Semua Bab Pelakor Itu Pembantuku: Bab 91 - Bab 100

150 Bab

Bab 91. Pertengkaran dengan Mak Uda di Kantor Polisi

Bab 91. Pertengkaran dengan Mak Uda di Kantor Polisi Aku beralih kepada yang di tengah, Harum.  Perempuan itu masih menunduk. Lama kutatap perutnya. Perut itu masaih saja rata. Kualihkan menatap dadanya. Biasa saja. Tidak ada tanda-tanda kalau dia hamil. Bukankah ini sudah  cukup lama? Harusnya perut itu mulai membentuk, dada harusnya mulai membengkak. Tapi, perempuan ini biasa-biasa saja. Apakah dia sudah menipu Mas Gilang? Bukankah sejak dia mengaku hamil, awal dari semua malapetaka ini? Mertuaku  berubah seratus delapan puluh derajat karena percaya dia hamil. ‘Harum! Kau penipu! Kau rusak rumah tagggaku, kau ambli suamiku, kau hancurkan semuanya, kau bakar rumah besar itu, lalu kau culik anakku!’  Aku memaki dan mengumpat, tapi hanya dalam hati. Dengan gigi gemeretak kuraih dagunya, kucenkram dengan kencang, lalu kuangkat ke atas hingga bersetatap dengan mat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 92. Mas Reno Di Dalam Mobil

Bab 92. Mas Reno Di Dalam Mobil “Apa, sih? Enggak boleh! Pokoknya kamu enggak boleh ikut ke rumahku. Kamu pulang ke Medan aja, bareng Pak Polisi itu! Bukankah dia pacarmu!” kataku menarik lengannya agar tak menghalangiku masuk ke mobil. Gadis itu tidak menolak, dia bergeser, lalu melangkah pergi, berjalan gontai masuk ke dalam kantor. “Maaf, Mala! Aku harus melakukan ini, agar kau bisa dekat dengan polisi baik itu!” bisikku membatin. Sedikit lega, karena akhirnya Mala mau mengalah. “Kita pulang, ya, Chika, Sayang! Sama kakek juga!” kataku sambil membuka pintu mobil. Aku terpaku, pintu mobil terbuka. Seseorang tersenyum manis menyambutku. Astaga! Jadi ini yang membuat Mala tercekat tadi? Mala tak jadi membuka pintu mobil, tak bisa berkata-kata, karena ini? “Enggak boleh nyetir sambil gendong bayi!
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 93. Jangan Sampai Kembali Jatuh Di Lubang Yang Sama

Bab 93. Jangan Sampai Kembali Jatuh Di Lubang Yang Sama “Maaf, kakak juga sempat marah-marah. Gimana Chika? Kakak dengar udah ketemu, kan? Maaf, kakak sibuk ngurus kepulangan Mama.”  “Iya, Kak. Jadi sekarang gimana? Apa rencana Kakak selanjutnya?”  “Inilah yang ingin kami rundingkan. Si Gilang malah ngilang.”  “Oh, posisi Kakak di mana, nih?”  “Di sini, di rumah yang tinggal puing-puing ini.”  “Ya, Allah? Gimana, Mama?”  “Mama   dibawa Mas Fajar makan di restaurant simpang itu.  Sengaja biar Mama enggak liat kenyataan ini.”  “Lho, masih dirahasiakan?”  “Iya, siapa yang berani ngas
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 94. Ibu Mengusir Mas Reno

Bab 94. Ibu Mengusir Mas Reno “Iya, Bu. Aku akan hati-hati mulai sekarang. Tapi, aku tidak bersandiwara, Bu. Semua yang aku katakan itu benar.” “Baik, Anggap saja ibu percaya. Sekarang suruh dia pergi dari sini!” “Kenapa, Bu? Dia teman aku, lho. Dia sudah banyak menolong kita, Bu!” “Ibu enggak suka kau berhubungan dengan laki-laki manapun untuk saat ini, Melur! Kau ini perempuan apa, sih? Baru semalam kau memperoleh surat ceraimu! Hari ini kau sudah memasukkan laki-laki ke dalam rumahmu? Mikir! Bagaimana penilaian orang tentangmu, nanti! Kamu itu bukan gadis lagi! Kamu janda! Ingat, kau berstatus janda! Kau pikir enggak berat mneyandang status itu, ha? Berat! Kamu enggak boleh sembarangan bergaul dengan laki-laki manapun yang bukan muhrimmu! Atau kau mau dibilang orang janda gatal? Janda kesepian? Janda jablay, mau?” “Ibu, Mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 95. Suara Cempreng Ibu Mertuaku Berteriak-Teriak Di Halaman.

Bab 95. Suara Cempreng  Ibu Mertuaku Berteriak-Teriak Di Halaman. “Kita makan dulu, ya, Pa!” Aku menghidangi makan untukku dan Papa. “Terus terang, saya tidak membenci Bapak. Yang saya benci itu adalah istri Bapak. Dia terlalu membela si Gilang itu. Sedang Melur itu terlalu lugu. Bodoh kalau saya bilang malah. Gampang banget dibodohi orang. Makanya saya tidak akan meninggalkan dia sendiri. Entah seperti apa sudah rumah saya di kampung itu. Saya tidak peduli. Pokoknya saya tidak mau kecolongan lagi. Melur akan saya pantau terus. Jadi, maaf, kalau saya tidak setuju, Bapak tinggal di sini.” Baik, saya, paham, Bu.” Papa sepertinya sudah bisa menerima alasan Ibu. Semoga dia akan baik-baik saja. “Silahkan makan dulu, Pak! Saya tinggal ngurus cucu saya, eh, maaf, Chika tetap cucu kita. Tapi, tidak untuk istri Bapak, maaf.” 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 96. Melur Bukan Menantu Lagi

Bab 96. Melur Bukan Menantu Lagi “Ma! Melur bukan menantu Mama lagi! Mama enggak punya hak ngata-ngatain dia!” teriak Mas Fajar semakin kesal. “Oh, iya? Begitu? Kau sudah menggugat pisah anakku, ya? Gimana? Berhasil? Hehehe … pasti kau kalah, kan? Hak asuh Chika juga pasti kau kalah! Makanya kau masih bertahan di sini? Chika cucuku yang mau kau perjuangin pasti, makanya kau di sini? Bagus, deh! Tapi, sekarang aku sudah keluar dari rumah sakit,  kamu harus keluar juga dari rumah ini! Ini rumah kami juga, kau tahu itu, kan? Sombong banget gugat pisah anakku? Jadi gembel tau rasa kamu! Pergi sana! Kau enggak boleh melihat Chika lagi!  Pergi!” Aku bergeming. Hanya keluarganya yang terlihat semakin gugup dan geram melihat tingkah perempuan itu. “Sabar, ya, Mel. Kami akan segera putuskan sekarang ke mana kami akan bawa Mama!” Kata Kak Bulan merasa bersal
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 97. Telepon Makian Dari Istri Abang Ipar

Bab 97. Telepon Makian  Dari Istri Abang Ipar “Sudahlah! Sekarang kita pergi saja dair sini! Kasihan Melur, dia butuh ketenangan, kita tak pantas mengganggu hidupnya terus menerus. Ayo, Jar, Bulan! Kita pergi!” Papa memutar rodanya dengan sebelah tangan. Amat sulit bergerak kursi itu dengan bobot tubuhnya di atas. Sumpah pertahaan di mataku hampir jebol. Aku ingin menangis menyaksikan penderitaan Papa. Lelaki yang sudah kuanggap Ayah kandung. Dia baik, sangat baik. Hatinya teramat mulia. Memang pernah dia membuatku kecewa, karena dia menyuruh Mas Gilang menikahi Harum. Tapi, itu dilakukannya karena Harum bilang dia hamil. Papa mertuaku pasti tidak tega karena pada Harum yang terlunta-lunta, seperti pengaduan Mas Gilang. Bagaimana dengan mama mertuaku, awalnya dia begitu baik. Dia bahkan sangat menyayangiku melebihi apapun. Kenapa dia bisa berubah jahat? Semua karena Mas Gilang. Mama mertua baik padaku, a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 98. Mas Gilang Dan Mama Sangat Percaya Kalau Harum Hamil

Bab 98. Mas Gilang  Dan Mama Sangat Percaya Kalau Harum Hamil Aku melongo, Mas Fajar terlihat semakin tegang.  Tiba-tiba ibunya merebut ponsel dari tanganku. “Heh! Menantu kurang ajar! Dengar, ya! Aku juga tidak sudi tinggal di rumahmu! Dari awal kau menikah dengan anakku, pernah rupanya aku menginjakkan kaki di rumahmu, ha? Enggak pernah, kan? Jijik aku serumah denganmu! Ingat itu, ya! kalau hartaku habis dibuat anakku si Gilang, itu bukan urusanmu! Harta itu hartaku, dihabiskan anakku, apa urusanmu? Kok, kau yang stress. Aku aja ibunya biasa aja! Yang penting anakku senang! Kau mau apa lagi rupanya? Fajar itu PNS, seumur hidupnya sudah punya gaji tetap. Pemerintah udah menjamin hidupnya. Kurang apa lagi, kau, Ha? Dasar rakus!” “Oh, jadi kalau Mas Fajar PNS, dia enggak kebagian harta lagi, begitu? Baik, mana mas Fajar! Aku mau bicara sama dia sekarang!” sahut Kak Tati semakin emosi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 99. Mantan Mama Mertua Meradang

Bab 99. Mantan  Mama Mertua Meradang “Maaf, Mas Fajar, bukannya ngusir, tapi sumpah, aku enggak mau Mas Gilang datang ke sini. Ibu juga enggak sudi kalau Mas Gilang menginjakkan kaki di rumah ini. Jadi sebaiknya kalian pergi dari sini sekarang juga. Ini ada uang, bagian Mas Gilang sesuai dengan keputusan sidang. Mudah-mudahan bisa digunakan untuk biaya hidup Mama dan Papa juga ngontrak rumah,” kataku sembari meletakkan amplop berisi uang di tangan Mas Fajar. “Heh! Sombong benar! Ayo, kita pergi! Aku juga enggak sudi lama-lama di rumahmu ini! Rumah ngontrak aja, sombong! Ngaku-ngaku rumah pacar! Enggak usah mimpi, cuma si Gilang, dulu yang mau menerima kau sebagai istri meskipun kau orang kampung dan miskin! Gak sadar diri! Udah di tolong malah mentung! Bilang aja kau mau nguasai mobil itu, kan? Ambil! Untukmu satu! Hitung-hitung sedekah kami buatmu! Kau, kan anak yatim? Pengen punya mobil, iya, kan?” 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya

Bab 100. Bertemu Mantan Mertua Di Panti Jompo

Bab 100. Bertemu Mantan Mertua Di Panti Jompo Aku bukan perempuan ganjen, yang tebar-tebar pesona pada lelaki lain, padahal baru saja bercerai. Aku juga bukan janda gatal yang merindukan belaian laki-laki. Aku mencintai Mas Reno jauh sebelum aku mengenal Mas Gilang.  Cinta ini sudah  lama tumbuh di hati. Saat aku tahu, kalau Mas Gilanglah yang telah merusaknya,  kami ingin membenahinya lagi. Salahkah? Apakah salah jika aku merajut lagi benang cinta  yang pernah kusut dulu? Apakah akau tidak boleh mewujudkan impian, meraih kebahagiaanku sendiri? Salahkah?  “Mel! Temani ibu keluar sebentar, yuk!” Ibu membuyarkan lamunanku. Segera kuseka butiran bening di sudut mata. “Kau kenapa? Nangis?” tanya  Ibu meneliti wajahku. “Ti … tidak. Aku hanya kelilipan,” sahutku berdusta. “Oh, ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status