Bab 138. Bom Cinta Meledak Di Rumahku Sifat Mala yang seperti inilah yang membuat rasa kagumku semakin berlipat-lipat ganda. Anehnya dia bisa bersikap seperti itu kepada semua orang. Semua … orang. Kecuali aku. Kalau menghadapiku, dia selalu ketus. Kenapa, coba. Apakah dia bersikap begitu karena akulah yang paling istimewa baginya? Bah! Orang yang istimewa, kok malah disiksa. “Dagang juga pekerjaan yang mulia, Nak. Enggak masalah bagi kami, ya, kan, Ma?” Untung Papa sangat pintar menetralkan suasana. Meskipun Mala tampak tidak tersinggung, namun, tetap aku khawatir perasaannya terluka. “Udah, sore, Pa! Kita balik, yuk! Ntar kemaleman lagi,” kata istri Om Rijal tiba-tiba. “Oh, iya. Kami permisi, ya. Ayo, Diyah!” Mereka bangkit bersamaan. “Lho, kok, buru-buru. Belum hilang kangennya, lho!” kata Papa berbasa-basi. “Ma
Terakhir Diperbarui : 2022-03-23 Baca selengkapnya