Home / Romansa / Pelakor Itu Pembantuku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pelakor Itu Pembantuku: Chapter 31 - Chapter 40

150 Chapters

Bab 31. Kejutan Di Rumah Pengacaraku

Bab 31. Kejutan Di Rumah Pengacaraku Subuh telah tiba, segera aku membersihkan diri di kamar mandi. Syukurlah Chika malam ini tidak telalu rewel.  Aku bisa beristirahat mengumpulkan tenaga yang telah terkuras selama sehari kemarin.Setelah menunaikan salat Subuh, kugendong putriku ke kamar bayi. Bik Ina sedang melipat peralatan salatnya saat aku memasuki kamar. “Dia masih tidur, tolong jagain, ya, Bik. Hari ini saya pasti sibuk banget. Banyak yang hendak saya urus. Urusan dapur enggak usah porsir banget, yang penting mertua saya disediakan makan. Nyuci dan bersih-bersih kalau sempat aja. Paham, kan, Bik?” “Paham, Bu.” Kuletakkan Chika di dalam boxnya, lalu melangkah kembali ke dalam kamar. Kali ini aku menggunakan tas ransel untuk keluar. Berkas-berkas persiapan gugatan pisah harus kubawa, enggak muat kalau pakai tas sandang. Tadi malam telah kusiapkan segalanya, b
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 32. Aku Dan Mantan Kekasihku

Bab 32. Aku Dan Mantan Kekasihku “Reno … Mas Reno?” desisku tak percaya. “Ya, masa lalumu, cinta pertamamu!” sergah Mas Andi. “Jadi, yang kamu bilang kemarin itu, Reno … Mas Reno …?” “Ya, dia sudah hancur sekarang! Boleh kau lihat sendiri di kamarnya sana! Berhari-hari dia terbaring tidur, bangun nanti hanya untuk makan. Beberapa hari nanti dia akan keluar mencari barang  terkutuk itu lagi. Begitu terus sudah lebih setahun ini. Tubuhnya kurus, matanya cekung. Gairah hidupnya tidak ada. Dia sudah mati, Mel. Mati karena pengkhianatanmu.” “Bukan! Bukan aku. Aku tidak mengkhianatinya. Justru dialah yang telah mengkhianati aku. Karena itu aku memilih menikah, berhenti kuliah, karena aku enggak sanggup berpisah dengannya,” lirihku membela diri. ”Sudahlah! Kami juga sudah tah
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 33. Pelakor Diserang Warga

Bab 33. Pelakor Diserang Warga “Tunjukkan mana ponselmu!” teriakku mulai keras. Perempuan itu merogoh saku celana panjangnya. Lalu menunjukkannya padaku. “Buka FBmu!” perintahku kemudian.              “Untuk apa, Kak?” lirihnya. “Sekarang kau buat status, bahwa kau pernah jadi pembantuku. Kau tergila-gila pada suamiku.  Karena itu kau  kupecat.  Kau terpaksa pulang kampung.” “Kak Mel?” “Kau buat cepat! Atau ….” “Jangan! Melur! Kau sudah gila menyuruh Harum seperti itu!” teriak ibunya. “Bukankah kenyataannya begitu, Mak Uda? Harum mencintai Mas Gilang! Itu kenyataan! Harum cepat kau buat statusmu seperti itu! Status yang tad
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 34. Mas Reno, Kamukah Itu?

Bab 34. Mas Reno, Kamukah Itu? “Dari mana?” tanya Mala saat aku membukakan pintu mobil untuknya. “Dari bank,” sahutku sambil bergeser. “Kamu yang nyetir, dong! Aku capek banget.” “Ok, Kamu kelihatan lusuh banget. Kenapa? Ada masalah lagi?” Mala mengambil alih stir mobil. “Banyak, stress gue. Capek banget, tahu enggak, sih,” desisku menyenderkan kepala di sandaran kursi. “Refresing dulu, yuk!” “Ke mana? Aku minta kau ngantarin aku ke tempat fitness, kurusin badanku yang keloyor-loyor ini! Sesak nafas tau, enggak?” “Kamu enggak gendut amat, kok, Mel. Santai ajalah!” “Gendut! Aku mau badanku seperti awal nikah dulu!” sanggahku sambil memejamkan mata. Rasanya lumayan istirahat sejanak meski di dalam mobil seperti in
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 35. Mas Gilang Berdarah

Bab 35. Mas Gilang Berdarah Toko sudah tutup, saat mobilku memasuki halaman. Kumasukkan mobil ke dalam garasi, lalu melangkah gontai ke dalam rumah. Mereka sedang berkumpul di ruang keluarga. “Mel! Dari mana aja, sih? Liat, Chika sepertinya kangen banget sama mamanya!” tegur mama mertua saat aku melintas. Kuhampiri mereka, kuraih Chika dari gendongan Ibu. “Gilang sepertinya enggak keluar-keluar, ada apa dengan anak itu?” tanya papa menatapku. “Biar saya liat, Pa,” sahutku. Setelah puas memeluk dan mencium putriku, aku melangkah ke kamar. Mas Gilang masih tengkurap seperti tadi, kamar masih berantakan seperti semula. Tapi kali ini dia tidak tidur. Buktinya dia langsung bangun saat tahu aku masuk. “Gila kamu!” teriaknya tiba-tiba menatapku tajam. Bola matanya seolah hendak loncat keluar.
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 36. Kupatahkan Usaha Mas Gilang Menipu Orang Tuanya

Bab 36. Kupatahkan Usaha Mas Gilang menipu Orang Tuanya Aku tercekat, Jadi mereka janji ketemu malam ini? Janji ngantar uang? Uang yang sepuluh juta itu? “Mas, renternir itu  barusan datang lagi, dia ngamuk-ngamuk. Karena Ibu udah janji, malam ini udah ada uangnya. Dia ngancam jika besok pagi uangnya belum ada juga, maka dia akan menyita rumah ini. Mas Yanto juga marah-marah, dia nuntut bagiannya. Dia kalah judi, Mas. Janjinya malam ini dilunasi. Tapi Mas enggak datang-datang!” Suara tangis Harum semakin kencang. Ibu menatapku penasaran. Sengaja memang tidak kuspeaker. Aku takut Mas Gilang mendengar dari luar. “Mas …! Kenapa diam aja, sih! Jawab! Atau mas lagi di jalan, ya? Jalan mau kemari? Ya udah, kami tunggu. Hati-hati ya, Mas. Oh, iya, Mas Gilang enggak usah takut. Ibunya Harum enggak ada kok di kampung. Nenek sihir itu udah dibawa perempuan sial itu. Jadi, kita beb
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 37. Ternyata Harum Hamil

Bab 37. Ternyata Harum Hamil “Jangan pergi, Mel! Jangan minta pisah dari Gilang, ya!” ucapnya memegangi lenganku. Kulirik anak kesayangannya. Sorot mataku penuh ancaman. Lelaki itu menunduk. Aku mengangguk, kubentuk lengkungan di kedua sudut bibir. Perempuan itu balas tersenyum lega. Setelah dia tenang, aku kembali menuju kamar.  Ranjang masih berantakan. Tapi bersyukur pakaian sudah rapi kembali. Berkat bantuan Ibu. Kuminta ibu beristirahat di kamar tamu. Itu sudah menjadi kamar ibu untuk sementara dia tinggal di rumahku. Kuraih selimut dan bantal. Aku akan tidur di kamar Chika. Bik Ina biar tidur di kamar belakang. Tapi langkahku terhenti, lenganku ditahan oleh Mas Gilang. “Mau ke mana?” tanyanya lembut. “Mulai sekarang, aku tidur di kamar Chika,” sahutku menepis tanganya.
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 38. Mas Gilang Mencuri Mahar Pernikahanku

Bab 38. Mas Gilang Mencuri Mahar Pernikahanku Plak! Sebuah tamparan sekuat tenagaku melayang dipipinya. “Jangan pernah kau bawa-bawa nama ibuku! Kau yang bermaksiat, ibuku yang kau sebut-sebut! Aku menghormat ibumu sebesar aku menghormati ibuku. Jika kau mulai menghinanya, maka hargamu di mataku, lebih rendah dari kotoran anjing! Kau tahu apa itu anjing?” “Kau …!” tangannya melayang di udara, kutantang dengan mata tajamku. Aku tahu sekali saja tangan kekar itu menyentuh pipiku. Maka tubuhku akan oleng, tercampak di lantai. Tapi aku tidak gentar. Tajamnya sorot mataku lebih tajam dari pisau belati sekalipun. Sang durjana terlihat gentar, perlahan tangan itu turun, mengambang lalu mencengkram kosong. “Jangan pernah bermimpi mendapat tempat lagi di hatiku! Antara aku dan kau sudah selesai. Tinggal menunggu surat cerai kita. Jika sudah, maka aku a
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 39. Prahara Pernikahan Siri Suamiku

Bab 39. Prahara Pernikahan Siri Suamiku Cinta ini … seolah tidak pernah mau sirna. Meskipun aku pernah mencintai pria lain, Mas Gilang suamiku. Tapi, cinta pertamaku, tiada pernah mau lekang juga. Apa lagi rasa benci  karena pengkhianatanya dulu telah terobati sedikit demi sedikit. “Mel! Udah datang?” “Hey, kok ada Mas Andy? Kamu enggak bisa ikut, ya?” tanyaku dengan wajah sedikit murung. “Kamu bilang mau pergi perang. Aku bawa pasukan, dong!” “Maksudmu, Mas Andy …?” “Iya,  Mas Andy ikut.” Aku terperangah. Mas Andy tersenyum. Baru kini kusadari kalau senyumnya ternyata sangat mirip dengan senyum kakaknya. Mas Reno. “Hey, kok melamun? Pakai mobil siapa, nih?” Mas Andy menggodaku. “Mobil aku aja. Mo
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more

Bab 40. Pernikahan Sepasang Durjana Pun Gagal

Bab 40. Pernikahan  Sepasang Durjanapun Gagal Para ibu-ibu menyerbu masuk, berteriak menghujat Harum dan ibunya. Kalimat menghina dan kasar terucap dari mulut mereka. Aku fokus kepada Mas Gilang. “Kembaliin perhiasanku!” teriakku langsung merogoh seluruh saku kemeja dan celananya. Sebuah amplop coklat tebal kutemukan. Segera kuserahkan pada Rani.  Di atas meja kecil di hadapan Tuan Kadi, terletak perhiasan cincin. Itu cincinku. Kuraih dan kuserahkan pada Mala. “Apa maksudnya ini, Pak Gilang?” tanya Tuan Kadi berubah pucat. “Maaf, Pak, saya istri sahnya. Kami belum berpisah. Bapak berani menikahkan mereka?” tanyaku penuh ancaman. “Permisi!” Lelaki berseragam  baju koko itu beranjak pergi. “Huuuu! Harum pelakor! Enggak tahu malu! Pengen kaya, suami majikan diembat! Huuu!&r
last updateLast Updated : 2022-02-20
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status