Beranda / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Bab 112. Harum Menginginkan Mas Reno

Share

Bab 112. Harum Menginginkan Mas Reno

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-13 01:13:08

Bab 112. Harum Menginginkan Mas Reno

“Satu hal yang perlu kau ingat adalah! Jangan pernah berpakaian seksi  di sini. Jika kau melanggar, maka seisi rumah berhak menegurmu! Kalau berbuat kesalahan, aku tidak akan segan-segan mengusirmu dari sini. Sudah sana! Tanya Bik Ina, mana kamarmu, dan mulai bekerja!” perintahku.

Harum beranjak pergi.

Ibu menepuk lembut punggungku. “Semoga arwah Pak Udamu, tenang di sana,” ucapnya lalu masuk ke rumah.

Aku mengikutinya.  Namun, kami dikagetkan demi  mendengar suara Bik Yerti yang mengomel  dengan kencang. Kenapa dia? Gegas  aku dan Ibu berjalan ke  belakang.

“Sekali pelakor ya, tetap pelakor! Awas aja kalau kau berani godain suamiku! Kucabe tempemu yang kegatelan itu! Tau, kau!” teriak Bik Yerti semakin kencang.

“Siapa juga yang mau sama aki-aki kayak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 113. Restu Dari Ibu Buat Mas Reno

    Bab 113. Restu Dari Ibu Buat Mas Reno“Aamiin, Ya, Allah. Semoga lancar, ya! Kamu udah mau wisuda, Mas. Ya, Allah, leganya. Akhirnya, kuliah kamu yang sempat terancam DO, selesai juga. Kamu behasil jadi sarjana, Mas.”Tak sadar butiran bening menetes di pipi. Rasa haru menyeruak di hati. Seharusnya Mas Reno sudah selesai setahun yag lalu. Tapi karena prahara yang melanda cinta kami, semuanya gagal. Syukurlah segalanya kembali membaik.Mas Reno akan menyelesaikan kuliahnya, aku telah lepas dari cengkraman Mas Gilang. Namun, cinta kami tetap belum jelas nasipnya. Ibu belum juga merestui. Niat baik keluarga Mas Reno tak pernah ditanggapinya. Berkali sudah orang tua Mas Reno hendak bersilaturahmi ke rumah, ditolak dengan tegas olehnya.Padahal sudah lelah aku menjelaskan kalau Papa Mas Renolah yang telah membantuku di persidangan, tanpa uang sepeserpun sebagai imbalan. Mungkin ras

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 114. Permintaan Harum

    Bab 114. Permintaan Harum“Ibu! Mas Reno itu udah ada sejak dulu, sejak aku masih kuliah. Jauh sebelum aku nikah sama Mas Gilang. Jadi, bukan aku cari-cari,” dalihku membela diri.“Iya, sekarang ibu sudah paham. Ibu ngerti, Mel. Ibu minta maaf, sempat enggak percaya pada hubungan kalian.”“Ibu ….” Aku menatap lekat wajah Ibuku. Tatapan bahagia dan ungkapan terima kasih yang tak bisa diucap dengan kata-kata.“Iya, Nak. Tapi, ibu harap, kalian jangan buru-buru nikah! Apa kata orang nanti. Baru juga jadi janda, langsung buru-buru nikah. Orang enggak akan mau tahu alasan yang sebenarnya. Hal negative paling mudah disematkan orang pada kejadian yang dia sendiri tak paham. Tunggulah beberapa bulan lagi, ya, Nduk!”“Ibu … aku bahagia banget. Akhirnya Ibu mau nerima Mas Reno. Enggak perduli kapan boleh nikahnya, asal Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 115. Tangis Harum Di Malam Silaturahmi Keluarga Mas Reno

    Bab 115. Tangis Harum Di Malam Silaturahmi Keluarga Mas Reno“Ibu, kenapa sedih?” tanyaku lembut, kupeluk tubuh kurusnya dari belakang.“Ibu merasa bersalah pada Ayahmu, Mel. Ibu sempat menyerahkanmu kepada laki-laki berengsek itu. Pasti Ayahmu tidak akan memaafkan kesalahan Ibu. Semoga kali ini, kesalahan yang sama tidak terulang, semoga Reno memang pilihan yang tepat buatmu, Nduk. Kalau ternyata salah lagi, mungkin lebih baik ibu cepat-cepat saja menyusul ayahmu ke sana.”“Ibu … Kali ini aku yakin, kita enggak akan salah. Mas Reno baik, Bu. Keluarganya juga baik. Aku yakin sekali, memang sejak awal, Mas Renolah yang dipilihkan Allah untukku. Mas Gilang yang mengacaukannya. Sudahlah, Bu. Lupakanlah semua tentang Mas Gilang dan keluarganya. Anggap saja hal itu tidak pernah terjadi!”“Bagaimana bisa lupa? Ada Chika hasilnya. Setiap lihat Chika, ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-13
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 116. Tamu Tak Diundang

    Bab 116. Tamu Tak diundang“Kenapa kau bawa aku ke sini. Kau tahu, ini neraka buatku!” teriak Harum mulai sesegukan.“Kau tidak mau di sini? Kau mau ke mana? Kalau tidak di sini kau ke mana? Cuma Melur yang bersedia menampungmu.”“Kukira kau tidak ada hubungan dengan perempuan ini! Kenapa, sih, dia beruntung terus! Aku enggak suka dia hidup bahagia! Aku enggak ihklas dia lebih dari aku! Aku engak mau dia –““Cukup! Cukup, ya, Rum. Aku sedang ada tamu! Nanti kita bahas masalah perasaanmu! Kau di sini saja! Jangan masuk ke dalam rumah sampai tamu-tamuku pulang! Paham! Awas kalau kau berani mengacaukannya! Ayo, Mas! Kita masuk, enggak enak mereka nunggu kita terlalu lama,” kataku menarik lengan Mas Reno.Mas Reno mengikutiku.“Awasi dia, Pak! Aku akan menyuruh Bik Yerti ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 117. Kabar Dari Penjara

    Bab 117. Kabar Dari Penjara“Gilang mohon banget sama kamu, dia udah tobat, katanya, Mel.” Kak Bulan merayuku.“Tidak bisa! Kalian pikir Melur itu perempuan bodoh, apa? Ok, kalau memang dia bodoh, tapi ada kami yang akan terus mendampingi dia! Ada Nak Reno yang begitu tulus mencintainya. Melur tidak akan kami biarkan terpengaruh lagi dengan rayuan manis kalian, Tobat! Hah! Si Gilang mau tobat? Sampai langit runtuh sekalipun aku tidak akan percaya. Sekali bajiangan, tetap akan bajingan!” ketus Ibu.“Masa Melur mau nikah, sih, Bu? Secepat ini?” protes kak Bulan lagi.“Itu bukan urusan kalian. Pokoknya Melur bukan bagian dari keluarga kalian, jadi apapun yang Melur lakukan bukan urusan kalian lagi!”“Jadi, kau enggak mau rujuk dengan Gilang, Mel! Tega kau membuat Chika berayah tiri?” tanyanya penuh tekanan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 118. Tamu Pencabut Nyawa

    Bab 118. Tamu Pencabut NyawaPOV Ibu HarumSeperti mendapat durian runtuh, hati sangat lega dan gembira. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya ada juga yang mau mengunjungi. Saat seorang petugas memanggil namaku. Penuh haru, aku melangkah tergesa megikutinya menuju ruangan khusus bertemu keluarga. Mudah-mudahan itu Harum. Hanya dia yang kuharapkan bisa mengeluarkan aku dari penjara terkutuk ini.Semoga dia sudah berhasil merayu Gilang untuk menjual tanah bekas rumah terbakar itu. Posisinya berada tepat di jantungnya Kota Medan. Pasti harganya sangat mahal. Cukuplah untuk membayar pengacara hebat buat membebaskan aku dan Yanto.Mataku nanar menatap siapa yang berkunjung. Dia bukan Harum yang kuharapkan. Perempuan itu berdiri membelakangi, sepertinya tengah asik membaca tulisan yang terpampang di dinding.Nanik. Wan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 119. Bedanya Baik Dengan Naif Itu Apa

    Bab 119. Bedanya Baik Dengan Naif Itu Apa“Sadar, Bu. Saya butuh uang untuk makan saya dan anak-anak. Mas Yanto tidak bisa memenuhi tugasnya sebagai kepala keluarga. Selama ini pun, dia tak pernah bertanggung jawab. Kerjanya judi … melulu. Pulang bukannya bawa uang, tapi malah bawa tagihan. Orang tua saya malu, Bu! Makanya saya gugat pisah,” lirih Nanik dengan tatapan sayu seolah penuh penyesalan.“Kau memang menantu tak tau diri! Bukannya bantu suami, malah nambah masalah baru! Harusnya itu kau ngurus si Harum. Entah di mana dia sekarang. Bukan malah mikiri diri sendiri!”“Maaf, Bu. Saya tak tahan lagi. Sudah, ya, Bu. Saya pamit. Takut kemalaman pulangnya. Bapak sudah nunggu di luar.”“Ck! Perempuan hebat! Jadi kau ke sini didampingi bapakmu? Dia tidak bermasud menemuiku? Keluarga sombong. Pergi kau sana! Kau pikir, Yanto akan hancur kalau

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 120. Sepertinya Dia Sakit Jiwa, Sayang

    Bab 120. Sepertinya Dia Sakit Jiwa, Sayang“Sebenarnya sifat seperti itu memang baik, Mel. Namun, bagi orang-orang culas seperti keluarga mereka itu, kebaikanmu itu akan menjadi senjata mereka kembali menghancurkanmu. Kau tahu bedanya baik dengan naif itu apa?” Mas Reno menatapku sesaat.“Jadi Mas tuduh aku naif, tadi Mas bilang aku bodoh, sekarang naif?”Mas Reno tertawa kecil.“Bodoh dan naif itu hampir sama. Itu ada pada dirimu, Sayang!”“Kenapa semua orang mengatakan begitu? Mungkin aku harus berubah, ya? Aku harus bagaimana, coba?” tanyaku putus asa.“Kau mau berubah?”“Hem, sangat mau. Agar orang-orang culas seperti mereka tidak bisa lagi memnafaatkanku.”“Aku akan membantumu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16

Bab terbaru

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)

    Bab 150. Ekstra Part 5 (Pernikahan Mala Dan Diky)"Ayo, dong, dandan! Pak Penghulunya bentar lagi datang, lho!" Mas Diky mengalungkan tangannya di leherku."Mas Diky, ngapain masuk kamar, coba! Gimana aku mau dandan kalau dipeluk terus begini? Juru riasnya malah diusir keluar," protesku melonggarkan pelukannya."Aku takut, Sayang. Makanya, aku mau menjagamu dua puluh empat jam.""Takut apa?""Takut, kalau kau berubah pikiran. Karena, aku sangat paham, kau belum juga bisa menerima aku di hatimu.""Ya, enggak mungkinlah aku berubah pikiran. Secara, para tamu undangan udah pada datang, Pak Penghulu udah dalam perjalanan, masa iya, aku berubah pikiran."Wajahnya terlihat mendung, sorot mata itu kini sayu.

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir)

    Bab 149. Balasan Kejam Buat sang Durjana ( Ekstra Part Akhir) VOP Fika Aku memang sudah berumur. Sudah hampir kepala empat. Hingga detik ini tak juga menikah, karena memang tak mau menikah Keputusanku tak mau menikah bukan karena apa-apa. Rasa kecewa karena pernah bertepuk sebelah tangan, membuatku tak mau membuka pintu hati pada siapa pun lagi. lebih baik hidup sendiri dari pada kecewa lagi. Fajar, pemuda yang telah mencuri hatiku. Sayang, dia tidak ada rasa sedikitpun untuk menerima kehadiranku. Cintaku tak berbalas. Cinta bertepuk sebelah tangan. Tetapi, aku tidak pernah membencinya. Saat dia memilih wanita lain sebagai pendamping hidupnya, aku turut berbahagia. Meski sakit, aku harus tetap waras. Fajar tidak bersalah. Wanita pilihannya juga tidak salah. Yang bersalah itu adalah aku.&nbs

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 148. Ekstra Part 4

    Bab 148. Ekstra Part 4 VOP Gilang "Selamat menghirup udara bebas! Selamat datang kembali di dunia yang penuh sandiwara ini!" Aku terperangah. Seorang wanita tinggi semampai berkacamata hitam, menegurku. Aku tidak dapat mengenalinya. Lama kupindai wajah dan penampilannya. Rambut sebahu hitam legam, badan padat berisi, dan suara yang tegas penuh wibawa. "Selamat menjalani babak kedua dalam hidupmu?" ucapnya lagi. Jemari dengan berkutek merah terang itu memegang bingkai kacamata, lalu menanggalkannya perlahan. "Fika ...!" gumamku terkejut. Pengacara wanita yang telah membuat sang Hakim mengetuk palu, memutuskan hukuman penjara buatku. "Enggak ada yang jemput, ya? Kasihan banget kamu. Mana keluargamu?" Aku hanya m

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 147. Ekstra Part 3

    Bab 147. Ekstra Part 3 “Oh, iya, sabar, ya, Bu. Sebentar saja, kok! Enggak lama. Mereka pelanggan tetap saya. Harus ekstra pelayanannya. Memang Ibu yang duduk duluan di sini, tapi, mereka yang memesan duluan.” Penjual es itu, tak menghiraukanku. “Saya duluan! Saya dari tadi di sini! Mentang-mentang mereka orang kaya, saya orang miskin, saya enggak dilayani, begitu? Saya bisa obrak abrik warung jelekmu ini tau?” teriakku mulai emosi. “Lho dari tadi ibu enggak minta, mereka pesan, baru ibu minta, sabar, dong!” Penjual es tak juga memenuhi permintaanku. “Pokoknya layani saya dulu! Saya sudah tidak sabar! Biar jadi pelajaran buatmu! Jangan pilih kasih sama pembeli, ya!” “Ya, sudah, ibu ambil yang sudah dibungkus itu, dulu, enggak apa-apa, saya akan ganti nanti buat mereka, tanggung ini, dua bungkus lagi!” “Saya e

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 146. Ekstra Part 2

    Bab 146. Ekstra Part 2 Secara rutin aku memeriksakan diri ke dokter. Namun penyakitku tak juga kunjung sembuh. Awalnya tak menunjukkan gejala apa-apa. Tetapi setelah beberapa tahun kemudia, infeksi itu sudar menyerang bagian dalam tubuh. Mulai dari uterus, bahkan alat kelamin itu sendiri. Melihat kondisiku, tak ada lagi lelaki hidung belang yang mau menggunakan jasaku. Mereka merasa jijik dan takut tertular. Padahal aku tak pernah mengatakan tentang penyakitku. Aku hanya deman biasa, begitu alasanku. Tapi, melihat kodisi tubuhku yang kian kurus tinggal tulang, juga lemah tak bertenaga, mereka semakin curiga. Bokong dan dada besarku yang sangat terkenal di kalangan lelaki durjana itu, mulai menipis. Hilang sudah andalanku dalam menjerat mangsa. Aku menganggur. Makan tidur menjadi tanggunagn Bang Jordan. Dia mulai marah karena mengaggap aku tak lagi meguntungka

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 145.Ekstra Part 1

    Bab 145.Ekstra Part 1 VOP Harum Kehancuran Kak Melur adalah target utamaku. Dia yang telah membawaku ke kota ini, semua masalah ini timbul karena dia, Aku dan keluargaku terusir dari kampung, juga karena dia telah menghasut orang kampung. Sekarang, Mas Yanto meninggal, Ibu di penjara, dan aku terlunta-lunta dengan penyakit di tubuhku. Ke mana aku akan bernaung sekarang? Setelah kucoba mengemis kepadanya, dia malah mengusirku dengan kasar. Harusnya dia bertanggung jawab dan menampungku. Sekarang, ke mana aku akan melangkah? Uang yang di berinya waktu itu hanya cukup biaya makan seminggu. Untung tempat tinggal aku enggak perlu bayar. Bekas toko ini bisa kugunakan untuk tempat bernaung. Tapi untuk makan besok, aku uang dari mana? Sebuah Mobil berhenti di depan toko. Gegas aku keluar melihatnya. Itu Bang Jordan, teman Mas Gilang sekaligus tempat

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat)

    Bab 144. Cinta Pertama Dan Selamanya (Tamat) Itu Kak Bulan. Dia merekam video ini untukku? Kak Bulan tengah duduk di samping sebuah ranjang pasien. Sepertinya seseorang sedang berbaring di ranjang itu. Entah siapa, wajahnya tidak muncul di rekaman. “Maaf, ya, Mel. Sepertinya kamu sudah duluan lihat fhoto-fhoto itu baru buka plasdisc ini. Iya, kan? Pasti kamu sedang marah, emosi, kecewa dan mungkin kamu juga udah ngusir Reno. Aku enggak tahu persis apa yang terjadi di situ. Aku hanya berusaha memberi yang terbaik buatmu, adikku. Selama ini kami sekeluarga telah membuat hidupmu hancur. Untuk terakhir kalinya aku berusah setidaknya bisa menyelamatkan pernikahan yang baru saja kau mulai. Isi Plasdisc ini aslinya bukan ini, Mel. Sengaja kuhapus, dan kuganti dengan yang ini. Tapi, foto-foto itu enggak bisa kuganti, karena dia yang memesan karangan bunga itu. Kau tahu siapa? Ha

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 143.  Kejutan Di Malam Pertama Pertama

    Bab 143. Kejutan Di Malam Pertama Pertama“Terima kasih sudah menjadi istriku, Mel! Aku sangat mencintaimu! I Love you, Sayang!” bisiknya lembut di telinga.“Kau juga tampan sekali, Mas, aku bangga dan sangat bersyukur bisa memilikimu. I love you, too,” balasku mengerjapkan mata.“Terima kasih.” Mas Reno tersenyum lagi. “Sekarang, ya?” tanyanya memohon izin.Aku tak menjawab, karena memang dia pun tak menunggu jawaban dariku. Mulutku tak lagi bisa berucap. Bibir kenyal mas Reno telah melumatnya. Awalnya begitu lembut, namun sesaat kemudian berubah kasar. Mas Reno melumatnya dengan begitu rakus.Aku membalas setiap lumatannya. Makin terhanyut saat lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Mas Reno menjelejah setiap inci rongga mulutku. Memeprmainakn lidahku de

  • Pelakor Itu Pembantuku   Bab 142. Pernikahan Kedua Dan Terakhirku

    Bab 142. Pernikahan Kedua Dan TerakhirkuKupaksa otakku berfikir keras. Mencoba membongkar memori ingatan, namun, tetap tak kutemukan. Tunggu, suaranya? Suaranya, sepertinya juga tidak asing. Sepertinya aku sering mendengarnya, tapi siapa? Apakah karena tertutup masker, sehingga suaranya agak susak kukenali. Rasa penasaram mengaduk hati, ok, aku akan cari tahu dari si pengirim karangan bunga itu.Aku bangkit perlahan, menuju sudut ranjang. Baru saja tanganku hendak meraih kertas kecil yang terselip di karang bunga yang lumayan cantik itu, seseorang memanggilku untuk segera keluar.“Mel! Ayo, rombongan mempelai pria akan segera tiba. Akad nikah akan segera dimulai.”Mala dan Rani berdiri di ambang pintu kamar. Keduanya berkebaya dengan warna dan model yang sama, rambut mereka berdua digelung rapi, wajah di make up cantik.

DMCA.com Protection Status