Beranda / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Bab 5. Harum Sang Pelakor

Share

Bab 5. Harum Sang Pelakor

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-15 00:25:09

Bab 5. Harum Sang Pelakor

****

Perlahan tangan kanan Mas Gilang turun ke bawah, menyusuri tubuh Harum lalu berhenti tepat di bokong  gadis belia itu. Tangan kekar yang selama ini kukira hanya menyentuhku, kini meremas bokong besar Harum.

Kudengar perempuan itu meleguh. Mas Gilang melepas mulutnya. Kukira permaian mereka akan berakhir. Tetapi aku salah. Harum malah mengalungkan tangannya di leher suamiku.

Mas Gilang kini menciumi leher wanita itu. Makin lama makin turun, dan berhenti di bagian dada.

“Mas Gilang, Sayang …. Aaach, gak jadi pulang kalau begini,”  racau Harum merekas rambut suamiku.

 Tak ingin menodai mataku lebih lama lagi, aku mendekat dengan perlahan, saat keduanya makin  larut dalam napsu setan.

“Mas, pulang, yuk!” ucapku dengan sangat lembut.

Mereka tersentak, spontan saling  melepaskan pagutan , lalu menatapku nanar.

“Mana kunci mobilnya? Ayo, buka!” perintahku masih dengan suara lembut.

“Mel?” Mas Gilang yang tadi garang dan ganas, tiba-tiba letoi.

Sepasang  manusia durjana itu   menatapku nanar. Wajah sang gadis berubah pucat, bibirnya yang baru saja dilumat itu bergetar, lalu digigit-gigitnya penuh ketakutan.  Sorot mata nanar itu kini menunduk dengan jemari saling memilin.

Sementara sang singa jantan tapi pecundang itu terlihat mengkerut. Rambutnya masih basah. Sepertinya dia segera mandi basah setelah lelah bertempur sehari semalam. 

“Mana kunci mobilnya, Mas?” kataku lagi seraya menadahkan tangan ke arahnya. Suaraku masih sama lembutnya saat pertama menyapa.

“Kamu mau apa, Mel?” Suaranya terdengar serak, seolah tercekat di kerongkongan.

“Kunci mobilnya mana, Mas?” tanyaku dengan nada suara kini meninggi satu oktaf.

Lelaki itu merogoh saku celana, lalu mngeluarkan benda yang kuminta.

“Mel, kamu ke sini sama siapa? Dan naik apa?” tanyanya seperti sengaja menutupi ketakutan.

“Sini kuncinya!” sergahku menadahkan tangan  sekali lagi, tak menghiraukan pertanyaannya.

Mas Gilang menatapku pias, terpaksa dia meletakkan kunci itu di tanganku.

Gegas kubuka pintu mobil, lalu duduk di belakang stir.

“Masuk, Mas!” perintahku mengagetkannya.

“Ayo, kita masuk, Rum!” katanya menarik lengan Harum.

“Kamu duluan, Mas!” perintahku menatapnya tajam.

Mas Gilang melangkah masuk. Segera kukunci semua pintu dan jendela mobil.

“Bagaimana dengan Harum, Sayang? Kenapa dikunci?” protesnya terlihat panik.

“Tenang, akan kuurus kekasih harammu itu, Mas!” sahutku sambil keluar dari mobil.  Kupastikan mengunci seluruh pintu dan jendela mobil sekali lagi.

Mas Gilang makin panik. Suami tampanku itu mulai menggedor-gedor kaca mobil sambil memanggil namaku. Aku berjalan gontai mendekati sang pelakor.

“Kak Mel ….” Perempuan itu semakin gemetar. Dia bergerak mundur, tapi terjebak dengan mobil yang terparkir di belakangnya.

“Selamat pagi, Rum! Selamat pagi adikku!” sapaku sambil tersenyum menyeringai.

“Kak, aku ….” Bibir tipis itu terbata-bata.

Aku kian merapat ke tubuhnya. Perempuan itu terpaksa bersender ke mobil di belakangnya.

“Mel … Mel …!” teriak Mas Gilang dari dalam Mobil.  Begitu takutnya dia kalau aku sampai  melukai kekasihnya.

“Kau enggak ngucapin selamat padaku, karena telah lahiran dan berhasil  menjadi seorang ibu?” tanyaku menatapnya tajam.

“I … iya, selamat ya, kak!” sahutnya bergetar.

“Kenapa kamu enggak melihatku ke rumah sakit? Kenapa kamu malah pulang ke kampung? Bukankah kau telah berjanji padaku bahwa kau akan merawatku setelah melahirkan?”

“Maaf, Kak. Aku … aku ….”

“Kamu apa? Jawab! Kamu apa?”

“Aku takut kakak marah.”

“Memangnya kenapa aku mesti marah? Apa kesalahan yang telah kau lakukan sehingga aku harus marah?” tanyaku sambil menindih tubuhnya.

“Kak, ampun. Aku  … aku ….”

“Kau apa? Jawab! Kau apa!”

“Aku minta maaf, Kak?”

“Minta maaf kenapa, Adikku yang cantik? Adikku yang bahenol? Katakan! Kau minta maaf kenapa?”

“Aku dan suami Kakak ….”

“Kenapa? Kau dan suamiku kenapa?”

“Kami … kami telah ….”

“Jawab dengan jelas!” teriakku  kencang.

Parkiran itu terlihat sangat sepi. Tidak ada lagi mobil masuk maupun yang keluar. Sepertinya semua telah tenggelam dalam kenikmatan di dalam kamar hotel. Rani dan Mala juga entah ke mana. Mungkin masih sibuk meneliti plat mobil satu persatu, atau malah masuk ke dalam hotel untuk mencari suamiku di lobi atau di restorannya.

Sepertinya di sini hanya ada aku,  sang pelakor dan suamiku yang telah kukurung di dalam mobil. Kutatap lagi perempuan itu tiada jeda. Mulutnya komat-kamit seperti hendak bersuara, tapi masih gentar.

“Aku dan Mas Gilang, kami …  KAMI TELAH SELINGKUH DI BELAKANG KAKAK!” teriaknya tiba-tiba.

Aku tercekat, kutatap tajam wajah cantiknya yang kembali menunduk. Kuangkat dagunya ke atas, hingga mata kami bertemu. Tapi, dia segera mengalihkan tatapannya ke samping. Ingin sekali rasanya  agar dia menentang tatapanku. Aku ingin melihat dari matanya, seperti apa isi hatinya yang sesungguhnya sehingga dia begitu tega menusukku dari belakang.

Mas Gilang masih menjerit  dari dalam mobil sambil menggedor-gedor. Aku tidak perduli. Aku masih fokus kepada Harum.

“Kau seorang gadis cantik, muda, tubuhmu begitu sempurna, kau mau menyerahkan segalanya kepada suamiku? Dia suamiku! Kenapa?” sergahku melemah.

Harum menegeakkan wajahnya.

“Mas Gilang menginginkanku. Dia sangat menyukaiku, dia bahkan tergila-gila padaku,” pungkasnya  dengan nada bangga. Sepertinya dia sudah merasa  di atas angin. Tiada lagi rasa gentar dan takut di wajahnya. Sorot matanya kini mulai menantang.

“Oh, ya? Bisa kau tunjukkan padaku bagian tubuhmu yang mana yang paling disukai suamiku?” tanyaku sinis. Tanganku mencengkram dagunya.

“Katakan bagian tubuhmu yang mana yang membuat suamiku tergila-gila!” 

“Lepaskan tangan Kakak, biar kujawab!” tandasnya tanpa sungkan.

“Ok, baik. Sekarang jawab!”

Kulepaskan cengkramanku. Aku salut akhirnya dia berani juga menerima tantanganku. Hebat.

“Asal Kakak tahu, Mas Gilang lebih menyukaiku dari pada Kakak.”

“Oh, ya?” sahutku hampir tak percaya.

“Kakak enggak pernah sadar, kan?  Kalau  suami   Kakak  itu  sebenarnya udah lama jijik sama Kakak. Kakak itu jelek, cerewet, suka ngatur-ngatur, suka marah-marah enggak jelas. Makanya dia lebih milih aku.”

“Begitu? Begitu yang di bilang Mas Gilang padamu, ha?” Dadaku terasa sesak. Emosi mulai memuncak.

“Iya, kakak juga enggak pernah bisa memuaskan Mas Gilang di atas ranjang. Dia enggak pernah bisa puas. Beda dengan aku. Aku tahu bagaimana cara melayani dia sampai dia sangat puas bahkan bisa berkali-kali. Makanya dia tidak bisa lagi melupakan aku. Kakak sadar diri, dong!”

“Par!” Tanganku tak tertahan lagi. Sebuah tamparan mendarat di pipi ranumnya.

“Kau bisa memuaskan napsu setan suamiku, ya? Mas Gilang lebih puas dengan pelayanmu daripada pelayananku? Begitu katamu!”

Tanganku meraih rambut ikalnya, kucengkram sekuatnya.

“Kau tahu kenapa dia katakan seperti itu padamu? Kau mau tahu kenapa dia berkata begitu? Karena dia telah tergoda napsu setan. Setan telah berhasil menipu daya dirinya, menambah kenikmatan maksiat yang kalian lakukan. Kau tahu siapa setan itu? Setan itu adalah kau!”

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
selingkuh karena nafsu setan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 6. Ternyata Suamiku Lebih Mencintai Harum

    Bab 6. Ternyata Suamiku Lebih Mencintai Harum****“Harusnya Kakak sadar, bukan malah ngata-ngatin aku. Aku perempuan sempurna di mata Mas Sigit. Kakak itu apa? Lihat wajah Kakak! Lihat tubuh Kakak! Kakak itu enggak ada cantik-cantiknya. Tubuh kakak juga gak ada seksi-seksinya. Laki-laki tampan dan tajir seperti Mas Gilang layak mendapatkan perempuan yang istimewa. Bukan perempuan macam Kakak! Sebelum Mas Gilang mentalak Kakak, seharusnya Kakak mundur! Akan lebih terhormat kalau Kakak yang minta pisah, dari pada di talak!”“Terima kasih atas semua saranmu, adikku. Terima kasih banyak, ya!” ucapku lemah lembut. Pandanganku gelap. Kesadarnku telah hilang.“Cukup, Mel! Sadar! Mel! Istiqfar, Mel!” teriak Rani dan Mala bersamaan.Entah sejak kapan mereka berdua ada di dekat kami. Sepertinya suara teriakan Harum memancing pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 7. Talak Aku Atau Kubongkar Aibmu

    Bab 7. Talak Aku Atau Kubongkar Aibmu*****Segera aku meloloskan diri dari gendongan Mas Gilang. Aku berdiri kuat, kupaksa hati dan pikiran untuk fokus. Aku tidak boleh terlihat lemah.“Lho, Mel? Kamu enggak apa-apa?” tanya mama mertuaku heran.“Tidak, Ma. Saya baik-baik saja. Tadi, pusing dikit,” sergahku melangkah perlahan menuju kamar Chika.“Chika baik-baik saja. Sebaiknya kamu membersihkan diri dulu, makan, lalu istirahat. Kamu belum pulih benar, Mel. Masih sebulan pasca melahirkan, itu masih rentan.”“Iya, Ma. Saya cuma mau melihat sebentar saja. Saya kangen,” sahutku melanjutkan langkah.Mas Gilang langsung menuju kamar, sama sekali tidak ada niatnya untuk melihat keadaan putrinya. Betul-betul hatinya sudah dibutakan napsu dan cinta Harum.“Ku

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 8. Kesepakatan Di Atas Materai

    Bab 8. Kesepakatan Di Atas Materai*****“Kau serius melakukan ini semua, Mel?”“Ya, Sebetulnya aku mau pisah denganmu tanpa persyaratan ini semua. Tapi, orang tua dan keluarga besarmu, bagaimana?”“OK, akan aku pikirkan. Semoga Harum bisa menerimanya. Dia sangat ingin kunikahi secara sah,” sergahnya bingung dan putus asa.“TIdak bisa dong, dia harus menjaga rahasia ini. Jangan sampai orang kampung tau kalau dia adalah istri sirimu. Orang tahunya, bahwa dia itu pembantuku. Bisa tidak?”“Ini pilihan yang sulit, sangat sulit,” sergahnya. Wajahnya terlihat begitu muram.“Terserah. Lima menit lagi, harus sudah ada keputusanmu!” ancamku lagi.Dia terdiam. Rupanya besar juga untungnya mertua menyayangiku. Hal ini bisa kujadikan senjata untuk mengalahkan k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 9. Kamar Maksiat Untuk Pembantuku Sayang

    Bab 9. Kamar Maksiat Untuk Pembantuku Sayang*****“Kamar untuk Harum yang mana, Mel?” tanya Mas Gilang kemudian.“Yang biasa, kenapa memang? Kamar itu selama ini enggak pernah dipakai, kan? Bik Ina enggak kuijinin tidur di kamar maksiat itu. Bik Ina selama ini tidur di kamar belakang,” terangku tetap sinis.Harum mendengus kasar, kutahu dia sangat tersinggung. Sedang Mas Gilang tak bisa berbuat apa-apa.“Mel! Siapa ini? Mama dengar kamu nyebut kamar maksiat?”Tiba-tiba Mama mertua menghampiri kami. Papa sudah pergi ke kamar Chika cucu tersayangnya. Mereka berdua sehari-hari tiada henti mengawasi Chika secara bergantian. Tentu saja sangat meringankan tugas Bik Ina. Biarlah, sampai mereka puas.Mertuaku memang belum pernah memiliki anak perempuan maupun cucu perempuan. Mereka memiliki anak dua, tapi duanya laki-laki. Mas Faja

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 10. Ikuti Permainanku, Harum!

    Bab 10. Ikuti Permainanku, Harum!*****“Kenapa Gilang tampak kurang bergairah, ada masalah di antara kalian?” tanya Papa menatapku penuh selidik.“Ma, Mama belum jelasin ke Papa?” tanyaku mengedipkan mata.“Iya, nanti Mama jelasin. Udahlah Pa! Gilang baik-baik saja. Makanya Menantu kita ke salon tadi siang, berusaha merubah penampilan secantik mungkin, itu semua demi suaminya. Maklum, istri habis melahirkan. Papa kayak enggak ngerti aja!” cerocos Mama mertua.Mas Gilang melotot, menatapku dan ibunya bergantian.“Mas Gilang malu, Ma,” bisikku di telinga ibunya.“Iya, tapi dia sudah klepek-klepek melihat perubahanmu,” sahut Mama balas berbisik di telingaku.Kami berdua pun tertawa lepas. Saat itu Harum muncul dengan segelas air hangat di tangannya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 11. Ternyata Suamiku Sudah Melamar Harum

    Bab 11. Ternyata Suamiku Sudah Melamar Harum****“Mas … kau tidak membelaku? Kau diam saja melihat perempuan ini semakin menekanku?” Harum mengguncang tubuh Mas Gilang.“Masuk ke kamarmu!” suara Mas Gilang terdengar pelan, tapi penuh tekanan.Aku dan Harum terperanjat. Gadis itu menatap Mas Gilang tak percaya.“Kalau kau masih mau jadi istriku, kau harus patuhi perintahku!” tegas Mas Gilang lagi.“Kau berubah, Mas! Kenapa?” tanya Harum lunglai.“Aku tidak berubah, aku akan tetap menikahimu, tapi tidak bisa sekarang. Ikuti perintahku, Harum! Jangan nambah masalah! Sakit kepalaku!” sergah Mas Gilang melemah.“Lalu janjimu pada Ibuku? Bagaimana janjimu pada ibuku? Kau sudah janji padanya, Mas!” lirihnya mengagetkanku.“Jaga mulutu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 12. Kau Sentuh Aku, Kau Kuterjang

    Bab 12. Kau Sentuh Aku, Kau Kuterjang*****“Berarti orang kampung semua sudah tahu kalau kau telah melamar dia?” tanyaku. Seluruh tubuh dan persendian rasanya lemas.“Tidak, Kak. Lamaran itu masih kami rahasiakan. Asal Mas Gilang segera memenuhi janjinya.” Harum mengangkat dagu. Perempuan ini benar-benar sudah merasa di atas angin.“Janji apa?” tanyaku melangkah ke arah pintu. Kuhampiri dia dengan gemetar. Kurasakan darahku mulai mendidih.“Mas Gilang janji, dia akan segera menikahi saya secara sah. Sebulan setelah Kakak melahirkan, dia akan talak Kakak. Ini sudah sebulan, tapi Mas Gilang belum talak Kakak. Justru Kakak semakin semena-mena menekan saya, memperlakukan saya seperti pembantu di rumah ini. Makanya saya nelpon ibu, besok dia datang sama Mas Yanto. Mas Yanto pasti ngamuk besok, liat aja!” Harum berkata berapi-api, ancamannya membuat Mas

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 13. Suami Pecundang Menyesal Bohongan

    Bab 13. Suami Pecundang Menyesal Bohongan*****“Aku rela kau tendang seperti tadi, seribu kalipun kau menendangku seperti tadi aku pasrah. Kalau memang hal itu bisa menebus kesalahanku.”Astaga! Apa yang kudengar ini? Mas Gilang berkata seperti itu setelah aku menendangnya? Apa yang terjadi dengannya? Jangan-jangan dia geger otak gara-gara tendanganku tadi? Gawat, apakah benturan di kepalanya begitu parah?“Mas, apakah kepalamu sakit? Kau masih waras, bukan?” tanyaku menatapnya lekat. Tapi, aku tetap bersiap siaga menjaga segala kemungkinan, termasuk bila tiba-tiba dia mencelakaiku.“Aku sehat, Mel. Aku enggak apa-apa. Tapi, jujur, setelah kesulitan yang ditimbulkan oleh Harum, aku semakin sadar kalau langkah yang kutempuh selama ini salah.”“Kau … kau sehat? Setelah tadi pagi kau bilang bisa gila bila t

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)

    Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir)

    Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir) VOP Fika Aku memang sudah berumur. Sudah hampir kepala empat. Hingga detik ini tak juga menikah, karena memang tak mau menikah Keputusanku tak mau menikah bukan karena apa-apa. Rasa kecewa karena pernah bertepuk sebelah tangan, membuatku tak mau membuka pintu hati pada siapa pun lagi. lebih baik hidup sendiri dari pada kecewa lagi. Fajar, pemuda yang telah mencuri hatiku. Sayang, dia tidak ada rasa sedikitpun untuk menerima kehadiranku. Cintaku tak berbalas. Cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi, aku tidak pernah membencinya. Saat dia memilih wanita lain sebagai pendamping hidupnya, aku turut berbahagia. Meski sakit, aku harus tetap waras. Fajar tidak bersalah. Wanita pilihannya juga tidak salah. Yang bersalah itu adalah aku.&nbs

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 148. Ekstra Part 4

    Bab 148. Ekstra Part 4 VOP Gilang "Selamat menghirup udara bebas! Selamat datang kembali di dunia yang penuh sandiwara ini!" Aku terperangah. Seorang wanita tinggi semampai berkacamata hitam, menegurku. Aku tidak dapat mengenalinya. Lama kupindai wajah dan penampilannya. Rambut sebahu hitam legam, badan padat berisi, dan suara yang tegas penuh wibawa. "Selamat menjalani babak kedua dalam hidupmu?" ucapnya lagi. Jemari dengan berkutek merah terang itu memegang bingkai kacamata, lalu menanggalkannya perlahan. "Fika ...!" gumamku terkejut. Pengacara wanita yang telah membuat sang Hakim mengetuk palu, memutuskan hukuman penjara buatku. "Enggak ada yang jemput, ya? Kasihan banget kamu. Mana keluargamu?" Aku hanya m

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 147. Ekstra Part 3

    Bab 147. Ekstra Part 3 “Oh, iya, sabar, ya, Bu. Sebentar saja, kok! Enggak lama. Mereka pelanggan tetap saya. Harus ekstra pelayanannya. Memang Ibu yang duduk duluan di sini, tapi, mereka yang memesan duluan.” Penjual es itu, tak menghiraukanku. “Saya duluan! Saya dari tadi di sini! Mentang-mentang mereka orang kaya, saya orang miskin, saya enggak dilayani, begitu? Saya bisa obrak abrik warung jelekmu ini tau?” teriakku mulai emosi. “Lho dari tadi ibu enggak minta, mereka pesan, baru ibu minta, sabar, dong!” Penjual es tak juga memenuhi permintaanku. “Pokoknya layani saya dulu! Saya sudah tidak sabar! Biar jadi pelajaran buatmu! Jangan pilih kasih sama pembeli, ya!” “Ya, sudah, ibu ambil yang sudah dibungkus itu, dulu, enggak apa-apa, saya akan ganti nanti buat mereka, tanggung ini, dua bungkus lagi!” “Saya e

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 146. Ekstra Part 2

    Bab 146. Ekstra Part 2 Secara rutin aku memeriksakan diri ke dokter. Namun penyakitku tak juga kunjung sembuh. Awalnya tak menunjukkan gejala apa-apa. Tetapi setelah beberapa tahun kemudia, infeksi itu sudar menyerang bagian dalam tubuh. Mulai dari uterus, bahkan alat kelamin itu sendiri. Melihat kondisiku, tak ada lagi lelaki hidung belang yang mau menggunakan jasaku. Mereka merasa jijik dan takut tertular. Padahal aku tak pernah mengatakan tentang penyakitku. Aku hanya deman biasa, begitu alasanku. Tapi, melihat kodisi tubuhku yang kian kurus tinggal tulang, juga lemah tak bertenaga, mereka semakin curiga. Bokong dan dada besarku yang sangat terkenal di kalangan lelaki durjana itu, mulai menipis. Hilang sudah andalanku dalam menjerat mangsa. Aku menganggur. Makan tidur menjadi tanggunagn Bang Jordan. Dia mulai marah karena mengaggap aku tak lagi meguntungka

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 145.Ekstra Part 1

    Bab 145.Ekstra Part 1 VOP Harum Kehancuran Kak Melur adalah target utamaku. Dia yang telah membawaku ke kota ini, semua masalah ini timbul karena dia, Aku dan keluargaku terusir dari kampung, juga karena dia telah menghasut orang kampung. Sekarang, Mas Yanto meninggal, Ibu di penjara, dan aku terlunta-lunta dengan penyakit di tubuhku. Ke mana aku akan bernaung sekarang? Setelah kucoba mengemis kepadanya, dia malah mengusirku dengan kasar. Harusnya dia bertanggung jawab dan menampungku. Sekarang, ke mana aku akan melangkah? Uang yang di berinya waktu itu hanya cukup biaya makan seminggu. Untung tempat tinggal aku enggak perlu bayar. Bekas toko ini bisa kugunakan untuk tempat bernaung. Tapi untuk makan besok, aku uang dari mana? Sebuah Mobil berhenti di depan toko. Gegas aku keluar melihatnya. Itu Bang Jordan, teman Mas Gilang sekaligus tempat

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat)

    Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat) Itu Kak Bulan. Dia merekam video ini untukku? Kak Bulan tengah duduk di samping sebuah ranjang pasien. Sepertinya seseorang sedang berbaring di ranjang itu. Entah siapa, wajahnya tidak muncul di rekaman. “Maaf, ya, Mel. Sepertinya kamu sudah duluan lihat fhoto-fhoto itu baru buka plasdisc ini. Iya, kan? Pasti kamu sedang marah, emosi, kecewa dan mungkin kamu juga udah ngusir Reno. Aku enggak tahu persis apa yang terjadi di situ. Aku hanya berusaha memberi yang terbaik buatmu, adikku. Selama ini kami sekeluarga telah membuat hidupmu hancur. Untuk terakhir kalinya aku berusah setidaknya bisa menyelamatkan pernikahan yang baru saja kau mulai. Isi Plasdisc ini aslinya bukan ini, Mel. Sengaja kuhapus, dan kuganti dengan yang ini. Tapi, foto-foto itu enggak bisa kuganti, karena dia yang memesan karangan bunga itu. Kau tahu siapa? Ha

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 143.  Kejutan Di Malam Pertama Pertama

    Bab 143. Kejutan Di Malam Pertama Pertama“Terima kasih sudah menjadi istriku, Mel! Aku sangat mencintaimu! I Love you, Sayang!” bisiknya lembut di telinga.“Kau juga tampan sekali, Mas, aku bangga dan sangat bersyukur bisa memilikimu. I love you, too,” balasku mengerjapkan mata.“Terima kasih.” Mas Reno tersenyum lagi. “Sekarang, ya?” tanyanya memohon izin.Aku tak menjawab, karena memang dia pun tak menunggu jawaban dariku. Mulutku tak lagi bisa berucap. Bibir kenyal mas Reno telah melumatnya. Awalnya begitu lembut, namun sesaat kemudian berubah kasar. Mas Reno melumatnya dengan begitu rakus.Aku membalas setiap lumatannya. Makin terhanyut saat lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Mas Reno menjelejah setiap inci rongga mulutku. Memeprmainakn lidahku de

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 142. Pernikahan Kedua Dan Terakhirku

    Bab 142. Pernikahan Kedua Dan TerakhirkuKupaksa otakku berfikir keras. Mencoba membongkar memori ingatan, namun, tetap tak kutemukan. Tunggu, suaranya? Suaranya, sepertinya juga tidak asing. Sepertinya aku sering mendengarnya, tapi siapa? Apakah karena tertutup masker, sehingga suaranya agak susak kukenali. Rasa penasaram mengaduk hati, ok, aku akan cari tahu dari si pengirim karangan bunga itu.Aku bangkit perlahan, menuju sudut ranjang. Baru saja tanganku hendak meraih kertas kecil yang terselip di karang bunga yang lumayan cantik itu, seseorang memanggilku untuk segera keluar.“Mel! Ayo, rombongan mempelai pria akan segera tiba. Akad nikah akan segera dimulai.”Mala dan Rani berdiri di ambang pintu kamar. Keduanya berkebaya dengan warna dan model yang sama, rambut mereka berdua digelung rapi, wajah di make up cantik.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status