Beranda / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Bab 130. Kenapa Ibu Menangis

Share

Bab 130. Kenapa Ibu Menangis

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-19 01:51:52

Bab 130. Kenapa Ibu Menangis

“Kamu enggak nangis, Mel? Ingat dua tahun yang lalu, saat kamu mengira Mas Reno selingkuh, kamu langsung pulang kampung, masuk kamar, ngunci diri, tujuh hari enggak keluar-keluar, enggak mau makan, enggak mau minum, bikin Ibumu panik, lalu Mas Gilang datang, merayumu, membujukmu, dan kau langsung mengira Mas Gilang adalah pahlawanmu?” Mala menatapku dengan ekspresi mengejek.

“Bodohnya aku saat itu,” lirihku mencoba menahan emosi.

“Ayo, sekarang gitu lagi, dong! Mas Reno selingkuh itu! Di depanmu lagi!” pancing Mala lagi.

“Tidak, La. Aku enggak mau seperti dulu lagi. Kalau memang Mas Reno memilih gadis tua itu, enggak apa-apa. Aku  ikhlas. Mungkin dia bukan jodohku. Aku masih muda, pasti Allah telah menyiapkan jodoh yang terbaik buatku. Aku mau meniru kamu, La. Kamu aja bisa tenang dan bersikap biasa saja, padahal a

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 131. Lamaran Mengejutkan

    Bab 131. Lamaran MengejutkanApakah aku boleh menangis sekarang? Bolehkah aku meraung sekencangnya sekarang? Aku yakin, sekuat-kuatnya seorang perempuan, tak akan mungkin dia sanggup menghadapi kenyatan sepedih ini! Apa yang harus aku lakukan sekarang? Ibu … Ibu …. Dia tak boleh sakit. Aku harus meminta keluarga sempurna ini segera pergi, sebelum ibuku pingsan.“Maaf, Pak. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada keluarga Bapak. Saya mohon, tolong tinggalkan rumah ini. Saya janji akan segera mengosongkannya,” lirihku dengan menundukkan kepala. Kugenggam tangan ibu erat, untuk menguatkannya.“Maaf, sebelum kami pulang, boleh, dong, kenalan dulu? Kamu, ya, yang namanya Melur, pacar Reno? Kenalin aku Susi.”Perempuan bernasip baik itu menghampiri, sembari menyodorkan tangan menyalam.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 132. Tangisan Mala Usai Acara Lamaranku

    Bab 132. Tangisan Mala Usai Acara LamarankuAku tersipu. Kebahagiaan ini terasa begitu sempurna.“Pakaikan, dong, kalungnya! Sebagai ikatan bahwa Melur sudah sah sebagai calon istri,” cetus Rani yang didukung oleh yang lain.Mas Reno terlihat gugup. Dengan gemetar dia mendekatiku lagi. Kurasakan jantung berdegup teramat kencang, saat tangannya bersentuhan dengan kulit leherku. Pasti wajahku merona, karena rasa hangat kurasakan menjalar di sana. Degupan itu kian menghentak-hentak, ketika embusan napasnya menerpa kasar kulit wajah dan leherku. Rasa ini, rasa yang melambungkan segenap angan dan citaku.Sumpah, kebahagian yang kurasakan kali ini, jauh lebih dasyat daripada saat lamaran pernikahanku yang pertama dulu. Padahal ini adalah yang ke dua. Namun jauh lebih istimewa bagiku.“Hore … Tante Cantik! Udah boleh salim, dong?”

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 133. Sahabat Bagai Kepompong

    Bab 133. Sahabat Bagai KepompongVOP MalaSahabat bagai kepompong. Awalnya aku tak begitu peduli dengan istilah itu. Namun, setelah menjalin persahabatan dengan dua bidadari cantik teman di kampus, istilah itu bagai ritme syahdu yang selalu mengiringi.Rani yang tegas, kalau bicara apa adanya, keras dan agak kasar. Sedangkan Melur si cantik yang lembek, naif, polos, tetapi berhati malaikat. Sifat keduanya sangat bertolak belakang. Akulah yang selalu menjadi penengah mereka. Entah bagaimana mereka menilaiku, yang jelas aku selalu berada di antara keduanya.Saat Rani terlalu keras, dan Melur yang terlalu lembek, aku hadir menawarkan jalan tengahnya. Aku tidak merasa dirikulah yang paling baik, tidak. Aku hanya ingin kami bertiga selalu saling melengkapi itu saja.Banyak orang mengatakan, bila tiga orang bersahabat, pasti akan terjadi petaka. Karena keh

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 134. Jemput Malamu, Mas!

    Bab 134. Jemput Malamu, Mas!Aku selalu menasehati Melur agar bersikap dewasa, logika, tegas, jangan naif dan jangan bodoh. Jujur, aku hanya bisa menasehati. AKu hanya bisa bicara. Sesungguhnya, aku sendiri memiliki sifat itu. Aku naif. Aku tidak bisa menggunakan logika. Aku begitu bodoh. Tetap mencintai kekasih sahabatku sendiri. Meski sakit tak henti mendera hati.Hari ini, adalah puncak rasa sakit itu. Mas Reno sudah sah melamar pilihan hatinya. Melur berhasil mendapatkan cinta sejatinya. Aku turut memperjuangkan proses lamaran ini. Aku bahkan ikut menyusun segala sesuatunya demi tercapainya hari bahagia mereka ini.Kukira aku kuat. Kukira hatiku seperti hati Melur yang seperti malaikat. Ternyata aku tak sanggup. Aku juga mansia biasa. Aku sakit. Saat Mas Reno memakaikan kalung di leher jenjang Melur, aku bahagia, dan sangat lega. Tetapi, ada rasa ngilu teramat sangat menusuk ulu hati. Aku tak

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 135. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah Mencintainya

    Bab 135. Aku Mau Tau Reaksinya, Bila Aku Menyerah MencintainyaGegas aku keluar dari toko. Agak ragu, untuk melangkah menuju rumah.“Hey, Diky! Ke sini!”Aku menoleh, Andi dan Rani berjalan menuju mobil. Di belakangnya Bik Yerti.Aku mendekat, Andi mengeluarkan berbagai wadah dari dalam mobil.“Kok, telat? Prose lamarannya sudah selesai. Sekarang acara makan siang bersama. Bantuin ngangkat makanan ini ke dalam rumah, tolong!” kata Andi.“Maaf, aku telat,” ucapku menerima wadah yang paling besar, dan membawanya ke dalam.Kupindai seluruh ruangan tengah. Mereka duduk di atas tikar yang dihamparkan di atas lantai. Mungkin karena jumlah orangnya banyak, sehingga makan siang itu dihidangkan di atas tikar, bukan di meja makan.Wajah Mala tak terlihat, hanya Melur yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-20
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 136. Senjata Makan Tuan

    Bab 136. Senjata Makan TuanTak terasa perjalanan telah sampai. Kutepikan motorku di depan rumahnya, sengaja tak mengantarnya masuk ke halaman.“Ok, sampai di sini, ya. Pokoknya, kalau Mama dan Papa mendesak mau kenal sama pacarku, aku akan bawa kamu. Tapi, aku pasti berusaha mendekati cewek yang kumaksud tadi. Mumpung lagi of, aku mau ke sana sekarang. Makin cepat makin baik, bukan?” kataku langsung memutar arah motor.Lama gadis itu tercenung. Dahinya mengernyit keras, sepertinya sedang sibuk berpikir dan menimbang-nimbang.“Ok, aku pergi. Doakan, semoga sukses!” ucapku bersiap-siap melajukan motor.“Mas .. tunggu!”Aku bersorak. Mala-ku, menghentikanku.Aku menoleh, Mala menatapku sekilas, lalu menunduk. Gadis yang selalu menggetarkan hatiku ini menggigit bibirnya bagian baw

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-21
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 137. Mala dan Mama

    Bab 137. Mala dan Mama“Masuk, yuk! Aku kenalin sama Papa dan Mama!” ajakku setelah dia mulai tenang.“Enggak mau, aku berdebar. Takut juga iya,” katanya tetap menolak.“Berdebar kenapa? Takut apa?”“Kamu masuk aja! Aku nunggu di sini!”“Enggak bisa! Paling kamu ngintip lagi!”“Mas …!” Mala menatapku, kubalas menatap tepat di manik-manik matanya. Gadis itu menunduk. Baru kali ini, dia menunduk saat kutatap. Biasanya balas menatap, lalu membuang pandangannya. Sama sekali tak ada respon dari sorot matanya. Kenapa kali ini berbeda? Apakah sesuatu telah terjadi padanya?“Mala … kenapa?” tanyaku lembut. Ingin sekali kuraih tanganya, meremas lembut jemarinya. Tetapi aku takut, pasti dia akan segera menolak seperti biasanya.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-22
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 138. Bom Cinta Meledak Di RumahkuBab

    Bab 138. Bom Cinta Meledak Di Rumahku Sifat Mala yang seperti inilah yang membuat rasa kagumku semakin berlipat-lipat ganda. Anehnya dia bisa bersikap seperti itu kepada semua orang. Semua … orang. Kecuali aku. Kalau menghadapiku, dia selalu ketus. Kenapa, coba. Apakah dia bersikap begitu karena akulah yang paling istimewa baginya? Bah! Orang yang istimewa, kok malah disiksa. “Dagang juga pekerjaan yang mulia, Nak. Enggak masalah bagi kami, ya, kan, Ma?” Untung Papa sangat pintar menetralkan suasana. Meskipun Mala tampak tidak tersinggung, namun, tetap aku khawatir perasaannya terluka. “Udah, sore, Pa! Kita balik, yuk! Ntar kemaleman lagi,” kata istri Om Rijal tiba-tiba. “Oh, iya. Kami permisi, ya. Ayo, Diyah!” Mereka bangkit bersamaan. “Lho, kok, buru-buru. Belum hilang kangennya, lho!” kata Papa berbasa-basi. “Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)

    Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir)

    Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir) VOP Fika Aku memang sudah berumur. Sudah hampir kepala empat. Hingga detik ini tak juga menikah, karena memang tak mau menikah Keputusanku tak mau menikah bukan karena apa-apa. Rasa kecewa karena pernah bertepuk sebelah tangan, membuatku tak mau membuka pintu hati pada siapa pun lagi. lebih baik hidup sendiri dari pada kecewa lagi. Fajar, pemuda yang telah mencuri hatiku. Sayang, dia tidak ada rasa sedikitpun untuk menerima kehadiranku. Cintaku tak berbalas. Cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi, aku tidak pernah membencinya. Saat dia memilih wanita lain sebagai pendamping hidupnya, aku turut berbahagia. Meski sakit, aku harus tetap waras. Fajar tidak bersalah. Wanita pilihannya juga tidak salah. Yang bersalah itu adalah aku.&nbs

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 148. Ekstra Part 4

    Bab 148. Ekstra Part 4 VOP Gilang "Selamat menghirup udara bebas! Selamat datang kembali di dunia yang penuh sandiwara ini!" Aku terperangah. Seorang wanita tinggi semampai berkacamata hitam, menegurku. Aku tidak dapat mengenalinya. Lama kupindai wajah dan penampilannya. Rambut sebahu hitam legam, badan padat berisi, dan suara yang tegas penuh wibawa. "Selamat menjalani babak kedua dalam hidupmu?" ucapnya lagi. Jemari dengan berkutek merah terang itu memegang bingkai kacamata, lalu menanggalkannya perlahan. "Fika ...!" gumamku terkejut. Pengacara wanita yang telah membuat sang Hakim mengetuk palu, memutuskan hukuman penjara buatku. "Enggak ada yang jemput, ya? Kasihan banget kamu. Mana keluargamu?" Aku hanya m

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 147. Ekstra Part 3

    Bab 147. Ekstra Part 3 “Oh, iya, sabar, ya, Bu. Sebentar saja, kok! Enggak lama. Mereka pelanggan tetap saya. Harus ekstra pelayanannya. Memang Ibu yang duduk duluan di sini, tapi, mereka yang memesan duluan.” Penjual es itu, tak menghiraukanku. “Saya duluan! Saya dari tadi di sini! Mentang-mentang mereka orang kaya, saya orang miskin, saya enggak dilayani, begitu? Saya bisa obrak abrik warung jelekmu ini tau?” teriakku mulai emosi. “Lho dari tadi ibu enggak minta, mereka pesan, baru ibu minta, sabar, dong!” Penjual es tak juga memenuhi permintaanku. “Pokoknya layani saya dulu! Saya sudah tidak sabar! Biar jadi pelajaran buatmu! Jangan pilih kasih sama pembeli, ya!” “Ya, sudah, ibu ambil yang sudah dibungkus itu, dulu, enggak apa-apa, saya akan ganti nanti buat mereka, tanggung ini, dua bungkus lagi!” “Saya e

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 146. Ekstra Part 2

    Bab 146. Ekstra Part 2 Secara rutin aku memeriksakan diri ke dokter. Namun penyakitku tak juga kunjung sembuh. Awalnya tak menunjukkan gejala apa-apa. Tetapi setelah beberapa tahun kemudia, infeksi itu sudar menyerang bagian dalam tubuh. Mulai dari uterus, bahkan alat kelamin itu sendiri. Melihat kondisiku, tak ada lagi lelaki hidung belang yang mau menggunakan jasaku. Mereka merasa jijik dan takut tertular. Padahal aku tak pernah mengatakan tentang penyakitku. Aku hanya deman biasa, begitu alasanku. Tapi, melihat kodisi tubuhku yang kian kurus tinggal tulang, juga lemah tak bertenaga, mereka semakin curiga. Bokong dan dada besarku yang sangat terkenal di kalangan lelaki durjana itu, mulai menipis. Hilang sudah andalanku dalam menjerat mangsa. Aku menganggur. Makan tidur menjadi tanggunagn Bang Jordan. Dia mulai marah karena mengaggap aku tak lagi meguntungka

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 145.Ekstra Part 1

    Bab 145.Ekstra Part 1 VOP Harum Kehancuran Kak Melur adalah target utamaku. Dia yang telah membawaku ke kota ini, semua masalah ini timbul karena dia, Aku dan keluargaku terusir dari kampung, juga karena dia telah menghasut orang kampung. Sekarang, Mas Yanto meninggal, Ibu di penjara, dan aku terlunta-lunta dengan penyakit di tubuhku. Ke mana aku akan bernaung sekarang? Setelah kucoba mengemis kepadanya, dia malah mengusirku dengan kasar. Harusnya dia bertanggung jawab dan menampungku. Sekarang, ke mana aku akan melangkah? Uang yang di berinya waktu itu hanya cukup biaya makan seminggu. Untung tempat tinggal aku enggak perlu bayar. Bekas toko ini bisa kugunakan untuk tempat bernaung. Tapi untuk makan besok, aku uang dari mana? Sebuah Mobil berhenti di depan toko. Gegas aku keluar melihatnya. Itu Bang Jordan, teman Mas Gilang sekaligus tempat

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat)

    Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat) Itu Kak Bulan. Dia merekam video ini untukku? Kak Bulan tengah duduk di samping sebuah ranjang pasien. Sepertinya seseorang sedang berbaring di ranjang itu. Entah siapa, wajahnya tidak muncul di rekaman. “Maaf, ya, Mel. Sepertinya kamu sudah duluan lihat fhoto-fhoto itu baru buka plasdisc ini. Iya, kan? Pasti kamu sedang marah, emosi, kecewa dan mungkin kamu juga udah ngusir Reno. Aku enggak tahu persis apa yang terjadi di situ. Aku hanya berusaha memberi yang terbaik buatmu, adikku. Selama ini kami sekeluarga telah membuat hidupmu hancur. Untuk terakhir kalinya aku berusah setidaknya bisa menyelamatkan pernikahan yang baru saja kau mulai. Isi Plasdisc ini aslinya bukan ini, Mel. Sengaja kuhapus, dan kuganti dengan yang ini. Tapi, foto-foto itu enggak bisa kuganti, karena dia yang memesan karangan bunga itu. Kau tahu siapa? Ha

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 143.  Kejutan Di Malam Pertama Pertama

    Bab 143. Kejutan Di Malam Pertama Pertama“Terima kasih sudah menjadi istriku, Mel! Aku sangat mencintaimu! I Love you, Sayang!” bisiknya lembut di telinga.“Kau juga tampan sekali, Mas, aku bangga dan sangat bersyukur bisa memilikimu. I love you, too,” balasku mengerjapkan mata.“Terima kasih.” Mas Reno tersenyum lagi. “Sekarang, ya?” tanyanya memohon izin.Aku tak menjawab, karena memang dia pun tak menunggu jawaban dariku. Mulutku tak lagi bisa berucap. Bibir kenyal mas Reno telah melumatnya. Awalnya begitu lembut, namun sesaat kemudian berubah kasar. Mas Reno melumatnya dengan begitu rakus.Aku membalas setiap lumatannya. Makin terhanyut saat lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Mas Reno menjelejah setiap inci rongga mulutku. Memeprmainakn lidahku de

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 142. Pernikahan Kedua Dan Terakhirku

    Bab 142. Pernikahan Kedua Dan TerakhirkuKupaksa otakku berfikir keras. Mencoba membongkar memori ingatan, namun, tetap tak kutemukan. Tunggu, suaranya? Suaranya, sepertinya juga tidak asing. Sepertinya aku sering mendengarnya, tapi siapa? Apakah karena tertutup masker, sehingga suaranya agak susak kukenali. Rasa penasaram mengaduk hati, ok, aku akan cari tahu dari si pengirim karangan bunga itu.Aku bangkit perlahan, menuju sudut ranjang. Baru saja tanganku hendak meraih kertas kecil yang terselip di karang bunga yang lumayan cantik itu, seseorang memanggilku untuk segera keluar.“Mel! Ayo, rombongan mempelai pria akan segera tiba. Akad nikah akan segera dimulai.”Mala dan Rani berdiri di ambang pintu kamar. Keduanya berkebaya dengan warna dan model yang sama, rambut mereka berdua digelung rapi, wajah di make up cantik.

DMCA.com Protection Status