Home / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Pelakor Itu Pembantuku: Chapter 121 - Chapter 130

150 Chapters

Bab 121. Jenazah Ditolak Warga

Bab 121. Jenazah DiTolak  Mas Reno menghenyakkan tubuh di sofa. Dia terlihat lelah setelah beraktivitas seharian. Aku segera menuju dapur. Segelas air jahe hangat mungkin bisa bisa menyegarkannya. “Ibu? Sedang apa?” Bik Yerti keluar dari kamarnya. “Membuat air jahe hangat, Bik. Bibik belum tidur?” “Kenapa enggak bangunkan saya? Mari, biar saya saja,” BiK Yerti mengambil alih. “Tidak usah. Saya minta tolong bangun kan Pak Basir saja!” “Untuk apa, Bu?” “Ini udah terlalu malam. Mas Reno enggak mungkin balik ke Medan. Tolong Pak Basir temani dia tidur di kamar toko. Bibik bersihkan dan siapkan dulu bantal dan selimutnya, ya!” “Oh, baik, Bu.” Wanita itu bergegas memenuhi permintaanku. Saat kembali ke ruang
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Bab 122. Terjangan Melur di Perut Harum

Bab 122. Terjangan Melur di Perut  Harum “Kampung kami ini kampung orang bersih, enggak ada sejarahnya narapidana dari kampung ini. Apalagi mayat yang mati bunuh diri. Sial itu! Pergi sana!” “Bawa pergi mayat itu! Usir keluarga pelakor itu!” “Usir keluarga penjahat itu! Penculik! Sampah masyarakat!” Teriakan-teriakan itu kian membahana. Ambulanc dan mobil polisi tak bisa melanjutkan perjalanan. Seorang polisi keluar dari mobil, sepertinya dia bernegosiasi dengan Pak Kades. Mak Uda juga keluar dengan dikawal dua orang petugas. “Apa maksud kalian ini, Ha!” teriaknya tiba-tiba. “Maksud kami, kau dan anak-anakmu tidak boleh menginjakkan kaki lagi di kampung ini. Termasuk jenazah kalian sekalipun. Haram hukumnya tanah kampung ini dipijak oleh keluarga busuk seperti kalian, apalagi akan
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Bab 123. Harum Kena Penyakit TBC

Bab 123. Harum Kena TBC Hari ini Mas Reno  Sidang  Skripsi. Dari tadi aku was-was menanti kabar. Semoga semua berjalan lancar.  Agar tidak menghalangi  rencana kami selanjutnya. Besok pagi, Bang Rehan   datang dari Pekan Baru. Dia meminta acara lamaran dari keluarga Mas Reno disegerakan.   Kalau Sidang Mas Reno bermasalah, aku takut akan menghalangi acara lamaran  nanti. “Nungguin telpon, ya?” goda Mala mengagetkan.  Dia  yang sedang  sibuk memeriksa orderan terkekeh melihatku tersentak. “Kamu! Ngagetin aja!” sergahku. “Telepon aja duluan!” usulnya setelah tawanya reda. “Enggak, ah. Takut ganggu.” “Ya, udah, kalau begitu, kamu sabar, dong!” “Aku sabar, kok. Siapa bilang aku enggak sabar?” 
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Bab 124. Kuusir Harum Tanpa Rasa Iba

Bab 124. Kuusir Harum Tanpa Rasa Iba  “Tidak, dia langsung pulang setelah menitipkan sedikit uang pada perawat. Keluar dari rumah sakit, aku bingung mau ke mana. Terpaksa kujual hapeku untuk makan. Dua hari ini aku sudah kehabisan uang, Kak. Enggak bisa makan lagi. Aku coba cari kerja, enggak ada yang ngasih kerjaan. Orang-orang malah jijik ngeliat aku, Kak. Aku enggak tahu lagi bagaimana caranya agar bisa bertahan hidup.  Makanya aku nekat nemui Kakak.” “Maksudmu apa nemui, aku?” “Kak … aku harus ke mana lagi, kalau bukan sama Kakak ….” Perempuan itu kembali menangis. Pegawai toko yang baru pulang mengantar orderan terheran- heran melihatnya. Tetapi, tak seorang pun yang berani bertanya. “Jadi maksudmu apa? Kau mau apa? Bilang aja!” tanyaku sengaja mempermainkan perasaannya. Sebenarnya aku sudah tahu
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Bab 125. Mas Reno Bersama Wanita Lain

Bab 125. Mas Reno Bersama Wanita  Lain  “Belum, Bu. Mungkin sebentar lagi.”  “Nanti langsung kabari Bang Rehan, jangan sampai dia sia-sia datang ke mari!”  “Baik, Bu. Aku keluar dulu sama Mala, ya. Ada keperluan?” pamitku mencium tangannya.  “Jangan lama-lama pulangnya!”  Aku mengangguk. ** Mobil yang kami kendarai melaju dengan kecepatan  cepat menuju kampus. Kampus tempat aku kuliah dulu, tempat di mana aku dan Mas Reno bertemu, berkenalan lalu menjalin hubungan.  Hanya setengah jam perjalanan, kami sudah sampai. Mala langsung memarkirkan mobilku di tempat parkiran khusus para mahasiswa. Gegas kami menuju gedung di mana sidang biasanya dilaksanakan. Letaknya di lantai tiga.&
last updateLast Updated : 2022-03-17
Read more

Bab 126 Rencana Reno Melamar Melur

Bab 126 Rencana Reno Melamar Melur POV Reno Rencanaku untuk melamar melur sudah sangat bulat. Tak ada lagi alasan bagiku untuk menunda.  Melur adalah wanita yang sangat aku cintai. Cinta pertama dan terakhirku. Kuyakin Melur juga begitu. Meskipun dia seorang janda, tapi aku adalah cinta pertamanya. Awal aku mengenal Melur, di acara Pelonco Calon mahasiswa Baru di kampus waktu itu. Sebagai kakak senior, aku terlibat  dalam kepanitiaan. Kami menyambut para calon mahasiswa baru, memperkenalkan mereka pada lingkungan kampus, sekaligus membentuk pola pikir dan mental yang tangguh sebagai mahasiswa, tonggak masa depan bangsa. Gadis itu yang paling menonjol di antara calon mahasiswa lainnya. Penampilan sederhana, sikap anggun dan  begitu elegan, disempurnakan dengan wajah cantik alami tanpa make up dan polesan. Aku dan teman-teman sempat bersaing mencuri perhatiannya. Sua
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more

Bab. 127. Rencana Merubah Watak Naif Melur

Bab. 127. Rencana Merubah Watak Naif Melur  “Coba Mas Reno pikir! Ada orang datang pura-pura susah, dia langsung tolongin. Sebaliknya juga begitu. Nanti dia lihat  Mas Reno ngobrol sama perempuan, langsung dia tuduh selingkuh. Dia memutuskan segala sesuatu pakai perasaan bukan pakai otak. Untung dia selama ini punya teman Rani dan Mala. Merekalah yang selalu berusaha mengarahkannya,” papar Andi lagi  panjang lebar. “Apa betul yang di ceritakan Andi ini, Ren?” tanya Kak Susi menatapku lekat. “Tak ada manusia yang sempurna, kan, Kak?” lirihku. Aku membenarkan semua tuduhan Andi. Aku juga kadang kecewa dengan sikapnya. Kehancuran hubungan kami dulu, juga tak lepas dari kekurangannya ini. Dia langsung percaya dengan adu domba Gilang tanpa menyelidikinya lebih dahulu. “Ok, kalau memang itu masalahnya, kita bisa  ber
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more

Bab 128. Cemburu Pada Mas Reno

Bab 128. Cemburu Pada Mas Reno Pagi ini aku sengaja bangun lebih awal. Setelah melaksanakan sholat Shubuh, aku menyegarkan tubuh dengan melalukan fitness secara mandiri. Alat fitness yang kupesan sebulan lalu hampir tak pernah kusentuh. Kubiarkan terbengkalai begitu saja di sudut kamar. Kesibukan yang menyita waktu membuatku tak pernah ada waktu untuk menggunakannya. Sibuk? Yah, aku sangat sibuk. Bodohnya aku, kesibukan itu bukan untuk mengurus keperluan diri sendiri, melainkan  mengurusi urusan orang lain. Sampai-sampai aku tak ada waktu untuk diriku sendiri. Hari ini, segalanya akan mulai berubah. Aku harus mulai memikirkan diriku sendiri. Mengurus kepentingan  diri-sendiri. Menjaga kebugaran tubuh dan merawat kecantikan diri, mulai menjadi prioritas utama setela Chika putriku tentu saja. Orang lain tak akan memikirkan aku, bahkan mereka cenderung memanfaatkan kebaikanku, kepolosan dan ke
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more

Bab 129. Kabar Mengenaskan Tentang Gilang

Bab 129. Kabar Mengenaskan  Tentang Gilang Kupatut pantulan diri di cermin, rasa syukur terucap di bibir. Setelah beberapa bulan melahirkan, akhirnya wujudku kembali seperti semula. Perut yang sempat menggelambir kini sudah rata. Tak ada timbunan lemak di sana. Wajahku juga tak tembem lagi, tanpa bantuan alat make up sekalipun, aku sudah terlihat cantik. Ups, masa aku memuji diriku sendiri? Akh, sudahlah. Yang penting aku sudah menemukan diriku yang dulu lagi. Sudah lama aku tidak memperhatikan penampilan diri. Terlalu sibuk dengan urusan orang. “Hari ini rencanamu ke mana, Mel?” Ibu sudah berdiri di belakangku. Aku mau ngeliat lokasi rumah rumah yang ditawarkan orang kemarin itu, Bu. Bareng Mala, kok. Aku enggak aka pergi sendiri,” jawabku sambil memoles bedak tipis di pipi. “Jadi kamu mau beli rumah?” 
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more

Bab 130. Kenapa Ibu Menangis

Bab 130. Kenapa Ibu Menangis   “Kamu enggak nangis, Mel? Ingat dua tahun yang lalu, saat kamu mengira Mas Reno selingkuh, kamu langsung pulang kampung, masuk kamar, ngunci diri, tujuh hari enggak keluar-keluar, enggak mau makan, enggak mau minum, bikin Ibumu panik, lalu Mas Gilang datang, merayumu, membujukmu, dan kau langsung mengira Mas Gilang adalah pahlawanmu?” Mala menatapku dengan ekspresi mengejek.     “Bodohnya aku saat itu,” lirihku mencoba menahan emosi.     “Ayo, sekarang gitu lagi, dong! Mas Reno selingkuh itu! Di depanmu lagi!” pancing Mala lagi.     “Tidak, La. Aku enggak mau seperti dulu lagi. Kalau memang Mas Reno memilih gadis tua itu, enggak apa-apa. Aku  ikhlas. Mungkin dia bukan jodohku. Aku masih muda, pasti Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik buatku. Aku mau meniru kamu, La. Kamu aja bisa tenang dan bersikap biasa saja, padahal a
last updateLast Updated : 2022-03-19
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status