?" tanyaku memegang tangannya.

"Sudah,  bagaimana,  masih keram kakinya?" tanyanya penuh perhatian.

"Sudah enakan.  Mas makan dulu sana!  Perlu aku hidangin?"

"Tidak usah,  Sayang.  Kamu tidurlah. Istirahat yang cukup,  ya!  Kata Dokter dalam minggu ini,  kan?"

"Iya,  Mas."

"Semoga bisa normal,  ya!"

Mas Gilang mencium tengkukku.  Tangan kekarnya meraba dadaku. Aku sadar kalau sudah seperti ini,  pasti dia menginginkan sesuatu. Aku juga tak hendak menolaknya. Aku bahkan telah bersiap-siap melaksanakan tugasku. Namun,  saat napasnya kian memburu dan kurasakan kian hangat menerpa tengkuk,  saat itulah dia menghentikan aktivitasnya.

"Kenapa,  Mas?" tanyaku mengerjap menahan sakit di kepala. Sungguh aku pun sangat menginginkannya.

"Gak tega sama  bayi kita,  Sayang. Takut kepalanya kesundul,” jawabnya dengan wajah tetap semringah. Sepertinya dia tak kecewa sedikitpun.

"Tapi,” sergahku menahan hasrat yang masih menggebu.

"Sabar,  enggak lama lagi dia lahir,  Sayang!"

"Bukan karena napsu Mas ambyar karena perut buncitku?"

"Enggaklah," sahut Mas Gilang mengucek rambutku.

"Tidurlah! Mas mau makan, setelah itu kembali ke ruang kerja mengecek laporan penjualan hari ini dari toko cabang!" Dia bangkit dan melangkah ke luar.

"Tunggu!  Ada yang mau aku tanyain."

"Apa sih?" Mas Gilang kembali menghadapku.

"Sudah tiga minggu, kita enggak pernah lagi. Aku gak tega,  Mas harus nahan selama itu.  Belum lagi kalau nanti aku habis lahiran," sergahku.

Mas Gilang tersenyum,  lalu berjongkok di sisiku.

"Aku sanggup nahan berapa bulan pun,  Sayang.  Demi kebaikan dirimu dan bayi kita." Dikecupnya lembut keningku.

Aku kembali mengerjapkan mata,  begitu bahagia.  Suami yang penuh pengertian.

"Makasih,  Mas," bisikku sambil tersenyum.

Dia melangkah ke luar,  kupejamkan mata,  aku terlelap lagi.

**

Entah berapa lama sudah aku tertidur.  Tiba-tiba aku terbangun karena mimpi buruk.  Seseorang yang entah siapa mencuri baju dasterku.  Aku kelelahan mengejar dan merebut kembali daster itu.  Tapi, kakiku terjerembab lubang kecil,  aku jatuh,  lututku berdarah.

Kucari Mas Gilang di samping.  Tidak ada.  Kupikir pasti dia masih di ruang kerjanya.  Tenggorokanku terasa kering,  kucoba bangkit dan melangkah menuju dapur.

Kulirik ruang kerja Mas Gilang sambil lewat. Sunyi tidak terdengar apa-apa. Apakah suamiku ketiduran? Kubuka pintu dengan pelan.  Aku heran melihat lampu tidak menyala di dalamnya. Segera ku tekan saklar di dinding dekat pintu.  Ke mana dia?  Mungkin dia harus keluar menemui pelanggan atau siapa, pikirku.

Tanpa  curiga aku melanjutkan langkah.  Sebelum sampai ke ruang makan,  aku harus melewati kamar pembantu. Saat itu telingaku seperti mendengar suara desahan. Kucoba menajamkan pendengaran. Aku tidak salah dengar. Suara desahan bahkan rintihan kini semakin jelas.  Kucari sumber suara itu.  Aku mundur beberapa langkah. 

Ini suara Harum. Desahan dan rintihan ini berasal dari kamarnya.  Kenapa dia?  Apakah dia sedang sakit?  Kenapa tidak membangunkan aku kalau sakit.

Aku mulai panik.  Sebegitu kesakitankah gadis itu? Ya,  Allah, jangan sampai dia kenapa-napa. Spontan kudorong pintu kamar.

"Harum ...  kamu kena – pa?"

Suaraku terpotong demi melihat pemandangan di dalam.  Tubuh Mas Gilang dan tubuh Harum dalam keadaan bersatu. Harum bahkan berada di posisi atas. Keduanya bermandikan peluh. Pakaian mereka berserakan di lantai kamar.

Aku terduduk lemas  di depan pintu, kupegangi kepalaku yang berdenyut hebat.  Bayi dalam perut ikut meronta-ronta.

***

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
97%(35)
9
3%(1)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
36 ratings · 36 reviews
Write a review
user avatar
Rizky Amalia Sahara
Novelnya bagus kak.. Seringkali pas baca, punya pola yg sama dgn novel2 sebelumnya.. Overall, seru sih, apalagi tentang rumah tangga.. Semangat trs ka..
2022-11-02 23:43:21
1
user avatar
Silvia Roza
selesai baca nya. bagus ceritanya. seperti kisah nyata.
2022-10-01 16:15:12
0
user avatar
Ghania Sugesti
kaya kisahnya mawar AFI
2022-09-16 18:41:21
3
user avatar
Yen Lamour
Izin numpang promo ya kak thor ^^ halo, ada yg suka mafia romance? Yuk mampir juga ke tempatku. Siapa tahu ada yg suka. Terima kasih ya kak thor & kakak semuanya ^_^
2022-08-06 18:38:54
0
user avatar
Pemanis Aksara
ceritanya mantap Thor. oh iya izin promosi Thor. boleh mampir ke ceritaku, Kubalas Kesombongan Selingkuhanmu Lunas status tamat dan cerita Kain Basahan Basah di Kamar Mandi status on going. Terima kasih.
2022-07-09 11:31:10
1
user avatar
Rangga Dewi
bagus ceritanya thor
2022-05-14 08:55:20
2
user avatar
Harmiyati Harmik
Bagus banget ceritanya...
2022-05-10 21:14:13
1
user avatar
Nana Juliana
ciamikkk banget..semua harus baca ini
2022-05-09 15:03:38
1
user avatar
Helminawati Pandia
Salam sejuk buat semua reader tercinta terima kasih karena telah sudi membaca cerita saya, tolong bantu up dengan sumbangan gem nya, ya. Mohon dukungannya baca cerita saya yang berikutnya juga. 1. Ketika Istriku Minta Talak 2. Benalu di Rumahku Ketika Suamiku Terkena PHK 3. Nafkah Batin Basi
2022-04-14 07:00:41
3
user avatar
Skyy
wow masuk promosi pas login semangat Kak!
2022-04-12 22:16:22
2
user avatar
Rani Hermansyah
izin promo ya kak mampir ya di karya recehku judul buku istri yang tak dirindukan
2022-04-12 17:04:13
1
user avatar
Lini Christina
novel ini bikin aku naik tensi Thor -_-"
2022-03-30 23:03:12
1
user avatar
Rmdni
izin promosi Thor, Legenda: Nusantara akan memuat hal hal berbau lokal ke dalam genre fantasi jangan lupa mampir yah ......
2022-03-30 02:46:03
1
user avatar
HANA PUSPARINI
ceritanya mirip di kisah nyata, nyesek banget emang babby sitternya...
2022-03-11 09:23:08
1
user avatar
Chandra
soul: way back home
2022-03-10 16:52:32
1
  • 1
  • 2
  • 3
150 Chapters
Bab 1. Malam Maksiat
Bab 1. Malam Maksiat***** "Bagaimana,  Kak Mel? Sudah enakan?" Harum memijit betisku. Gadis muda ini adalah pembantuku.  Usianya kira-kira sembilan belas tahun. Sejak dua bulan lalu dia sudah ikut bersamaku.  Saat itu aku bermaksud mencari pembantu karena kondisiku yang sedang hamil.  Dia datang bersama ibunya menawarkan diri. Bahkan sangat memelas.  Dengan alasan putrinya menganggur di kampung,  Mak Uda memohon-mohon. "Lumayan,  Alhamdulillah. Kamu pintar mijitnya, " ucapku masih sedikit meringis. Entah kenapa akhir-akhir ini kakiku sering keram.  Kata dokter yang kutemui dua hari yang lalu, itu biasa dialami oleh seorang perempuan yang sedang hamil tua. "Kak,  kalau Kakak melahirkan nanti, Mak Tua ke sini, enggak?" tanya Harum lagi. "Pastilah,  tapi mungkin enggak bisa lama.  Dia juga punya kesi
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Bab 2. Drama Perselingkuhan
Bab 2. Drama Perselingkuhan***“Anakmu perempuan, Mel.” Antara sadar dan tidak, sayup kudengar kalimat itu. Kepalaku terasa sangat  berat. Sekujur tubuh sakit dan pegal. Sama sekali tidak bisa digerakkan. Yang  paling nyeri kurasakan adalah di bagian perut. Kenapa aku? Apa yang terjadi padaku? Di mana aku? “Mel, kamu sudah sadar, Nak? Buka matamu! Anakmu sudah lahir dengan selamat. Kau tidak ingin melihatnya?” Itu suara ibu. Ibuku ada di sini. Dia berkata anak? Anakku? Spontan kugerakkan tangan. Tapi, terasa masih sangat berat. Kenapa aku begini lemah. Sebenarnya apa yang telah terjadi? Anakku sudah lahir kata ibu. Kapan? Bagaimana bisa? Aku tidak ingat apa-apa. “Kalau memang belum sanggup, ya, sudah! Pelan-pelan saja, ya, Nak! Yang penting sekarang kau harus tahu, kalau kau saat ini sudah sah menjadi seorang ibu. Selamat, ya! Berbahagialah! Putr
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Bab 3. Awal Penyelidikan
Bab 3.  Awal Penyelidikan ***** Kenapa Mas Gilang terlihat semakin gugup. Siapa lelaki kaya dari kota yang ingin melamar Harum? Sandiwara apa ini? Apakah memang selama dua bulan ini Harum telah menjalin asmara dengan seseorangn tanpa sepengetahuanku? Kalau iya, kenapa dia masih  mau tidur dengan suamiku? “Kalian sudah punya momongan, ibu harap kalian semakin bahagia. Memang ibu tidak pernah mendengar kalian itu ribut, apalagi sampai berantam atau ngancam mau pisah. Ibu berharap agar kalian mempertahankan keadaan ini. Sudah ada anak. Anak itu adalah prioritas nomor satu. Kesampingkan ego! Kalian mengerti?” Ibu menasehati. Andai dia tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. “Mengerti Bu, Saya akan tetap mencintai Melur dengan segenap hati saya. Dia sudah menghadiahi saya anak yang sangat cantik. Papa dan Mama pasti sangat bangga dikasih cucu perempuan. Anak Kak Bulan dua-duany
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Bab 4. Sepasang Durjana Berbuat Mesum di Areal Parkir
Bab 4. Sepasang Durjana Berbuat Mesum di Areal Parkir *****Notifikasi di ponselku memberitahu kalau ada pesan masuk. Kuraih benda itu dari dalam tas sandang dengan tangan kiri. Rani rupanya. Sahabatku yang telah kukontak dari semalam agar bersiap-siap pagi ini. Sepertinya dia sudah mulai bosan menunggu. Kutambah kecepatan mobil menuju rumahnya. “Yuk!” kataku setelah menepi di depan rumahnya. Gadis itu sudah berdiri di teras. “Mala! Cepat! Melur sudah datang!” teriaknya. Bah, dia ngajak Mala segala. Bakal rame, nih dunia persilatan. Kedua sohib kentalku sejak SMA itu berjalan menuju mobil.  Keduanya lalu masuk di jok belakang. “Hoy, enak lu berdua, nyuruh perempuan baru melahirkan yang nyetir!” teriakku. “Kamu belum pede, ya. Tadi kemari bisa.” Keduanya terta
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Bab 5. Harum Sang Pelakor
Bab 5. Harum Sang Pelakor****Perlahan tangan kanan Mas Gilang turun ke bawah, menyusuri tubuh Harum lalu berhenti tepat di bokong  gadis belia itu. Tangan kekar yang selama ini kukira hanya menyentuhku, kini meremas bokong besar Harum.  Kudengar perempuan itu meleguh. Mas Gilang melepas mulutnya. Kukira permaian mereka akan berakhir. Tetapi aku salah. Harum malah mengalungkan tangannya di leher suamiku. Mas Gilang kini menciumi leher wanita itu. Makin lama makin turun, dan berhenti di bagian dada. “Mas Gilang, Sayang …. Aaach, gak jadi pulang kalau begini,”  racau Harum merekas rambut suamiku.  Tak ingin menodai mataku lebih lama lagi, aku mendekat dengan perlahan, saat keduanya makin  larut dalam napsu setan. “Mas, pulang, yuk!” ucapku dengan sangat lembut. Mereka tersentak, spon
last updateLast Updated : 2022-02-15
Read more
Bab 6. Ternyata Suamiku Lebih Mencintai Harum
Bab 6. Ternyata Suamiku Lebih Mencintai Harum **** “Harusnya Kakak sadar, bukan malah ngata-ngatin aku. Aku perempuan sempurna di mata Mas Sigit. Kakak itu apa? Lihat wajah Kakak! Lihat tubuh Kakak! Kakak itu enggak ada cantik-cantiknya. Tubuh kakak juga gak ada seksi-seksinya. Laki-laki tampan dan tajir seperti Mas Gilang layak mendapatkan perempuan yang istimewa. Bukan perempuan macam Kakak! Sebelum Mas Gilang mentalak Kakak, seharusnya Kakak mundur! Akan lebih terhormat kalau Kakak yang minta pisah, dari pada di talak!” “Terima kasih atas semua saranmu, adikku. Terima kasih banyak, ya!” ucapku lemah lembut. Pandanganku gelap. Kesadarnku telah hilang.  “Cukup, Mel! Sadar! Mel! Istiqfar, Mel!”  teriak Rani dan Mala bersamaan. Entah sejak kapan mereka berdua ada di dekat kami.  Sepertinya suara teriakan Harum memancing pe
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
Bab 7. Talak Aku Atau Kubongkar Aibmu
Bab 7. Talak Aku Atau Kubongkar Aibmu ***** Segera aku meloloskan diri dari gendongan Mas Gilang. Aku berdiri kuat, kupaksa hati dan pikiran untuk fokus. Aku tidak boleh terlihat lemah.  “Lho, Mel? Kamu enggak apa-apa?” tanya mama mertuaku heran. “Tidak, Ma. Saya baik-baik saja. Tadi, pusing dikit,” sergahku melangkah perlahan menuju kamar Chika. “Chika baik-baik saja. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu, makan, lalu istirahat. Kamu belum pulih benar, Mel. Masih sebulan pasca melahirkan, itu masih rentan.” “Iya, Ma. Saya cuma mau melihat sebentar saja. Saya kangen,” sahutku melanjutkan langkah. Mas Gilang langsung menuju kamar, sama sekali tidak ada niatnya untuk melihat keadaan putrinya. Betul-betul hatinya sudah dibutakan napsu dan cinta Harum. “Ku
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
Bab 8. Kesepakatan Di Atas Materai
Bab 8. Kesepakatan Di Atas Materai *****“Kau serius melakukan ini semua, Mel?” “Ya, Sebetulnya aku mau pisah denganmu tanpa persyaratan ini semua. Tapi, orang tua dan keluarga besarmu, bagaimana?” “OK, akan aku pikirkan. Semoga Harum bisa menerimanya. Dia sangat ingin kunikahi secara sah,” sergahnya bingung dan putus asa. “TIdak bisa dong, dia harus menjaga rahasia ini. Jangan sampai orang kampung tau kalau dia adalah istri sirimu. Orang  tahunya, bahwa dia itu pembantuku. Bisa tidak?” “Ini pilihan yang sulit, sangat sulit,” sergahnya. Wajahnya terlihat begitu muram. “Terserah. Lima menit lagi, harus sudah ada keputusanmu!” ancamku lagi. Dia terdiam. Rupanya besar juga untungnya  mertua menyayangiku. Hal ini bisa kujadikan senjata untuk mengalahkan k
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
Bab 9. Kamar Maksiat Untuk Pembantuku Sayang
Bab 9. Kamar Maksiat Untuk  Pembantuku Sayang*****“Kamar untuk Harum yang mana, Mel?” tanya Mas Gilang kemudian. “Yang biasa, kenapa memang? Kamar itu selama ini enggak pernah dipakai, kan? Bik Ina enggak kuijinin tidur di kamar maksiat itu. Bik Ina selama ini tidur di kamar belakang,” terangku tetap sinis. Harum mendengus kasar, kutahu dia sangat tersinggung. Sedang Mas Gilang tak bisa berbuat apa-apa. “Mel! Siapa ini? Mama dengar kamu nyebut kamar maksiat?” Tiba-tiba Mama mertua menghampiri kami. Papa sudah pergi ke kamar Chika cucu tersayangnya. Mereka berdua sehari-hari tiada henti mengawasi Chika secara bergantian. Tentu saja sangat meringankan tugas Bik Ina. Biarlah, sampai mereka puas. Mertuaku memang belum pernah memiliki anak perempuan maupun cucu perempuan. Mereka memiliki anak dua, tapi duanya laki-laki. Mas Faja
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
Bab 10. Ikuti Permainanku, Harum!
Bab 10. Ikuti Permainanku, Harum! ***** “Kenapa Gilang tampak  kurang bergairah, ada masalah di antara kalian?” tanya Papa menatapku penuh selidik. “Ma, Mama belum jelasin ke Papa?” tanyaku mengedipkan mata. “Iya, nanti Mama jelasin. Udahlah Pa! Gilang baik-baik saja. Makanya Menantu kita ke salon tadi siang, berusaha merubah penampilan secantik mungkin, itu semua demi suaminya. Maklum, istri habis melahirkan. Papa kayak enggak ngerti aja!” cerocos  Mama mertua. Mas Gilang melotot, menatapku dan ibunya bergantian. “Mas Gilang malu, Ma,” bisikku di telinga ibunya. “Iya, tapi dia sudah klepek-klepek melihat perubahanmu,” sahut Mama balas berbisik di telingaku. Kami berdua pun tertawa lepas. Saat itu Harum muncul dengan segelas air hangat di tangannya.
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status