Home / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Gairah Terpendam Suami Kontrak : Chapter 201 - Chapter 210

264 Chapters

201 S2: Kedatangan Dua Tamu Agung

Pantas jika Kavita merasa khawatir karena selama dua tahun lebih menjadi istri, dia tidak pernah melihat Ezra jatuh sakit kecuali gara-gara nekat menyantap ayam pedas bersamanya beberapa bulan lalu.“Cepat sembuh ...” bisik Kavita, dipandanginya pahatan sempurna Sang Pencipta yang masih terpejam rapat.Kavita tidak tahu berapa lama dia ketiduran. Ketika terbangun, dia mendapati Ezra sudah tidak ada di sampingnya lagi.“Ke mana dia?” gumam Kavita panik sembari buru-buru turun dari tempat tidur. Dia mengecek kamar mandi, tapi Ezra tidak juga ditemukan. Karena itu Kavita cepat-cepat membasuh wajahnya dan segera keluar untuk mencari Ezra.Tempat pertama yang Kavita datangi adalah dapur, tapi tidak ada seorang pun yang terlihat termasuk Emi dan Toni.“Ke mana sih dia?” gumam Kavita cemas seraya menaiki tangga menuju ke lantai dua, lalu berbelok ke arah kamar Miranti.“Rita, saya mau bertemu nenek.” Kavita meminta izin kepada pengasuh nenek Ezra.“Siapa itu, Rita?”“Kavita, Nyonya
Read more

202 S2: Melawan Orang Tua Sendiri

Endrawan menatap Ezra tak berdaya. “Menyesal aku bicara sama anak kamu itu, tidak ada gunanya!” gerutu Mervia dengan suara keras. “Tidak jauh beda dia sama ibunya.” “Sudahlah, kamu tidak perlu lagi menjelekkan siapa pun.” “Nah kan, kamu masih saja membelanya.” Endrawan geram. “Masih tidak cukupkah dengan aku tetap berada di samping kamu dan anak-anak kita? Aku bahkan rela menjauhkan Ezra dari keluarga besar kita ....” “Anak itu memang dari awal tidak pantas bersanding dengan keluarga besar kita,” potong Mervia dengan nada enggan. “Jadi kamu tidak perlu merasa telah melakukan pengorbanan besar terhadap keluarga, karena itu memang kewajiban kamu untuk menyingkirkan Ezra dan ibunya.” “Cukup,” tegur Endrawan tegas karena mereka tengah bersama sopir pribadi yang mengemudikan mobil mereka. “Tidak perlu diperpanjang, lebih baik kamu pikirkan anak kamu yang satu itu. Bisa-bisanya dia membuat masalah sampai melibatkan pihak berwajib, ini benar-benar memalukan.” Mervia menatap garang pada
Read more

203 S2: Shadan Tidak Bisa Disentuh Hukum

“Pokoknya aku tetap tidak rela kalau Shadan masuk penjara,” cetus Mervia egois. “Kalau begitu berbaik-baiklah pada Ezra, turunkan egomu sedikit saja. Lagipula aku perhatian sama anakku, bukan ibunya.” “Kamu ...!” “Sudahlah, hentikan kebiasaan kamu untuk mendebatku. Aku ini suami kamu, tunjukkan rasa hormat kamu.” Mervia mendengus, semua ini gara-gara Ezra. Kalau tidak dia, pasti ibunya. Selalu saja di antara mereka berdua yang menjadi penyebab keributan dirinya dengan Endrawan. Waktu terus bergulir dan Ezra tetap memantau kasus penusukan Kavita yang masih berlangsung, tidak dia pedulikan beberapa kunjungan dari utusan ayahnya supaya datang ke rumah mereka. “Sepertinya keluarga besar kamu berusaha nego,” komentar Kavita ketika Ezra memberi tahunya soal undangan makan bersama. “Mungkin mereka berharap kalau kamu menutup kasus itu, makanya mereka berusaha keras membujuk kamu dengan cara apa pun.” Ezra menghela napas. “Saya tidak bisa, Shadan harus tetap mendapatkan balasannya. Sebe
Read more

204 S2: Ingin Menjalin Kekerabatan

“Tidak perlu pura-pura, Sha. Kalau memang kamu merasa curiga sama ayahku, aku saja merasa curiga karena terakhir yang aku dengar adalah Shadan delapan puluh persen akan naik status jadi pelaku.” “Kamu serius?” “Tricya dan timnya yang bilang begitu, berdasarkan bukti kamera pengawas yang memantau jalan TKP, terlihat jelas kalau Shadan mendorong Kavita sampai dia jatuh dan keguguran. Masalahnya adalah, Shadan berani berkelit kalau dia sengaja mendorong Kavita.” “Dia masih bisa berkelit meskipun sudah ada bukti kamera pengawas?” “Ya, dan dia mengaku mendorong Kavita karena merasa terancam.” “Alasan tidak masuk akal apa ini?” “Shadan bilang Kavita memaksa untuk mengantarnya pergi ke suatu tempat dan dia menolak karena seolah tidak ingin pergi sama wanita bersuami.” Pasha geleng-geleng kepala mendengar penjelasan Ezra. “Aku yakin akan terjadi perang saudara tidak lama lagi.” Ezra mengangguk. “Dari awal aku tidak pernah minta kamu untuk memihak salah satu dari kami karena aku sudah
Read more

205 S2: Meminta Keadilan untuk Istri

Wajah Endrawan memucat. Bagaimana ini? Orang-orang dan relasi penting lainnya tahu bahwa Shadan adalah putra pertamanya, sehingga tidak mungkin jika kasus ini dibiarkan berlanjut sampai tahap akhir. “Jangan egois kamu, Ezra. Ayah mohon ....” “Aku egois karena meminta keadilan untuk istriku? Kalau begitu apa yang Ayah lakukan terhadap ibu juga bukan egois? Demi istri pertama Ayah, aku dan ibu dikesampingkan begitu saja kan?” “Itu sudah risiko ibumu sendiri yang bersedia jadi istri kedua ayah ....” “Karena itulah aku benci kalian,” tukas Ezra sembari berdiri dari duduknya. “Aku benci Ayah karena tidak puas hanya dengan satu istri, aku juga benci sama ibu karena berani masuk ke dalam rumah tangga orang lain.” Endrawan terpaku, sadar jika dirinya telah salah bicara. “Maksud Ayah ....” Sebelum ucapan Endrawan selesai, tiba-tiba pelayan muncul mengantarkan pesanan mereka. “Permisi, Pak ....” “Punya saya yang ini dan yang ini tolong dibungkus saja,” perintah Ezra kepada pelayan resto
Read more

206 S2: Kamu Bukanlah Anak Saya

“Mbak, ada yang nunggu di bawah!” Emi membuat mulutnya ketika bertemu Kavita di depan kamar tamu. “Siapa, Bu?” “Mertua kamu.” Kavita tertegun sebentar.“Bu Emi yakin kalau dia mertua saya?” “Yakin, dia memperkenalkan diri seperti itu. Katanya suruh cepat-cepat bertemu, soalnya tidak punya banyak waktu ....”“Ya sudah, saya turun sebentar lagi. Tolong buatkan minum dulu untuk ibu mertua,” pinta Kavita, dia segera merapikan diri di depan cermin setelah Emi berlalu pergi.Ibunya Ezra akhirnya muncul, pikir Kavita seraya menyisir rambut. Kenapa aku jadi gugup begini?Setelah penampilannya terlihat enak dipandang, Kavita segera turun untuk menemui ibu mertuanya. Namun, begitu dia tiba di ruang tamu, yang dilihatnya duduk di sofa ternyata adalah seorang wanita yang tampak asing di matanya.“Maaf karena membuat Ibu menunggu lama,” ucap Kavita formal, dia gugup sekali saat wanita itu menatapnya dari atas ke bawah seakan sedang menaksir nilai sebuah barang.“Kamu istirnya Ezra?
Read more

207 S2: Anggap Saja Bulan Madu Kedua

Ezra tersenyum tipis. “Sampai bertemu di pengadilan, Tante.” “Kasus ini tidak akan pernah sampai di meja pengadilan, kalian lihat saja nanti!” Mervia berdiri dengan angkuh dan pergi meninggalkan kediaman Ezra. Terjadi kesunyian yang cukup panjang ketika Mervia sudah pergi, Kavita dan Ezra larut dalam pikiran masing-masing seolah merasakan kelelahan yang sama.“Kita pergi liburan saja,” cetus Ezra tiba-tiba.“Ke mana?”“Puncak.”Kavita berpikir sebentar.“Lebih seru ke pantai, saya bisa sambil berenang.”“Di puncak ada vila yang dekat sama air terjun, kamu bisa berenang sampai puas.”“Berenang di bawah air terjun? Tidak seekstrim itu juga ....”Ezra diam sembari berpikir keras. Dia sebetulnya tidak terlalu senang berada di alam terbuka yang didatangi banyak pengunjung, Kavita juga tahu itu.“Kalau ragu-ragu, tidak usah saja. Nanti pekerjaan di kantor tidak ada yang urus.”“Saya Cuma sedikit jenuh.”“Jenuh?” Kavita mengerjabkan matanya. “Jenuh sama pernikahan kita?”“Buk
Read more

208 S2: Nyawa Kedua Ezra Setelah Istrinya

Matahari masih mengintip dari balik cakrawala ketika mereka berdua keluar dari penginapan. Kavita hampir saja meraih tangan Ezra, tapi dia terlambat karena suaminya itu keburu jalan lebih cepat beberapa detik daripada perkiraan.Ya ampun, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Kavita mengeluh dalam hati, tapi dia berusaha mengesampingkan hal itu dan jalan-jalan sendiri dengan santai. Tidak dipedulikannya Ezra yang sudah jauh beberapa langkah di depannya.“Anak itu belum juga memberi keputusan?”Sementara di kediaman keluarga besar Danadyaksa, Endrawan mondar-mandir di ruang kerjanya. Mervia ikut menunggu dengan tampang keruh, dia teringat kembali dengan sambutan Kavita dan Ezra ketika dia mendatanginya di rumah mereka.“Bagaimana?” tanya Mervia setelah Endrawan selesai menelepon.“Sekretarisnya bilang ke orangku kalau dia sedang liburan.”“Liburan, dia bilang?”“Ya, aku tidak tahu kapan Ezra kembali.”Wajah Mervia merah padam. “Keterlaluan sekali anak kamu itu, bisa-bisan
Read more

209 S2: Bukankah Kita Saling Memanfaatkan?”

“Tidak usah pura-pura polos, selama ini kamu kurang perhatian saya kan?” “Tidak juga, saya tahu kamu kerja keras cari uang. Saya suka uang, ya—sebatas itu ....” Jantung Kavita melemah ketika Ezra menatapnya intens. “Uang, ya?”“Begitulah, uang.”Ezra membidik wajah Kavita, membuat tubuhnya perlahan mengerut gugup.“Jangan tersinggung ya, bukankah kita saling memanfaatkan?” Kavita buru-buru mengingatkan karena Ezra masih menatapnya tanpa berkedip.“Saling memanfaatkan? Kalau begitu berapa banyak uang yang kamu inginkan untuk menemani saya liburan di sini seminggu?”“Seminggu?” Mata Kavita membulat mengingat Ezra biasanya hanya liburan paling lama tiga hari saja.“Ya, satu minggu. Berapa tarifnya?”Kavita memajukan bibirnya, kemudian memalingkan wajah. Cara Ezra bertanya benar-benar seperti sedang menawar harga kepada seorang wanita penyedia jasa untuk para tunaasmara.“Katanya jangan tersinggung?” sindir Ezra, dia membenamkan wajahnya di lekuk leher Kavita dan menghujam k
Read more

210 S2: Keluarga yang Tidak Pernah Menganggapnya

“Apa?” Kavita mengangguk jujur. “Jelas-jelas saya lihat kamu mendatangi Adya, lalu dia kasih sesuatu sama kamu.” Ezra menegaskan. “Ya terus kenapa? Saya kan memang ada urusan bisnis sama Adya, lupa?” Ezra terdiam. “Ini masalahnya kalau cemburu buta, tidak bisa ingat alasan apa yang menyebabkan saya harus berinteraksi dengan Adya.” Kavita menyentil, membuat Ezra tidak memiliki alasan kuat untuk menegur istrinya. “Kenapa tidak cari rekan bisnis yang lain?” Dia mengalihkan topik. “Karena Adya yang paling dekat, kami sudah saling kenal dan saya percaya sama dia.” Kavita menjelaskan sembari menyimpan kembali seluruh uang itu ke dalam kantong plastik seperti semula. “Lagipula yang mengelola toko adalah ayahnya Adya kok.” “Terus kenapa kamu malah berinteraksi sama anaknya?” “Karena Adya yang paling dekat, kamu ini bagaimana ...” Kavita menatap Ezra sambil geleng-geleng kepala. “Saya tinggal datangi Adya ke halaman kalau saya ada perlu dan tidak perlu jauh-jauh pergi ke toko, itu nama
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
27
DMCA.com Protection Status