Semua Bab Pelakor Itu Pembantuku: Bab 101 - Bab 110

150 Bab

Bab 101. Ternyata Ibu Masih Dendam

Bab 101. Ternyata Ibu Masih Dendam Andai aku berani menentang  keputusan ibu, pasti sudah kubawa mereka kedua mantan metuaku itu  ke rumahku. Aku akan merawat mereka semampuku. Dengan tanganku. Terserah kalau orang akan menganggap aku bodoh. Aku tidak akan perduli. Aku sayang pada Papa. Sungguh, aku sayang padanya seperti Ayahku sendiri. Kalau Mama, aku memang sangat kecewa padanya, tapi melihat keadaan mereka seperti ini? Aku tidak tega. Ibu pasti tidak akan setuju kalau aku membawa mereka ke rumahku. Ibu memang selalu lebih realistis dan lebih tegas dari pada aku. Dia sanggup berpikir jernih, apalagi kalau itu menyangkut harga diri.  Beda dengan aku, aku lebih mengutamakan perasaan saat ini, tanpa memikirkan  dampaknya nanti apalagi esok. Ibu bilang aku bodoh. Mala bilang aku naif. Tidak ada yang bilang aku baik. “Enggak mau!” teriak wanita itu  membuyarkan lamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 102. Kutolak Lelaki Pilihan Ibu

Bab 102. Kutolak Lelaki Pilihan Ibu “Fajar dan Bulan pasti akan mengeluarkan kami dari sini, kok, Mel,” sahut Mama tetap berusaha menghibur diri. “Iya, Ma. Pasti, dong! Tapi, siapa tahu mereka masih sibuk, sementara kalian di sini aja dulu. Mama dan Papa harus patuh kepada petugas! Harus banyak makan! Supaya kuat saat dijemput nanti, ya!” “Kau serius akan sering datang ke sini?” Mama menatapku memelas. Kini kutahu, dia sudah yakin, kalau  anak-anaknya tidak bakal datang menjemputnya. “Janji, aku janji. Asal Mama mau patuh dan mau makan!” tegasku. “Fajar dan Bulan tidak akan datang, Mel. Mereka bohong!” lirihnya kembali berurai air mata. “Heh, anak kebanggaan situ udah membuang orang tuanya sendiri. Dulu juga hanya Melur yang peduli sama kalian, eh …! Melur malah kalian sia-siakan! S
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 103. Permintaan Harum (21+)

Bab 103. Permintaan Harum (21+) POV Gilang***Sial benar hidupku ini. Entah sampai kapan aku hidup terlunta-lunta seperti ini? Malam hari memang masih berani aku berkeliaran, tapi siang hari aku tak berani muncul di tempat umum. Orang suruhan Fika sepertinya belum berhenti mencariku. Uang bagianku yang diberikan Melur tinggal beberapa lembar puluhan ribu. Karena sudah habis untuk biaya berobat Mama. Paling cukup untuk makan sehari lagi. Besok aku harus mulai mencari kerjaan, kalau tidak, kami enggak akan bisa makan. Kalau aku mungkin masih bisa menahan lapar, tapi Harum, dengan kondisi hamil seperti itu, mana tega aku kalau dia kelaparan. Kasihan anakku yang ada diperutnya itu. Hasil penjualan mobilku juga sudah habis kandas, untuk bayar hutang sama teman-teman dan biaya  membebaskan Harum. Kutatap lembut kekasihku, mulutnya sibuk menguyah jajanan kuaci yang dibelinya di warung de
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 104. Harum Ditawar Jadi WTS

Bab 104.  Harum Ditawar  Jadi WTS Kupeluk erat wanita yang kelehanan itu. Kuseka peluh di leher jenjangnya. “Mas, kamu kan masih punya tanah, bekas rumah yang terbakar itu? Kenapa enggak dijual aja, sih? Duitnya bisa buat ngontrak rumah yang besar dan buka usaha.”  Si*l! Setelah aku memuaskan diapun, kembali  hal itu yang dia bahas. “Enggak bisa, Rum. Mas Fajar udah mengambil alih bekas rumah itu. Surat-suratnya dia bawa semua,” sahutku sedikit kesal. “Minta, dong! Kasi alasan apa, kek!” “Untuk saat ini, belum bisa. Aku telah menghabiskan semua harta Papa. Yang tersisa cuma itu aja.  Kalau dijual, takutnya seperti menjual mobil  waktu itu, enggak sampai sebulan uangnya habis. Sekarang enggak punya apa-apa lagi.” “Itu karena utang Mas Gilang terlalu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 105. Bekas Bercinta Di Leher Harum

Bab 105. Bekas  Bercinta Di Leher Harum Ingatan, yah, hanya ingatan yang bisa kugunakan saat ini. Aku harus berusaha mengingat-ngingat apa yang telah terjadi. Alex, wajah laki-laki sangar itulah yang pertama sekali muncul di benak. Teringat saat  dia menawar istriku seharga satu juta. Oh, bukankah aku menghajarnya? Bukankah aku menerjang tubuhnya hingga tercampak memeluk kaki meja? Bukankah aku meninju rahangnya hingga dia mengaduh kesakitan? Kenapa sekarang aku di sini? Di mana ini? Kupaksa mata terbuka, sangat berat dan perih. Kuraba kelopaknya, terasa bengkak. Ya, tuhan! Aku baru ingat. Anak buah Alex tiba-tiba datang dan mengeroyok aku. Alex …! Kau pengecut! Beraninya main keroyok!        “Hey, ada mayat … ada mayat …!” Terdengar teriakan seseorang. Syukurlah, akhirnya ada juga yang melihatku. Tak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 106. Harum Menolak Melayaniku

Bab 106. Harum Menolak Melayaniku “Iya, kenapa? Kamu, kan enggak kerja-kerja? Salah, kalau aku  yang kerja?” jawabnya menantang. “Kamu sepertinya berubah banget. Kamu memutuskan sesuatu tapa merundingkannya dulu denganku? Apa maksudmu, ha?” “Mas! Jangan egois, dong! Aku keluar mau kerja! Kerjanya juga di warung makan, di dekat pasar itu. Kecuali kerjanya jadi TKW ke luar negeri, baru perlu berunding! Kalau nanti kamu udah kuat, makan siang datang aja ke warung Bu Romlah! Biar kamu liat, aku itu beneran kerja atau bukan! Udah, ah, terlambat, nih. Ini hari pertama aku kerja! Enggak enak kalau terlambat! Aku pergi!” Aku hanya bisa mengelus dada. Mungkin Harum memang beneran kerja. Aku terlalu curiga, sepertinya.*Tiga hari sudah Harum bekerja di warung makan Bu Romlah. Selama tiga hari ini juga dia tak ada waktu lagi buatku. Pulangnya selalu larut
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 107. Harum Bergumul Dengan Dua Pria Hidung Belang Sekaligus

Bab 107. Harum Bergumul Dengan Dua Pria Hidung Belang Sekaligus Aku tercekat, spontan kuhentikan langkah kaki.  Kalimat Susi sunggguh mengagetkanku. “Ingat tetangga, Om, banyak yang enggak makan!” imbuhnya lagi. Dadaku kian bergemuruh hebat. Nafas bahkan terasa sesak. Tangaku tiba-tiba mengepal. Betapa ingin kuhantamkan ke wajah perempuan itu. Tapi, mengingat dia adalah seorang perempuan, terpaksa amarah ini kuredam. “Om, sesekali duduk sini, dong! Kita ngobrol-ngobrol sambil menunggu sang adinda pulang!” celotehnya lagi. Ok, aku akan layani dia kali ini. Sekaligus mencari kebenaran ucapannya barusan. Aku berbalik, lalu mendekatinya di teras. Kuhenyakkan tubuh di bangku papan, tak jauh darinya. “Gitu, dong, Om, sesekali. Jangan ngurung diri terus di kamar! Rokok?” katanya menyodorkan sebungkus rokok yang telah terbuka.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 108. Tawaran Menggiurkan Bos Preman Pasar

Bab 108. Tawaran Menggiurkan Bos Preman Pasar POV Harum****Namaku Harum. Gadis yang terbuang dan terusir dari kampung. Aku akui, kalau aku memang salah karena telah mencuri suami  majikanku sendiri. Laki-laki yang sangat kuingini sejak pertama kali bertemu. Waktu itu ada acara lamaran di rumah tetanggaku, persis di sebelah rumahku. Kak Melur yang sempat kuliah di kota, rupanya dilamar orang. Lelaki yang melamarnya teramat tampan. Kudengar khabar kalau dia adalah putra bungsu pemilik toko pupuk terkenal di daerah kami. Seketika muncul rasa iri akan keberuntungan Kak Melur. Kenapa bisa nasipnya bagus banget? Secara, ya, kami itu sama-sama gadis kampung, anak yatim dan anak orang miskin. Kalau dari segi rupa, jelas dong Kak Melur kalah jauh. Aku menang putih, menang muda, badanku juga jauh lebih seksi daripada dia.  Kelebihanku ada pada dada dan bokong. Kak Melur kalah jauh. Jadi, kalau  dia b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 109. Tusukan Mas Gilang Membuatku Kehilangan Rahim

Bab 109. Tusukan Mas Gilang Membuatku Kehilangan Rahim Mas Alex benar-benar memenuhi keinginanku. Aku bisa kembali hidup mewah meski secara sembunyi-sembunyi. Aku takut ketahuan istri Mas Alex dan juga Mas Gilang. Aku tidak mau semua rencanaku hancur berantakan. Awalnya hanya Mas Alex saja yang aku temani tidur. Tapi belakangan ini, dia memintaku menenami temannya. Awalnya aku menolak. Tapi karena tawaran duitnya jauh lebih besar, akhirnya aku menyetujuinya. Sama sekali aku tak sadar, kalau aku telah dijadikan wanita penghibur oleh pacar baruku sendiri, Mas Alex. Dan dia bertindak sebagai germonya. Biarlah, yang penting aku dapat uang banyak. Selanjutnya akan kusingkirkan istrinya, agar aku bisa menjadi Nyonya Alex. Melayani teman Mas Alex ternyata menguras tenaga banget. Terlalu banyak permintaan yang aneh-aneh dan gaya yang harus aku ikuti. Hal itu membuatku kian lelah. Jujur, sejak menjalani hubungan ini, aku tak pern
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya

Bab 110. Harum Keluar Dari Rumah Sakit

Bab 110.  Harum Keluar Dari Rumah Sakit “Selamat pagi, Ibu! Hari ini sudah boleh pulang, ya! Silahkan ditelpon keluarganya untuk menjemput!” Seorang perawat menyapaku pagi ini. Seminggu sudah lamanya aku dirawat di sini. Luka di perut dan dadaku sudah sembuh. Meskipun tenagaku belum juga  pulih. Kata Dokter luka tusukan kemarin mengenai organ-organ penting di dalam tubuh. Imbasnya aku akan tetap lemah, tak akan bisa seperti sedia kala. “Ibu! Boleh saya minta nomor ponsel keluarga Ibu?” tanya perawat itu sembari melepas selang inpus dari pergelangan tanganku. “Untuk apa, Suster? Saya akan keluar dari rumah sakit ini, sekarang juga,” jawabku. Tak mungkin kuberi nomor ponsel Ibu dan Mas Yanto. Mereka berada di dalam penjara. “Ibu harus menyelesaikan biaya administrasi dulu, Ibu! Baru boleh keluar!” sergah perawat itu menatapk
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-03-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status