Semua Bab Pelakor Itu Pembantuku: Bab 131 - Bab 140

150 Bab

Bab 131. Lamaran Mengejutkan

Bab 131. Lamaran Mengejutkan  Apakah aku boleh menangis sekarang? Bolehkah aku meraung sekencangnya sekarang?  Aku yakin, sekuat-kuatnya seorang perempuan, tak akan mungkin dia sanggup menghadapi kenyatan sepedih ini! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ibu … Ibu …. Dia tak boleh sakit.  Aku harus meminta keluarga sempurna ini segera pergi, sebelum ibuku pingsan.  “Maaf, Pak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada keluarga Bapak. Saya mohon, tolong tinggalkan rumah ini. Saya janji akan segera mengosongkannya,” lirihku dengan menundukkan kepala. Kugenggam tangan ibu erat, untuk menguatkannya.  “Maaf, sebelum kami pulang, boleh, dong, kenalan dulu? Kamu, ya, yang namanya Melur, pacar Reno? Kenalin aku Susi.”   Perempuan bernasip baik itu menghampiri, sembari menyodorkan tangan menyalam.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

Bab 132. Tangisan Mala Usai Acara Lamaranku

Bab 132. Tangisan Mala Usai Acara Lamaranku  Aku tersipu. Kebahagiaan ini terasa begitu sempurna. “Pakaikan, dong, kalungnya! Sebagai ikatan bahwa Melur sudah sah sebagai calon istri,” cetus Rani  yang didukung oleh yang lain. Mas Reno terlihat gugup. Dengan gemetar dia mendekatiku lagi.  Kurasakan jantung berdegup teramat kencang, saat tangannya bersentuhan dengan kulit leherku. Pasti wajahku merona, karena rasa hangat kurasakan menjalar di sana. Degupan itu kian menghentak-hentak, ketika embusan napasnya menerpa kasar kulit wajah dan leherku. Rasa ini, rasa yang melambungkan segenap angan dan citaku. Sumpah, kebahagian yang kurasakan kali ini, jauh lebih dasyat daripada saat lamaran pernikahanku yang pertama dulu. Padahal ini adalah yang ke dua. Namun jauh lebih istimewa bagiku. “Hore … Tante Cantik! Udah boleh salim, dong?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

Bab 133. Sahabat Bagai Kepompong

Bab 133. Sahabat Bagai Kepompong VOP Mala Sahabat bagai kepompong.  Awalnya aku  tak begitu peduli dengan istilah itu. Namun, setelah menjalin persahabatan dengan dua bidadari cantik teman di kampus, istilah itu bagai ritme syahdu yang selalu mengiringi. Rani yang tegas,  kalau bicara apa adanya, keras dan  agak kasar. Sedangkan Melur si cantik yang lembek, naif, polos, tetapi  berhati malaikat. Sifat keduanya sangat bertolak belakang. Akulah yang selalu menjadi penengah mereka. Entah bagaimana mereka menilaiku, yang jelas aku selalu berada di antara keduanya. Saat Rani terlalu keras, dan Melur yang terlalu lembek, aku hadir menawarkan jalan tengahnya. Aku tidak merasa dirikulah yang paling baik, tidak. Aku hanya ingin kami bertiga selalu saling melengkapi itu saja. Banyak orang mengatakan, bila tiga orang bersahabat, pasti akan terjadi petaka. Karena keh
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

Bab 134. Jemput Malamu, Mas!

Bab 134. Jemput Malamu, Mas! Aku selalu menasehati Melur agar bersikap dewasa, logika, tegas,  jangan naif dan jangan bodoh. Jujur, aku hanya bisa menasehati. AKu hanya bisa bicara. Sesungguhnya, aku sendiri memiliki sifat itu. Aku naif. Aku tidak bisa menggunakan logika. Aku begitu bodoh.  Tetap mencintai kekasih sahabatku sendiri. Meski sakit tak henti mendera hati. Hari ini, adalah puncak  rasa sakit itu. Mas Reno sudah sah melamar pilihan hatinya. Melur berhasil mendapatkan cinta sejatinya. Aku turut memperjuangkan  proses lamaran ini. Aku bahkan ikut menyusun segala sesuatunya demi tercapainya hari bahagia mereka ini. Kukira aku kuat. Kukira hatiku seperti hati Melur yang seperti malaikat. Ternyata aku tak sanggup. Aku juga mansia biasa. Aku sakit. Saat Mas Reno memakaikan kalung di leher jenjang Melur, aku bahagia, dan sangat lega. Tetapi, ada rasa ngilu teramat sangat menusuk ulu hati. Aku tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

Bab 135. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah Mencintainya

Bab 135. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah Mencintainya  Gegas aku keluar dari toko. Agak ragu, untuk melangkah menuju rumah. “Hey, Diky! Ke sini!” Aku menoleh, Andi dan Rani berjalan menuju mobil. Di belakangnya Bik Yerti. Aku mendekat, Andi mengeluarkan berbagai wadah dari dalam mobil. “Kok, telat? Prose lamarannya sudah selesai. Sekarang acara makan siang bersama. Bantuin ngangkat makanan ini ke dalam rumah, tolong!” kata Andi. “Maaf, aku telat,” ucapku menerima wadah yang paling besar, dan membawanya ke dalam. Kupindai seluruh ruangan tengah. Mereka duduk di atas tikar yang dihamparkan di atas lantai.  Mungkin karena jumlah orangnya banyak, sehingga makan siang itu dihidangkan di atas tikar, bukan di meja makan. Wajah Mala tak terlihat, hanya Melur yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-20
Baca selengkapnya

Bab 136. Senjata Makan Tuan

Bab 136. Senjata Makan Tuan  Tak terasa perjalanan  telah sampai. Kutepikan motorku di depan rumahnya, sengaja tak mengantarnya masuk ke halaman. “Ok, sampai di sini, ya. Pokoknya, kalau Mama dan Papa mendesak mau kenal sama pacarku, aku akan bawa kamu. Tapi, aku pasti berusaha mendekati cewek yang kumaksud tadi. Mumpung lagi of, aku mau ke sana sekarang. Makin cepat makin baik, bukan?” kataku langsung memutar arah motor. Lama gadis itu tercenung.  Dahinya mengernyit keras, sepertinya sedang sibuk berpikir dan menimbang-nimbang. “Ok, aku pergi. Doakan, semoga sukses!” ucapku bersiap-siap melajukan motor. “Mas .. tunggu!” Aku bersorak. Mala-ku, menghentikanku. Aku menoleh, Mala menatapku sekilas, lalu menunduk. Gadis yang selalu menggetarkan hatiku ini menggigit bibirnya bagian baw
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-21
Baca selengkapnya

Bab 137. Mala dan Mama

Bab 137. Mala dan Mama “Masuk, yuk! Aku kenalin sama Papa dan Mama!” ajakku setelah dia mulai tenang. “Enggak mau, aku berdebar. Takut juga iya,” katanya tetap menolak. “Berdebar kenapa? Takut apa?” “Kamu masuk aja! Aku nunggu di sini!” “Enggak bisa! Paling kamu ngintip lagi!” “Mas …!” Mala menatapku, kubalas menatap tepat di manik-manik matanya.  Gadis itu menunduk. Baru kali ini, dia menunduk saat kutatap. Biasanya balas menatap, lalu membuang pandangannya. Sama sekali tak ada respon dari sorot matanya. Kenapa kali ini berbeda? Apakah sesuatu telah terjadi padanya? “Mala … kenapa?” tanyaku lembut. Ingin sekali kuraih tanganya, meremas lembut jemarinya. Tetapi aku takut, pasti dia akan segera menolak seperti biasanya. 
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-22
Baca selengkapnya

Bab 138. Bom Cinta Meledak Di RumahkuBab

Bab 138. Bom Cinta Meledak Di Rumahku     Sifat Mala yang seperti inilah yang membuat rasa kagumku semakin berlipat-lipat ganda.  Anehnya dia bisa  bersikap seperti itu kepada semua orang. Semua … orang. Kecuali aku. Kalau menghadapiku, dia selalu ketus. Kenapa, coba. Apakah dia bersikap begitu karena akulah yang paling istimewa baginya? Bah! Orang yang istimewa, kok malah disiksa.   “Dagang juga pekerjaan yang mulia, Nak. Enggak masalah bagi kami, ya, kan, Ma?” Untung Papa sangat pintar menetralkan suasana. Meskipun Mala tampak tidak tersinggung, namun, tetap aku khawatir  perasaannya terluka.   “Udah, sore, Pa! Kita balik, yuk! Ntar kemaleman lagi,” kata istri Om Rijal tiba-tiba.   “Oh, iya. Kami permisi, ya. Ayo, Diyah!” Mereka bangkit bersamaan.   “Lho, kok, buru-buru. Belum hilang kangennya, lho!” kata Papa berbasa-basi.   “Ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-23
Baca selengkapnya

Bab 139. Hambatan Pertama

Bab 139. Hambatan Pertama   VOP Mala   Jujur,  aku tidak mencintainya. Pemuda yang telah mengejarku sekian tahun ini sama sekali tak kuingini.  Berkhayal  menjado istri seorang polisi saja aku tidak pernah. Bukan karena dia kurang tampan. Bukan pula karena kurang kaya.  Tidak ada yang kurang pada dirinya. Tapi,  cinta tak juga mau bertaut di hati ini.   Wajah Mas Reno telah memenuhi ruang di hati. Tidak ada yang bisa menggantikan posisinya.  Meski tak dapat kumiliki, biarlah,  dia saja yang tetap bertahta di hati ini.  Cukup bayangannya, tak usah wujud nyatanya.   Namun,  entah kenapa ada rasa asing yang tak kupahami,  saat Mas Diky akan berpaling ke wanita lain. Bukankah sangat wajar dia mencari cinta yang lain,  karena cintanya tak jua tertaut di hatiku? Sementara orang tua nya sudah tak sabar lagi.  Mas Diky harus segera menikah.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-24
Baca selengkapnya

Bab 140. Pria Pilihan Papa Ternyata ….

Bab 140. Pria Pilihan Papa Ternyata ….  "Tidak mungkin, Ma!" "Mala,  kau tahu,  Papamu pernah stres karena dulu gagal jadi angkatan, kau tidak mau kan,  dia stres lagi karena kecewa padamu?  Hanya kau harapannya saat ini, Nak! Adikmu masih terlalu kecil untuk menikah." "Mas Diky juga angkatan,  Ma.  Lalu apa bedanya dengan lelaki pilihan Papa itu?"  "Bedanya,  karena yang ini anak temannya.  Orang yang sangat dia banggakan.  Teman dia berjuang dulu. Cepat kau telpon pacarmu itu sekarang juga,  suruh jemput cincinnya itu,  lekas!" "Mala enggak berani,  Ma.  Mala enggak tega." "Jadi,  sama Papamu,  kau tega?" Aku tercenung lama.  Papa memang sangat menyayangiku,  tapi dia juga sangat keras dan kejam bila sudah marah.  K
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status