Home / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pelakor Itu Pembantuku: Chapter 111 - Chapter 120

150 Chapters

Bab 111. Pembantuku Telah Kembali

Bab 111.  Pembantuku Telah Kembali POV Melur Aku dan Ibu sengaja duduk di teras. Kami tengah menunggu kedatangan Mas Reno. Tadi pagi Mas Reno meneleponku, meminta pendapatku tentang nasip Harum Awalnya aku menolak rencananya mengantarkan Harum ke rumahku. Bagaimana mungkin aku akan menerima dia lagi, setelah apa yang pernah dilakukannya pada suamiku. Sebodoh-bodohnya seseorang, jelas tak mungkin dia mau terpersok di lubang yang sama untuk kedua kalinya. Tetapi alasan Mas Reno sangat masuk akal. Kemanusiaan. Harum tidak punya siapa-siapa di kota ini. Sedang kalau pulang ke kampung, selain dia tak punya rumah lagi, warga kampung pun tak menyukainya. Daripada  terjerumus kian dalam ke lembah hitam, bukankah lebih baik kita menolongnya, membimbingnya ke jalan yang benar, meski dengan cara paksa atau seret sekalipun. Mas Reno sangat percaya, kalau Harum akan hancur bila berg
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

Bab 112. Harum Menginginkan Mas Reno

Bab 112. Harum Menginginkan Mas Reno “Satu hal yang perlu kau ingat adalah! Jangan pernah berpakaian seksi  di sini. Jika kau melanggar, maka seisi rumah berhak menegurmu! Kalau berbuat kesalahan, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari sini. Sudah sana! Tanya Bik Ina, mana kamarmu, dan mulai bekerja!” perintahku. Harum beranjak pergi. Ibu menepuk lembut punggungku. “Semoga arwah Pak Udamu, tenang di sana,” ucapnya lalu masuk ke rumah. Aku mengikutinya.  Namun, kami dikagetkan demi  mendengar suara Bik Yerti yang mengomel  dengan kencang. Kenapa dia? Gegas  aku dan Ibu berjalan ke  belakang. “Sekali pelakor ya, tetap pelakor! Awas aja kalau kau berani godain suamiku! Kucabe tempemu yang kegatelan itu! Tau, kau!” teriak Bik Yerti semakin kencang. “Siapa juga yang mau sama aki-aki kayak
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

Bab 113. Restu Dari Ibu Buat Mas Reno

Bab 113. Restu Dari Ibu Buat Mas Reno “Aamiin, Ya, Allah. Semoga lancar, ya! Kamu udah mau wisuda, Mas. Ya, Allah, leganya. Akhirnya, kuliah kamu yang sempat terancam DO, selesai juga. Kamu behasil jadi sarjana, Mas.” Tak sadar butiran bening menetes di pipi. Rasa haru menyeruak di hati. Seharusnya Mas Reno sudah selesai setahun yag lalu. Tapi karena prahara yang melanda cinta kami, semuanya gagal. Syukurlah segalanya kembali membaik. Mas Reno akan menyelesaikan kuliahnya, aku telah lepas dari cengkraman Mas Gilang. Namun, cinta kami  tetap belum jelas nasipnya. Ibu belum juga merestui.  Niat baik keluarga Mas Reno tak pernah ditanggapinya. Berkali sudah orang tua Mas Reno hendak bersilaturahmi ke rumah, ditolak dengan tegas olehnya. Padahal sudah lelah aku menjelaskan kalau Papa Mas Renolah yang telah membantuku di persidangan, tanpa uang sepeserpun sebagai imbalan. Mungkin ras
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

Bab 114. Permintaan Harum

Bab 114. Permintaan Harum “Ibu! Mas Reno itu udah ada sejak dulu, sejak aku masih kuliah. Jauh sebelum aku nikah sama Mas Gilang. Jadi, bukan aku cari-cari,” dalihku membela diri. “Iya, sekarang ibu sudah paham. Ibu ngerti, Mel. Ibu minta maaf, sempat enggak percaya pada hubungan kalian.” “Ibu ….” Aku menatap lekat wajah Ibuku. Tatapan bahagia dan ungkapan terima kasih yang tak bisa diucap dengan kata-kata. “Iya, Nak. Tapi, ibu harap, kalian jangan buru-buru nikah! Apa kata orang nanti. Baru juga jadi janda, langsung buru-buru nikah. Orang enggak akan mau tahu alasan yang sebenarnya. Hal negative paling mudah disematkan orang pada kejadian yang dia sendiri tak paham. Tunggulah beberapa bulan lagi, ya, Nduk!” “Ibu … aku bahagia banget. Akhirnya Ibu mau nerima Mas Reno. Enggak perduli kapan boleh nikahnya, asal Ibu
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

Bab 115. Tangis Harum Di Malam Silaturahmi Keluarga Mas Reno

Bab 115. Tangis Harum Di Malam Silaturahmi Keluarga Mas Reno “Ibu, kenapa sedih?” tanyaku lembut, kupeluk tubuh kurusnya dari belakang. “Ibu merasa bersalah pada Ayahmu, Mel. Ibu sempat menyerahkanmu kepada laki-laki berengsek itu. Pasti Ayahmu tidak akan memaafkan kesalahan Ibu. Semoga kali ini, kesalahan yang sama tidak terulang, semoga Reno memang pilihan yang tepat buatmu, Nduk. Kalau ternyata salah lagi, mungkin lebih baik ibu cepat-cepat saja menyusul ayahmu ke sana.” “Ibu …  Kali ini aku yakin, kita enggak akan salah. Mas Reno baik, Bu. Keluarganya juga baik. Aku yakin sekali, memang sejak awal, Mas Renolah yang dipilihkan Allah untukku. Mas Gilang yang mengacaukannya. Sudahlah, Bu. Lupakanlah semua tentang Mas Gilang dan keluarganya. Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi!” “Bagaimana bisa lupa? Ada Chika hasilnya. Setiap lihat Chika, ba
last updateLast Updated : 2022-03-13
Read more

Bab 116. Tamu Tak Diundang

Bab 116. Tamu Tak diundang “Kenapa kau bawa aku ke sini. Kau tahu, ini neraka buatku!” teriak Harum  mulai sesegukan. “Kau tidak mau di sini? Kau mau ke mana? Kalau tidak di sini kau ke mana? Cuma Melur yang bersedia menampungmu.” “Kukira kau tidak  ada hubungan dengan perempuan ini! Kenapa, sih, dia beruntung terus! Aku enggak suka dia hidup bahagia! Aku enggak ihklas dia lebih  dari aku! Aku engak mau dia –“ “Cukup! Cukup, ya, Rum. Aku sedang ada tamu! Nanti kita bahas masalah perasaanmu! Kau di sini saja! Jangan masuk ke dalam rumah sampai tamu-tamuku pulang!  Paham! Awas kalau kau berani mengacaukannya!  Ayo, Mas! Kita masuk, enggak enak mereka nunggu kita terlalu lama,” kataku menarik lengan Mas Reno. Mas Reno mengikutiku. “Awasi dia, Pak! Aku akan menyuruh Bik Yerti ke
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Bab 117. Kabar Dari Penjara

Bab 117. Kabar Dari Penjara “Gilang mohon banget sama kamu, dia udah tobat, katanya, Mel.” Kak Bulan merayuku. “Tidak bisa! Kalian pikir Melur itu perempuan bodoh, apa? Ok, kalau memang dia bodoh, tapi ada kami yang akan terus mendampingi dia! Ada Nak Reno yang begitu tulus mencintainya. Melur tidak akan kami biarkan terpengaruh lagi dengan rayuan manis kalian, Tobat! Hah! Si Gilang mau tobat? Sampai langit runtuh sekalipun aku tidak akan percaya. Sekali bajiangan, tetap akan bajingan!” ketus Ibu. “Masa Melur mau nikah, sih, Bu? Secepat ini?” protes kak Bulan lagi. “Itu bukan urusan kalian. Pokoknya Melur bukan bagian dari keluarga kalian, jadi apapun yang Melur lakukan bukan urusan kalian lagi!” “Jadi, kau enggak mau rujuk dengan Gilang, Mel! Tega kau membuat Chika berayah tiri?” tanyanya penuh tekanan. 
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Bab 118. Tamu Pencabut Nyawa

Bab 118. Tamu Pencabut Nyawa POV Ibu Harum Seperti mendapat durian runtuh, hati  sangat lega dan  gembira. Setelah menunggu sekian lama,   akhirnya ada juga yang mau mengunjungi.  Saat seorang petugas memanggil namaku. Penuh haru,  aku melangkah tergesa megikutinya menuju ruangan khusus bertemu keluarga.  Mudah-mudahan itu Harum. Hanya dia yang kuharapkan bisa mengeluarkan aku dari penjara terkutuk ini. Semoga dia sudah berhasil  merayu Gilang untuk menjual tanah bekas rumah terbakar itu. Posisinya  berada tepat di jantungnya Kota Medan. Pasti harganya sangat mahal. Cukuplah untuk membayar pengacara hebat buat membebaskan aku dan Yanto. Mataku nanar menatap siapa yang berkunjung. Dia bukan Harum yang kuharapkan.  Perempuan itu berdiri membelakangi, sepertinya  tengah asik membaca tulisan yang terpampang di dinding. Nanik. Wan
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Bab 119. Bedanya Baik Dengan Naif Itu Apa

Bab 119. Bedanya Baik Dengan Naif Itu Apa “Sadar, Bu. Saya butuh uang untuk makan saya dan anak-anak. Mas Yanto tidak bisa memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga. Selama ini pun, dia tak pernah bertanggung jawab. Kerjanya judi … melulu. Pulang bukannya bawa uang, tapi malah bawa tagihan. Orang tua saya malu, Bu! Makanya saya gugat pisah,” lirih Nanik dengan tatapan sayu seolah penuh penyesalan. “Kau memang menantu tak tau diri! Bukannya  bantu suami, malah nambah masalah baru! Harusnya itu kau ngurus si Harum. Entah di mana dia sekarang. Bukan malah mikiri diri sendiri!” “Maaf, Bu. Saya tak tahan lagi. Sudah, ya, Bu. Saya pamit. Takut kemalaman pulangnya. Bapak  sudah nunggu di luar.” “Ck! Perempuan hebat! Jadi kau ke sini didampingi bapakmu? Dia tidak bermasud menemuiku? Keluarga sombong. Pergi kau sana! Kau pikir, Yanto akan hancur kalau
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more

Bab 120. Sepertinya Dia Sakit Jiwa, Sayang

Bab 120. Sepertinya Dia Sakit Jiwa, Sayang    “Sebenarnya sifat seperti itu memang baik, Mel. Namun, bagi orang-orang culas seperti keluarga mereka itu, kebaikanmu itu akan menjadi senjata mereka kembali menghancurkanmu. Kau tahu bedanya baik dengan naif itu apa?” Mas Reno menatapku sesaat. “Jadi Mas  tuduh aku naif, tadi   Mas bilang aku bodoh, sekarang naif?” Mas Reno tertawa kecil. “Bodoh dan naif itu hampir sama. Itu ada pada dirimu, Sayang!” “Kenapa semua orang mengatakan begitu? Mungkin aku harus berubah, ya? Aku harus bagaimana, coba?” tanyaku putus asa. “Kau mau berubah?” “Hem, sangat mau. Agar orang-orang culas seperti mereka tidak bisa lagi memnafaatkanku.” “Aku akan membantumu.
last updateLast Updated : 2022-03-16
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status